
Menurut Syamsidar, ketujuh gajah mati itu berada dalam kawasan konsesi PT RAPP, sektor Baserah, Kecamatan Ukui. Pihaknya baru mengetahui setelah mendapat laporan dari Balai TNTN di Pelalawan pada Kamis lalu. Saat dilakukan pemantauan ternyata enam gajah terdiri dari satu induk dan lima anakan mati berdekatan. Sementara kerangka gajah jantan ditemukan tanpa gading terpisah sedikit jauh dari kelompoknya.(baca: Di Dalam Hutan Konservasi, Gajah Tetap Terancam)
Syamsidar menyebutkan, kematian gajah secara berkelompok tersebut kuat dugaan akibat diracun oleh pihak tidak bertanggung jawab yang menganggap keberadaan gajah sebagai hama. "Dari pengalaman kematian gajah sebelumnya kuat dugaan akibat diracun, tapi tetap saja perlu pembuktian melalui otopsi," katanya. Belum banyak informasi yang dapat diperoleh, sebab tim lapangan dari Balai TNTN tengah melakukan penyelidikan. "Masih kami selidiki," ujar Kepala Balai TNTN Tandia, saat dihubungi Tempo. (baca: Gajah di Lima Kantong Habitat Riau Punah)
Penemuan tersebut menambah daftar panjang kematian gajah di Riau. Dalam tiga bulan terakhir, sudah 10 gajah ditemukan mati, sembilan diantaranya diduga diracun, satu gajah mati setelah dievakuasi. Sebelumnya, seekor gajah ditemukan mati di Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, pada 24 Desember 2013. Sepekan berikutnya, 1 Januari 2014, seekor gajah mati di Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, setelah dievakuasi dari Kabupaten Rokan Hulu" lalu seekor gajah jantan kembali ditemukan di Desa Tasik Serai, Kabupaten Bengkalis, 7 Februari 2014 lalu.
Juru bicara Word Wide Fund (WWF) Riau, Syamsidar, menyayangkan kematian gajah tersebut. Menurut dia, habitat gajah di Riau sebenarnya sudah dalam kondisi kritis. Kematian gajah akan terus terjadi jika tidak ada tindakan tegas dari pemerintah.
SUMBER


