SITUS BERITA TERBARU

Tidak Ingin Maju dan Doyan Duit, Karakter Di Indonesia Yang Membuat Indonesia Stuck

Saturday, October 26, 2013
Diprotes Asosiasi Dokter, Dr. Warsito Penemu Alat Pembunuh Sel Kanker Dilarang Seminar

[imagetag]

Ilmuwan dan peneliti tomografi, Warsito Purwo Taruno, tidak diizinkan untuk menjadi pembicara dalam seminar deteksi dini kanker di Hotel Sahid Jakarta, Kamis, 24 Oktober 2013. Rencana presentasi penemu rompi antikanker itu mendapat protes dari asosiasi dokter.

�Dari Kementerian Kesehatan akhirnya tidak memberi izin saya menyampaikan materi seminar saya tentang ECVT untuk diagnostik, meskipun tadinya undangan awalnya juga berasal dari Kementerian Kesehatan,� ujarnya, Rabu, 22 Oktober 2012, sebagaimana dilansir Tempo.

Rencananya, presentasi ECVT itu akan disampaikan Warsito dalam seminar bertajuk �Workshop Deteksi Dini Kanker Payudara dengan Menggunakan Metode Nonradiasi.�

Teknologi tomografi medan listrik tiga dimensi atau electrical capacitance volume tomography (ECVT) adalah temuan Warsito yang telah dipatenkan di Amerika dan lembaga paten internasional PTO/WO tahun 2006. Teknologi itu bahkan telah digunakan oleh NASA (Lembaga Antariksa Amerika Serikat) untuk memindai obyek dielektrika pada pesawat ulang�alik selama misi ke antariksa.

Sistem pemindai ini mirip dengan CT Scan dan MRI untuk melihat apa yang terjadi di dalam tubuh manusia. Tapi, perangkat ini lebih canggih karena pasien tak perlu masuk ke dalam tabung, seperti MRI yang cuma menampilkan gambar dua dimensi. Gambar yang dihasilkan dari ECVT ini berbentuk tiga dimensi.

ECVT juga mampu membunuh sel-sel kanker. Warsito membuat ECVT dalam berbagai bentuk unik, ada yang mirip helm, bra, dan celana, yang disesuaikan fungsinya untuk kanker otak, payudara, atau prostat.

Menurut Warsito, alasan penolakan karena Kementerian Kesehatan menerima surat protes dari asosiasi dokter. �Mereka keberatan apabila saya menyampaikan makalah di seminar yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan besok,� ujarnya.

Warsito sendiri tak habis pikir dengan penolakan itu. �Masalahnya, ini cuma seminar ilmiah, bukan alat mau dipakai di rumah sakit atau bagaimana.�

Akibat penolakan itu, Warsito harus meminta maaf kepada orang-orang yang sempat dia undang untuk hadir di seminar itu lewat Facebook. �MOHON MAAF, Karena tidak diizinkan seminar tentang ECVT yang sedianya dilaksanakan tanggal 24 Oktober di Hotel Sahid Jakarta, maka seminar ini dibatalkan. Kepada semua pihak yang terkait kami menyampaikan permohonan maaf dan haraf maklum�, tulisnya di akun Facebook. Hingga berita ini diturunkan, 96 orang mengomentari status Facebook tersebut.

Seorang pengguna Facebook bernama �Kangmas Hamdi� mengomentari: �tetap semangad�.hasil penelitian banyak yg menentang mah biasa saja, diperjuangkan lewat pengadilan saja karena selama hasil penelitian tidak bertentangan konstitusi harus tetap yakin diri sendiri � kasus seperti begini banyak terjadi di luar negri juga�. Pengguna Facebook lainnya bernama �Edi Hilmawan� mengomentari: �Seminar ilmiah kok dilarang ? � memang mau buat demo ? sebarkan aliran terlarang ? � Mematikan kebebasan berpendapat itu melanggar konstitusi lho ..�
sumber


Kapan Indonesia akan maju kalo orang cerdas dan hebat dan bermanfaat bahkan mendapat penghargaan dan apresiasi dari luar negri justru di Indonesia tidak dipakai???

  • Lihat Sri Mulyani, manusia super hebat di bidang ekonomi, menteri keuangan terbaik dunia nomor wahid, hanya karena gak mau tandatangan penanggulangan lumpur lapindo memakai dana APBN dan mensuspend perusahaan milik petinggi parpol tertentu akhirnya dibuang. Dan dunia melihat kejeniusan dan kehebatan Sri Mulyani tidak tinggal diam justru beliau jadi orang nomor 2 di bank dunia yang sangat prestigius[imagetag]
  • Lihat BJ Habibie, berotak cemerlang dan menghasilkan karya spektakuler di bidang aero, namun dianggurkan karena akan menyaingi "proyek2 basah" perusahaan di Indonesia[imagetag]
  • Dan sekarang, Ilmuwan dan peneliti tomografi, Warsito Purwo Taruno, hasil temuannya diakui dunia dan bahkan NASA memakainya, paten Amerika merestui dan mengakui kehebatan alatnya, justru di Indonesia ditolak karena jika alat ini dipakai, penghasilan dokter di Indonesia berkurang drastis, mana yang lebih penting, dokter menjadi kaya atau kesembuhan pasien??? kemoterapi super mahal dan kanker belum tentu tuntas.....



  • Ah negri yang lucu......
    negeri para bedebah
    yang berkualitas dan berintegritas dibuang, yang korup dan tamak dipelihara....
    SHARE THIS POST:
    FB Share Twitter Share

    Blog Archive