Jakarta - Menteri Keuangan Chatib Basri menilai kondisi pasar saat ini sudah lebih stabil dibandingkan pekan lalu. Dengan demikian tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan indeks saham diperkirakan akan terus melemah.
Chatib menilai tekanan terhadap nilai tukar terjadi pada setiap negara karena gejolak keuangan global yang dipicu kebijakan ekonomi AS. Dampak tenanan ini dipastikan tidak akan bisa ditanggulangi dalam waktu singkat.
"Tentu pressure terhadap nilai tukar di semua negara akan terjadi. Kalau anda minta hasilnya harus dalam satu jam, satu hari, yah tentu butuh waktu," ujar Menkeu di Jakarta, Senin (2/9).
Menurut Chatib situasi pasar sudah mulai stabil dalam tiga hari terakhir. Namun dia enggan memproyeksi kondisi pasar kedepan.
"Paling tidak dalam tiga hari terakhir, yang saya liat di pasar. Itu marketnya sudah lebih stabil," imbuhnya.
Josua Pardede, Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII) mengkhawatirkan tren pelemahan kurs rupiah akhir-akhir ini. Hal ini karena situasi tersebut bisa meningkatkan nilai transaksi impor.
Padahal, katanya, hingga kini pemerintah belum bisa mengharapkan perbaikan kinerja dari sisi ekspor. Kondisi ini dinilai diperparah dengan kondisi global yang melemah sehingga permintaan masih akan tetap stagnan.
"Yang di khawatirakan adalah pelemahan nilai tukar sudah mencapai 13% sehingga nilai impor akan meningkat. Disisi lain ekonomi global masih melemah sehingga permintaan masih akan stagnan," katanya.
SUMBER
Chatib menilai tekanan terhadap nilai tukar terjadi pada setiap negara karena gejolak keuangan global yang dipicu kebijakan ekonomi AS. Dampak tenanan ini dipastikan tidak akan bisa ditanggulangi dalam waktu singkat.
"Tentu pressure terhadap nilai tukar di semua negara akan terjadi. Kalau anda minta hasilnya harus dalam satu jam, satu hari, yah tentu butuh waktu," ujar Menkeu di Jakarta, Senin (2/9).
Menurut Chatib situasi pasar sudah mulai stabil dalam tiga hari terakhir. Namun dia enggan memproyeksi kondisi pasar kedepan.
"Paling tidak dalam tiga hari terakhir, yang saya liat di pasar. Itu marketnya sudah lebih stabil," imbuhnya.
Josua Pardede, Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII) mengkhawatirkan tren pelemahan kurs rupiah akhir-akhir ini. Hal ini karena situasi tersebut bisa meningkatkan nilai transaksi impor.
Padahal, katanya, hingga kini pemerintah belum bisa mengharapkan perbaikan kinerja dari sisi ekspor. Kondisi ini dinilai diperparah dengan kondisi global yang melemah sehingga permintaan masih akan tetap stagnan.
"Yang di khawatirakan adalah pelemahan nilai tukar sudah mencapai 13% sehingga nilai impor akan meningkat. Disisi lain ekonomi global masih melemah sehingga permintaan masih akan stagnan," katanya.
SUMBER
