Tak Terurus di Pengungsian Korban Kelud Pulang
Quote:Sedikitnya 550 kepala keluarga di Dusun Sumberpetung, Desa Sepawon, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri menolak mengungsi. Mereka memilih bertahan di rumah setelah sempat tak terurus di lokasi pengungsian.
Baru semalam menginap di lokasi pengungsian di kantor koperasi Desa Pranggang Kamis 12 Februari 2014, penduduk Dusun Sumberpetung ini sudah pulang ke rumah. Mereka mengaku tak betah tinggal di pengungsian karena menahan lapar dan haus. "Kami benar-benar tidak diurus," kata Widodo, 35 tahun, warga dusun itu, Sabtu 2014.
Pemerintah daerah, menurut dia tidak memperlakukan warga dengan manusiawi. Setelah menginap sejak pukul 22.00 WIB, para pengungsi yang terdiri dari orang tua, perempuan, anak-anak, dan dewasa ini baru mendapat makanan pukul 11.00 WIB keesokan harinya. Bahkan air minum yang disediakan tak lebih dari tiga dus air mineral kemasan gelas yang hanya mampu mencukupi 160 orang saja.
Karena tak tahan menahan lapar, mereka memutuskan kembali ke rumah masing-masing. Hal ini cukup berisiko mengingat pemukiman mereka berada dalam radius 10 kilometer dari puncak Kelud.
Tempo yang menyambangi kampung itu merasakan bau belerang yang cukup menyengat. Menurut warga, bau tersebut berasal dari Kelud. "Kami sudah biasa menciumnya," kata Widodo. Bau seperti itu menurut dia kerap tercium terutama saat terjadi peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Kelud.
Suwarno, 60 tahun, Ketua RT setempat mengatakan sebanyak lebih dari 550 kepala keluarga yang terdiri atas 1.500 jiwa penduduknya memutuskan untuk bertahan di rumah. Mereka merasa lebih terurus tinggal di rumah daripada di pengungsian.
Perhatian aparat keamanan dan kecamatan terhadap desa itu bisa dibilang cukup rendah. Sejak terjadi erupsi Kelud pada Kamis 13 Februari 2014 hingga sekarang tak ada satupun aparat yang menyambangi. Bahkan satu unit mobil patroli dari Polsek Plosoklaten terlihat sekali melintasi desa itu pagi tadi setelah dua hari letusan terjadi.
Ironisnya, sikap cuek juga terjadi saat erupsi berlangsung. Menurut Suwarno, sejak pengumuman status Awas hingga erupsi, tak ada satupun kendaraan evakuasi dari aparat yang muncul. Warga serentak menyelamatkan diri ketika pantauan radio genggam yang dikelola karang taruna di kantor desa menyiarkan kabar bahaya itu. "Untung ada siaran HT dari Kecamatan Ngancar," kata Suwarno.
SUMBER
Quote:Sedikitnya 550 kepala keluarga di Dusun Sumberpetung, Desa Sepawon, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri menolak mengungsi. Mereka memilih bertahan di rumah setelah sempat tak terurus di lokasi pengungsian.
Baru semalam menginap di lokasi pengungsian di kantor koperasi Desa Pranggang Kamis 12 Februari 2014, penduduk Dusun Sumberpetung ini sudah pulang ke rumah. Mereka mengaku tak betah tinggal di pengungsian karena menahan lapar dan haus. "Kami benar-benar tidak diurus," kata Widodo, 35 tahun, warga dusun itu, Sabtu 2014.
Pemerintah daerah, menurut dia tidak memperlakukan warga dengan manusiawi. Setelah menginap sejak pukul 22.00 WIB, para pengungsi yang terdiri dari orang tua, perempuan, anak-anak, dan dewasa ini baru mendapat makanan pukul 11.00 WIB keesokan harinya. Bahkan air minum yang disediakan tak lebih dari tiga dus air mineral kemasan gelas yang hanya mampu mencukupi 160 orang saja.
Karena tak tahan menahan lapar, mereka memutuskan kembali ke rumah masing-masing. Hal ini cukup berisiko mengingat pemukiman mereka berada dalam radius 10 kilometer dari puncak Kelud.
Tempo yang menyambangi kampung itu merasakan bau belerang yang cukup menyengat. Menurut warga, bau tersebut berasal dari Kelud. "Kami sudah biasa menciumnya," kata Widodo. Bau seperti itu menurut dia kerap tercium terutama saat terjadi peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Kelud.
Suwarno, 60 tahun, Ketua RT setempat mengatakan sebanyak lebih dari 550 kepala keluarga yang terdiri atas 1.500 jiwa penduduknya memutuskan untuk bertahan di rumah. Mereka merasa lebih terurus tinggal di rumah daripada di pengungsian.
Perhatian aparat keamanan dan kecamatan terhadap desa itu bisa dibilang cukup rendah. Sejak terjadi erupsi Kelud pada Kamis 13 Februari 2014 hingga sekarang tak ada satupun aparat yang menyambangi. Bahkan satu unit mobil patroli dari Polsek Plosoklaten terlihat sekali melintasi desa itu pagi tadi setelah dua hari letusan terjadi.
Ironisnya, sikap cuek juga terjadi saat erupsi berlangsung. Menurut Suwarno, sejak pengumuman status Awas hingga erupsi, tak ada satupun kendaraan evakuasi dari aparat yang muncul. Warga serentak menyelamatkan diri ketika pantauan radio genggam yang dikelola karang taruna di kantor desa menyiarkan kabar bahaya itu. "Untung ada siaran HT dari Kecamatan Ngancar," kata Suwarno.
SUMBER