SITUS BERITA TERBARU

Ketika Pelayan, Pengayom, dan Pelindung Itu Berubah Menjadi Teroris

Monday, October 14, 2013
Kompolnas: Ungkap Identitas Oknum Polisi Penembak Robin

JAKARTA, KOMPAS.com � Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mendesak agar Kapolsek Tanjung Duren, Ajun Komisaris Khori, mengungkap identitas oknum anggotanya yang menembak Robin Napitupulu (25) ke publik.

Pengungkapan identitas pelaku guna menghindari kecurigaan publik atas upaya hukum yang akan dilakukan Polsek Tanjung Duren terhadap pelaku. �Kalau diungkap akan lebih bagus, supaya ada langkah preventif bagi yang lain saat menangani kasus,� kata anggota Kompolnas Hamidah Abdurrahman kepada Kompas.com, Minggu (13/10/2013).

Hamidah menilai, dalam kasus salah tembak tersebut ada kelalaian yang dilakukan oknum polisi yang bertindak sebagai penyidik atas penanganan pengungkapan kasus gembong pencuri. Penyidik dianggap tidak cermat dalam mendalami kasus yang ditangani, sehingga terjadi tindakan salah tembak.

Hamidah menambahkan, tindakan yang telah dilakukan oknum polisi tersebut dapat dikategorikan sebagai tindakan penganiayaan berat. Polisi harus bertanggungjawab penuh terhadap seluruh biaya pengobatan yang akan dikeluarkan korban.

�Saya berharap, Kapolsek dapat segera menindak anggota yang bersalah tersebut. Jika tidak ada sanksi bagi anggota, maka kasus serupa akan terus terjadi. Hal ini akan memperburuk citra polisi,� tegasnya.

Sebelumnya, Robin menjadi korban salah tembak oleh dua oknum anggota Reserse Kriminal Polsek Tanjung Duren, Sabtu (12/10/2013) malam.

Saat itu, korban yang baru menyalakan mobil Toyota Rush bernomor polisi B 1946 KOR miliknya tiba-tiba diberondong empat tembakan oleh kedua oknum polisi tersebut. Beruntung, peluru hanya mengenai badan mobil, tidak sampai menembus tubuhnya.

Spontan, pria yang bekerja di salah satu perusahaan penyalur alat kesehatan di Kuningan, Jakarta Selatan, itu menginjak gasnya dan kabur dari tempat kejadian perkara. Dua orang yang tidak dikenalnya itu meneriakkan kata maling sehingga warga mengejarnya dan melempar kendaraannya dengan batu hingga mengalami rusak.

Penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi, Robin memilih kembali ke tempat kejadian perkara. Warga sekitar sempat ingin mengeroyoknya begitu Robin keluar dari mobilnya. Beruntung, ada tukang tambal ban yang mengenalinya sehingga amuk massa pun bisa dihindarkan.

Warga pun membawanya ke pos RW setempat. Robin pun mengaku baru mengetahui bahwa dua orang yang menembaki mobil pribadinya itu dengan peluru adalah aparat dari Polsek Tanjung Duren.

Tidak beberapa lama, kedua orang polisi itu pun kembali datang dan menemuinya di pos RW setempat. "Enggak ngomong apa-apa, salah satu dari dua polisi itu masuk terus mukul kepala saya dengan pistol berulang kali sampai kepala saya luka. Saya sudah ngomong, saya bukan maling, tapi polisi itu teriak 'diam kamu!'," kata Robin.

Setelah diinterogasi sekitar satu jam, dua polisi itu pun memastikan bahwa Robin bukan target yang dimaksud. Dibantu warga dan aparat dari Polsek Koja, Robin akhirnya dibawa ke RS Pelabuhan di Jakarta Utara untuk mendapatkan perawatan intensif pada Minggu sekitar pukul 01.30 WIB.

Dua Polisi tersebut diketahui pergi begitu saja tanpa meminta maaf atau membantunya ke RS. Korban mengalami trauma disertai luka sobek di tempurung kepala dan pelipis sebanyak 20 jahitan. Tidak hanya itu, lengan tangan kanan dan pinggangnya memar akibat terkena serpihan peluru, jari telunjuk kanan pun mengalami retak.

sumber

Quote:Polisi Koboi Balik Meneror
JAKARTA, KOMPAS.com � Deretan peristiwa penembakan polisi di Tangerang dan Jakarta, beberapa waktu lalu, membuat publik mengelus dada. Polisi diteror. Namun, peristiwa salah target polisi atas warga sipil di Koja, Jakarta Utara, Sabtu (12/10/2013) malam kemarin, kembali membuat publik mengelus dada. Bukan lagi diteror, polisi meneror.

"Saya setuju jika kasus penembakan aparat itu disebut aksi teror. Tapi tindakan polisi seperti koboi mabuk di Koja itu juga teror atas publik," ujar Kriminolog Forensik, Reza Indragiri Amriel, kepada Kompas.com, Senin (14/10/2013) pagi.

Pria yang juga salah satu dosen di PTIK atau Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian tersebut menjelaskan, aksi polisi yang tanpa tedeng aling-aling menembaki mobil warga biasa merupakan bentuk brutalitas yang termanifestasikan ke dalam perilaku di luar standar prosedur yang ada.

Pertanyaannya, mengapa polisi berlaku demikian?
Reza meninjau dari aspek waktu kejadian, yakni di malam hari. Kerja polisi yang tak kenal waktu mengakibatkan keletihan dan ketegangan dengan intensitas tinggi.

Apa hasilnya?
Analisis terhadap perilaku kejahatan di masyarakat tidak maksimal sehingga dugaan berpotensi meleset. Ditarik ke persoalan yang lebih mendasar, lanjut Reza, merujuk pada seserius apa sesungguhnya institusi Polri melakukan evaluasi para personel di lapangan yang telah diputuskan dibekali senjata.

"Itu kaitannya pada program pengelolaan stres personel. Jangan pura-puralah, saya tahu ada permainan di Biro SDM (untuk mendapatkan izin penggunaan senjata api di Kepolisian)," ujarnya.

Yang menjadi ketakutan, brutalitas kepolisian itu mengirimkan pesan hebat kepada publik untuk meniru perbuatan serupa. Kendati demikian, Reza mengatakan, Polri masih punya harapan untuk memperbaiki diri. Kedepankan sanksi hukum pidana bagi para personel "rusak", tak cukup hanya dengan sanksi administrasi saja. Di masyarakat juga harus diimbangi dengan ketidaktakutan melaporkan tindakan brutal kepolisian.

"Meski kebanyakan masyarakat tidak mau lapor karena mereka sudah menjadi korban tindakan tak prosedural polisi, tapi harus lapor," ujarnya.

Sebelumnya, petugas Reskrim Polsek Tanjung Duren mengejar salah satu pelaku pencurian kendaraan bermotor di wilayahnya, Sabtu malam. Petugas menemukan mobil Toyota Rush B1946KOR yang mirip dngan mobil pelaku.

Polisi Tanjung Duren melepaskan empat peluru ke mobil itu. Pemilik mobil juga sempat dianiaya oleh polisi.

Setelah dipastikan, rupanya polisi itu salah sasaran. Mobil malang tersebut diketahui milik warga Bekasi bernama Robin Napitupulu (25). Pihak Polsek Tanjung Duren pun mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut. Menurut Kanit Reskrim Polsek Tanjung Duren, AKP Khoiri, apa yang dilakukan anak buahnya sesuai prosedur.

Kini, korban dirawat di Rumah Sakit Pelabuhan, Jakarta Utara. Meski tak tertembus peluru, korban cukup trauma dengan luka sobek di tempurung kepala dan pelipis sebanyak 20 jahitan. Tidak hanya itu, lengan tangan kanan dan pinggangnya memar akibat terkena serpihan peluru. Jari telunjuk kanan pun mengalami retak.

sumber


Orang atau Kelompok yang melakukan serangkaian aksi teror adalah........
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive