Pakar Geologi ITM Nilai Gunung Sinabung dan Kelud Masih Satu Jalur
MEDAN | Pakar Geologi Institut Teknologi Medan (ITM), Ir Lisnawaty MT menyatakan aliran makma (mantel) antara Gunung Sinabung dan Gunung Kelud Kediri masih satu jalur.
Sebab jika dilihat dari kondisi geologi wilayah Indonesia kedua gunung tersebut masuk dalam satu jalur lempeng Samudera India, yang meliputi bagian Selatan Indonesia yakni Sumatera, Jawa, NTB , NTT dan Bali.
�Jika, ada aktivitas mantel (makma) di salah satu gunung maka otomatis terjadi pergerakan, maka secara geologi, pasti terkait antara satu gunung dengan gunung yang lain yang masih berada dalam satu jalur,� ujar Lisnawaty ketika ditemui, Senin (17/2/2014), di kampus ITM Jalan Gedung Arca Medan.
Dijelaskannya, secara geologis wilayah Indonesia memiliki 3 lempeng bumi yang bergerak aktif, yakni lempeng India Australia atau lempeng Samudera India di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian Utara dan Lempeng Fasifik meliputi Irian dan Maluku Utara.
Jika ada pergerakan makma yang diawali gempa dalam satu wilayah lempeng, maka ada pertumbukan atau pergerakan makma, sehingga jika dikaitkan dengan letusan Gunung Sinabung dengan Gunung Kelud atau gunung lainnya di wilayah bagian Selatan maka secara otomatis ada pergerakan dalam satu jalur lempeng tersebut.
Lisnawaty yang juga Sekretaris Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumut mengatakan, posisi bumi sebagai tempat hidup manusia, berada di atas kerak bumi, di bawa kerak bumi ada mantel.
Lapisan mantel itulah jalur makma yang beradal dalam suatu lempeng. Makma itu dikeluarkan melalui letusan gunung, namun sebelum letusan terjadi, pasti diawali sejumlah gempa.
�Kita patut bersyukur letusan gunung berapi ditandai dengan gempa bumi. Tidak seperti peristiwa gempa, tidak ada tandanya,� ujar Lisnawati yang berharap pemerintah untuk selalu mensosialisasikan mitagasi kepada masyarakat di kawasan rawan bencana.
Ketika ditanya prediksi berhentinya letusan gunung, termasuk Gunung Sinabung atau Kelud, Pakar Gelologi ITM ini mengungkapkan tergantung aktivitas pergerakan makma atau apakah masih ada pusat tumbukan/pergerakan lempeng pada suatu jalur lempeng.
Jika masih ada akumulasi energi yang terkumpul dan tidak bisa ditahan lapisan kerak bumi, maka letusan gunung masih tetap terjadi.
Lebih lanjut dijelaskannya, di Sumatera Utara ada dua sumber gempa yang sangat berpotensi yakni jalur sepanjang pantai barat dan sumber jalur darat yakni dari letusan gunung berapi bukit barisan.
Dia mengatakan, wilayah Indonesia pada umumnya dan Sumatera khususnya merupakan daerah rawan bencana alam dan gempa bumi. Pemahaman akan karakteristik gempa bumi dan mitigasi bencana alam akan sangat membantu mengurangi dampak negatif dari bencana tersebut. Kemampuan menangani kondisi ini diharapkan dimiliki oleh alumni ITM dan merupakan peluang bagi para alumni untuk turut berperan aktif.
Dosen senior Geologi ITM ini menyarankan pemerintah untuk melakukan pemetaan jalur gempa dan kemudian selalu mengedukasi masyarakat karena edukasi lebih penting agar masyarakat daerah jalur utama gempa siap menghadapi jika terjadi gempa. (ucup/B)
MEDAN | Pakar Geologi Institut Teknologi Medan (ITM), Ir Lisnawaty MT menyatakan aliran makma (mantel) antara Gunung Sinabung dan Gunung Kelud Kediri masih satu jalur.
Sebab jika dilihat dari kondisi geologi wilayah Indonesia kedua gunung tersebut masuk dalam satu jalur lempeng Samudera India, yang meliputi bagian Selatan Indonesia yakni Sumatera, Jawa, NTB , NTT dan Bali.
�Jika, ada aktivitas mantel (makma) di salah satu gunung maka otomatis terjadi pergerakan, maka secara geologi, pasti terkait antara satu gunung dengan gunung yang lain yang masih berada dalam satu jalur,� ujar Lisnawaty ketika ditemui, Senin (17/2/2014), di kampus ITM Jalan Gedung Arca Medan.
Dijelaskannya, secara geologis wilayah Indonesia memiliki 3 lempeng bumi yang bergerak aktif, yakni lempeng India Australia atau lempeng Samudera India di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian Utara dan Lempeng Fasifik meliputi Irian dan Maluku Utara.
Jika ada pergerakan makma yang diawali gempa dalam satu wilayah lempeng, maka ada pertumbukan atau pergerakan makma, sehingga jika dikaitkan dengan letusan Gunung Sinabung dengan Gunung Kelud atau gunung lainnya di wilayah bagian Selatan maka secara otomatis ada pergerakan dalam satu jalur lempeng tersebut.
Lisnawaty yang juga Sekretaris Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumut mengatakan, posisi bumi sebagai tempat hidup manusia, berada di atas kerak bumi, di bawa kerak bumi ada mantel.
Lapisan mantel itulah jalur makma yang beradal dalam suatu lempeng. Makma itu dikeluarkan melalui letusan gunung, namun sebelum letusan terjadi, pasti diawali sejumlah gempa.
�Kita patut bersyukur letusan gunung berapi ditandai dengan gempa bumi. Tidak seperti peristiwa gempa, tidak ada tandanya,� ujar Lisnawati yang berharap pemerintah untuk selalu mensosialisasikan mitagasi kepada masyarakat di kawasan rawan bencana.
Ketika ditanya prediksi berhentinya letusan gunung, termasuk Gunung Sinabung atau Kelud, Pakar Gelologi ITM ini mengungkapkan tergantung aktivitas pergerakan makma atau apakah masih ada pusat tumbukan/pergerakan lempeng pada suatu jalur lempeng.
Jika masih ada akumulasi energi yang terkumpul dan tidak bisa ditahan lapisan kerak bumi, maka letusan gunung masih tetap terjadi.
Lebih lanjut dijelaskannya, di Sumatera Utara ada dua sumber gempa yang sangat berpotensi yakni jalur sepanjang pantai barat dan sumber jalur darat yakni dari letusan gunung berapi bukit barisan.
Dia mengatakan, wilayah Indonesia pada umumnya dan Sumatera khususnya merupakan daerah rawan bencana alam dan gempa bumi. Pemahaman akan karakteristik gempa bumi dan mitigasi bencana alam akan sangat membantu mengurangi dampak negatif dari bencana tersebut. Kemampuan menangani kondisi ini diharapkan dimiliki oleh alumni ITM dan merupakan peluang bagi para alumni untuk turut berperan aktif.
Dosen senior Geologi ITM ini menyarankan pemerintah untuk melakukan pemetaan jalur gempa dan kemudian selalu mengedukasi masyarakat karena edukasi lebih penting agar masyarakat daerah jalur utama gempa siap menghadapi jika terjadi gempa. (ucup/B)