SITUS BERITA TERBARU

Inilah Ciri-ciri Pemimpin yang Bakal Jadi Penipu

Thursday, January 23, 2014



Inilah ciri-ciri pemimpin yang akan jadi penipu rakyat dan bertendensi menjadi pemerintahan korup. Yakni:
1.omong gede-gede
2.sombong dan jumawa
3.tidak mau disalahkan malahan menyalahkan alam dan pendahulunya
4.tidak mau belajar dari pengalaman,
5.mengancam-ancam bawahan,
6.suka cari muka dengan bungkusnya merakyat
7.sok merakyat dan pura-pura prihatin
8.merendahkan diri untuk menarik perhatian


Bagaimana dengan Jokowi? Kini, ketidakmampuan Joko Widodo sebagai Gubenur DKI Jakarta perlu kita pertanyakan terutama dalam hal menghandel korban bencana banjir. Tentu belum hilang dari ingatan warga DKI Jakarta ketika baru tiga bulan menjabat Joko Widodo, Jakarta tenggelam dan memakan korban jiwa di basement Gedung UOB serta carut marutnya penanganan bantuan kepada para korban banjir, mungkin warga Jakarta masih maklum.

Memang sudah langkah yang dilakukan oleh Pemda DKI Jakarta dengan mengembalikan fungsi Danau Pluit tapi itu belumlah menjadi cara untuk mengatasi bencana banjir di Jakarta dan untuk dapat mengatasinya.

Seharusnya, Joko Widodo harus berani membebaskan lahan yang pada jaman Belanda oleh Departemen Openbare Werken Belanda atau Dinas PU merupakan daerah resapan banjir yaitu dari Kapuk dan Pluit yang sudah berubah menjadi perumahan mewah yang sekarang jadi tempat tinggal Wagub DKI Ahok. Sehingga air dari Sungai Ciliwung akan cepat terbuang ke laut, tapi sudah dipastikan Joko Widodo tidak akan berani.

Hal lain yang membuktikan payahnya manajemen bencana yang dimiliki Joko Widodo dengan banyak jatuh korban jiwa akibat bencana banjir tahun ini. Jangan lagi masyarakat Jakarta disuguhi dengan manejemen blusukan Joko Widodo yang ternyata tidak memberikan hasil maksimal bagi keselamatan warga DKI Jakarta jika diserang bencana banjir.

BPPD DKI Jakarta yang mengirimkan SMS berantai tentang info ketinggian air Katulampa saat bencana sudah terjadi makin membuktikan bahwa mereka tidak pernah belajar dari berbagai kasus bencana banjir yang terjadi di Jakarta.

Penanganan korban banjir kali ini juga sangat carut marut dan bukti Joko Widodo tidak punya sistim penanggulangan bencana yang sistimatis. Harusnya Joko Widodo belajar melalui learning by doing untuk menghandel korban banjir bukan blusukan yang tidak ada gunanya .

Perlu dicatat bahwa ada dua macam bencana dalam manajemen bencana yaitu Premidited Disaster dan Unpremidited Disaster. Bencana banjir di Jakarta masuk dalam katagori premidited disaster yaitu bencana yang sudah dapat diprediksi dan seharusnya jika Joko Widodo mau belajar dan mempersiapkan dengan Tim Krisis penanggulang bencana yang sistimatik tidak perlu 12 nyawa warga DKI Jakarta melayang.

Sebab dalam manajemen bencana yang sistimatis sebelum terjadi bencana masyarakat sudah mendapatkan early warning akan adanya suatu banjir yang akan melanda, dan Pemda DKI Jakarta sudah menentukan lokasi dimana warga yang rumahnya terendam diungsikan.

Rumah sakit mana yang petugasnya bisa digunakan jika terjadi kecelakaan dalam bencana banjir. Menentukan dimana logstik untuk membantu evakuasi warga yang terjebak banjir diletakan dan siapa yang mengopersasikan.

Dan siapa yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum warga yang mengungsi dan yang paling penting jika di setiap daerah yang rawan banjir di jakarta dilengkapi dengan sirene dan speaker untuk menghimbau warga dan memberi peringatan pada warga untuk segera mengungsi.

Itu baru gubernur yang mengerti bagaimana melayani dan memberi rasa aman pada warganya. Bukan blusukan yang enggak jelas dan jika sudah ada sistim yang baik dalam menangani banjir enggak perlu kaki Joko Widodo pake segala nyelup air banjir kalau yang dilakukan Joko Widodo sekarang ini mah cari muka aja.

Dan lucunya warga DKI Jakarta kok mau dan seneng ya kalau pemimpin blusukan sudah dianggap perhatian pada warga dan dianggap turun langsung. Ini yang harus disadari warga DKI Jakarta kalau gubenurnya itu males belajar.

Pdahal sebelumnya, Joko Widodo saat menjabat Walikota Solo mengatakan, �kelihatannya nggak sulit-sulit amat atasi macet dan banjir Jakarta�. Menurut dia, ada dua persoalan klasik yang selama ini dihadapi oleh warga Ibukota Jakarta. Kedua masalah itu adalah banjir dan kemacetan.

"Ya Jakarta itu problem sebenarnya ada dua. Macet sama banjir," kata Walikota Solo Joko Widodo di sela-sela acara peresmian Pusat Studi dan Pendampingan Koperasi/UMKM di Aula Universitas Sebelas Maret, Solo, oleh Menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan, Selasa, 28 Juni 2011, seperti dilansir situs rmol.co.

Saat itu, Joko Widodo mengatakan, dua persoalan di atas bisa diselesaikan dengan dua syarat. Pertama, adanya kemauan untuk menggunakan anggaran pemprov DKI Jakarta mengatasi hal tersebut. Makanya dibutuhkan skill dalam manajemen anggaran.

"(Anggaran DKI Jakarta) gede sekali. Satu periode bisa sampai Rp135 triliun. Itu gede sekali. Harusnya rampung semua itu. Tiga tahun harus rampung semua. Jadi tinggal eksekusi. Duit dari APBD cukup. Kalau tak cukup, investor saya kira ngantre," ujar Joko Widodo.

Syarat kedua, lanjutnya, dalam pengerjaan mengatasi macet dan banjir tersebut tidak diboncengi oleh kepentingan lainnya. Bila dua hal di atas terpenuhi, dia yakin, persoalan macet dan banjir yang selama ini menjadi momok yang menakutkan bagi warga Ibukota bisa teratasi. "Kelihatannya nggak sulit-sulit amat. Ha� ha�haa�, menurut pengalaman yang saya punyai di sini," tandas Joko Widodo saat masih menjadi Walikota Solo.


sumber;http://m.pesatnews.com/read/2014/01/23/38951/inilah-ciriciri-pemimpin-yang-bakal-jadi-penipu-rakyat-


_____________________________
segala sesuatu perlu waktu.perlu proses,
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive