SITUS BERITA TERBARU

Keluarga di Rusia Simpan Rahasia Mengerikan: Bunuh 30 Orang

Wednesday, September 18, 2013
Quote:Liputan6.com, Moskow : Sebuah keluarga di Rusia --ayah, ibu, dan 2 putrinya-- menyimpan rahasia mengerikan. Mereka adalah dalang di balik teror 6 tahun yang mencekam warga di kawasan Rostov, Rusia. Teror 30 kasus pembunuhan dan perampokan yang tak terhitung jumlahnya.

Komplotan sedarah itu terdiri dari mantan guru TK, Inessa Tarverdiyeva (46); suami keduanya yang juga dokter gigi ternama, Roman Podkopaev (35); putri Innessa dari pernikahan pertama, Viktoria Tarverdiyeva (25); dan putri bungsunya dari pernikahan sekarang, Anastasiya yang baru berusia 13 tahun. Mereka diduga berkomplot dalam melakukan kejahatan. Demikian keterangan pihak Kepolisian Rostov.

Hal jahat yang dilakukan keluarga itu memuncak sejak 6 tahun lalu. Korban mereka termasuk 6 petugas kepolisian. Polisi juga memiliki bukti pelanggaran hukum yang dilakukan beberapa di antara mereka pada tahun 1998.

"Bagi mereka pembunuhan dan perampokan adalah hal biasa, seperti 'pergi ke kantor setiap hari'," klaim Inessa, merujuk ke 2 putrinya," seperti dimuat Daily Mail, 17 September 2013. Dia juga mengaku membenci polisi. "Aku adalah gangster alami."

Bagi Inessa, membunuh adalah cara untuk mencari uang. Ia bahkan dengan percaya diri menunjukkan bagaimana caranya menembak dan membunuh para korbannya di depan polisi.

Salah satunya, pada 2009. Keluarga sadis ini membunuh penerjun payung Dmitry Chudako, istrinya Irina, dan putra lelakinya Sasha (7). Mereka dibantai dengan senjata semi-otomatis di depan anak perempuan korban, Veronica (11), yang juga akhirnya tewas dengan 37 luka tusuk.

Mereka lalu merampas laptop, pengering rambut dan kamera senilai 950 poundsterling atau Rp 17 juta. "Bukan aku yang membunuh anak-anak itu, tapi suamiku," kata Innesa yang mengaku membunuh Dmitry dan istrinya.

Di kesempatan lain, geng ini menyiksa dan membunuh dua remaja putri dengan tak manusiawi. Salah satu korban bahkan diyakini sebagai putri baptis Inessa.

Inessa tega merampok rumah putri baptisnya itu karena ia tahu benar, ayah korban adalah orang yang hobi berburu dan menyimpan senjata. Inessa dan komplotannya bersembunyi di dalam rumah, menunggu si pemilik, namun justru putri baptisnya dan seorang rekannya yang muncul.

Inessa juga mengaku membunuh polisi untuk mendapatkan senjata tambahan. "Kalau korban yang lainnya, hanya untuk uang," katanya, tanpa beban. Setidaknya 30 orang tewas di tangan mereka.

Mirip "Keluarga Baik-baik"

Keluarga penjahat itu kerap menggunakan perjalanan keluarga --yang terlihat seperti liburan keluarga normal-- sebagai kedok aksi biadab. Vladimir Markin, kepala badan investigasi Rusia setara FBI mengatakan, "Mereka seperti keluarga baik-baik. Seorang ibu, ayah, dua anak --termasuk anak di bawah umur."

"Saat mereka bersama, orang-orang tak membayangkan mereka sejatinya sedang merencanakan sebuah kejahatan."

Padahal menurut polisi, Inessa dan suami keduanya merupakan orang berpendidikan. Namun beberapa tahun lalu, ia berhenti mengajar di TK dan beralih jadi perampok dan pembunuh. Kelompok ini akhirnya ditangkap setelah perampokan di rumah seorang mantan perwira militer di Baklanova Street, Aksai, di wilayah Rostov.

Di rumah itu mereka membunuh pasangan suami istri yang tak disebut namanya. Komplotan sadis ini mencuri alkohol dan lilin, juga paha ayam goreng --karena tidak menemukan uang sepeser pun. Roman Podkopaev, suami Inessa, tewas dalam baku tembak dengan polisi. Sementara, salah satu putrinya, Viktoria terluka parah. Di pihak polisi, petugas patroli sekaligus ayah dari satu anak, Ivan Shakhovoi tewas.

Dalam penggeledahan yang dilakukan di rumah keluarga Inessa, polisi menemukan 'gudang' berisi 20 senjata api. Termasuk senapan otomatis, granat, senapan, peredam dan amunisi. "Serta barang-barang yang dicuri dari korban-korban mereka," kata Vladimir Markin.

Keluarga itu memiliki rumah yang nyaman di wilayah Stavropol, dan melakukan operasinya di wilayah Rostov lainnya. Inessa dan putrinya yang lebih muda ditangkap polisi di situs perkemahan, di mana mereka mempersenjatai diri dengan amunisi lengkap.

Inessa Pemimpin Geng

Banyak orang mengira, Roman Podkopaev adalah pemimpin geng. Namun polisi justru punya bukti Inessa adalah otaknya, kekuatan penggerak di balik tindakan jahat mereka.

Meski tak mengatakan alasannya membenci polisi. Salah satu teori yang beredar menyebut, Inessa pernah punya kekasih seorang polisi yang selingkuh dan meninggalkannya demi gadis lain. Polisi mencurigai, ia adalah pelaku pembunuhan polisi bekas pacarnya itu dan pasangannya.

Salah satu orang dekatnya menyebut, suami pertama Inessa bernama Arzu yang berasal dari Azerbaijan, ayah Viktoria-- yang tewas secara misterius di perusahaan pembangkit listrik tempatnya mencari nafkah. 'Tersangka pembunuhnya' adalah Roman Podkopaev, yang kemudian menikahi Inessa.

Polisi juga menangkap adik Roman, Anastasiya (26) --namanya mirip dengan putri kedua Inessa-- dan suaminya Sergei Sinelnik (31), eks polisi lalu lintas yang diduga ikut berkomplot.

Meski tak ikut membunuh, Sergei diduga mengetahui perbuatan Inessa Cs dan ikut menikmati hasil jarahannya. Sementara Anastasiya bertugas menjual atau melebur perhiasan hasil rampokan jadi perhiasan baru, untuk menghilangkan jejak.

Kisah 'Ma' Baker
[imagetag]
Kisah Inessa mengingatkan pada kasus serupa di Amerika Serikat. Seorang ibu 5 anak asal Arizona menjadi otak di balik geng kriminal di tahun 1930-an.

'Ma' Baker --demikian ia populer disebut-- sering dicitrakan sebagai dalang kejahatan, memegang senapan mesin Thompson, memerintahkan anak-anaknya melawan geng saingan selama masa kejayaan era 'Public Enemy' .

Namun, pencitraan itu belakangan diketahui dilebih-lebihkan oleh FBI. Saat anak-anaknya tak diragukan bersalah, belum ada bukti yang mengarah pada keterlibatan 'Ma' Baker. Meski, bukan berarti ia tak bersalah. Setidaknya, ia melindungi putra-putranya dan membantu mereka meloloskan diri dari aparat.

Beberapa orang berpendapat bahwa mitos 'Ma' Barker sebagai pemimpin geng diciptakan oleh Direktur FBI, J. Edgar Hoover untuk membenarkan pembunuhan seorang wanita tua yang dilakukan polisi. 'Ma' Baker tewas dalam usia 61 tahun dalam baku tembak dengan polisi di rumahnya di Wichita, Kansas pada tahun 1935. (Ein/Ism)


Sumber

Bagi mereka pembunuhan dan perampokan adalah hal biasa, seperti 'pergi ke kantor setiap hari', [imagetag][imagetag]
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive