Please disable ad-blocker to view this page



SITUS BERITA TERBARU

Tanya Jawab Menteri YUDDY [Sebaiknya Agan2 Tau]

Tuesday, February 17, 2015
Merdeka.com - Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi bicara terkait polemik dirinya yang mengangkat banyak staf Ahli . Berikut ini patut disimak dan tanyakan ke Hati Nurani agan2.

wawancara khusus dengan merdeka.com, Kamis (12/2).

Soal polemik staf khusus yang bapak angkat?

3 Staf khusus itu diatur oleh ketentuan perpres. 3 staf khusus itu bagian struktural yang melekat dalam kelembagaan kementerian dan lembaga negara. 3 staf khusus ini diangkat oleh menteri semuanya. Di luar itu tidak ada yang dibiayai oleh negara difasilitasi oleh negara. Ketiga staf khusus tersebut memperoleh hak protokoler, itu menyangkut gaji, tunjangan, dll. Hak protkoler itu negara yang bayar. Yang lainnya sudah melekat dalam struktur organisasi departemen yang bersangkutan di luar itu negara tak biayai.

Terus yang 9 Tim ahli itu?

Nah sekarang sebagai menteri, saya bukan dari birokrat, tapi akademisi, aktivis, saya latar belakang parpol, latar belakang saya panjang. Saya waketum Relawan Jokowi-JK, relawan nasional, kepala bidang pemenangan pemilu di Hanura, dibesarkan lama di Golkar. Aktif di berbagai macam organisasi. Dalam spektrum seperti itu saya tidak hanya menjalankan
tugas kementerian, tapi networking untuk kepentingan negara, komunikasi politik. Saya mengakomodir simpul-simpul yang potensial untuk membangun tugas-tugas saya, saya ambil dong.

Kita sekarang bekerja sama-sama ayolah kita bangun pemerintahan ini, supaya apa-apa yang diharapkan masyarakat bisa dilaksanakan. Saya ajak teman-teman untuk jangan cuma
bisa mengkritik, tapi coba masuk ke dalam bantu saya dong. Saya rekrut staf pendukung menteri ada 9 orang, 9 orang untuk apa tugasnya? Mereka membantu saya misalnya di Bandung ini (acara di ITB dan Kadin Bandung).

Ada tim saya yang kontak dengan siapa. Acara resminya apa, misal, dengan ITB masa cuma ITB doang, semalem saja. Nggak dong. Tim khusus dan pendukung ini keep contact, dengan Kadin sehingga tadi malem ada acara, jadi manfaat. Kadin bisa memberi pencerahan. Ketemu aktivis juga, dalam rangka pemantaban. Yang penting negara tidak ada pengeluaran baru, mereka datang sendiri tak dibiayai negara. Bayar hotel sendiri, selama tidak ada penambahan anggaran, salahnya dimana, mau bantu negara loh?


Kalau Tim yang diketuai Indra Jaya Piliang?

Sama dengan tim ahli yang diketuai Indra Jaya Piliang. Ada doktor, profesor, master. Mereka membantu tanpa minta gaji, fasilitas masa kami tolak. Bantu negara gratis, hanya minta dihargai, diakomidasi, mereka bekerja untuk pemerintah. Mereka ini profesional, udah kaya, punya tabungan, ingin mengabdi ke pemerintah, butuh pengakuan. Kalau saya akomodir dengan saya SK-kan salahnya di mana. Kalau perlu jangan 24 orang malah, 240 orang kalau perlu.

Saya waktu itu gak bergeming, mau dikritik pemborosan, pemborosan uangnya siapa yang dikeluarkan. Ada gak uang negara? Bukan dong itu dari uang dana operasional menteri, dana pemerintah untuk operasional menteri, bisa untuk meningkatkan kinerja. daripada beli bunga, 500 ribu (buat ucapaan selamat di kimpoian). Saya gak kirim-kirim bunga masa gak boleh, sekadar buat transport rapat saja, mereka gak minta tapi saya yang inisiatif.

Saat ada sekelompok orang yang mempermasalahkan itu gak kita jawab. Ngapain ditanggapi, sama halnya anak kita marah-marah dan nangis, masa kita mau marah-marah juga sama anak kita, dia nanti ngerti sendiri. Katanya ada disposisi dari saya untuk mengeluarkan uang, lah uang-uang saya. Kecuali uang Kemenpan dimintakan, untuk dikeluarkan menambah anggaran, itu gak boleh, baru pemborosan namanya.


Yang infonya membayar Rp 54 juta itu?

Rp 54 juta tapi kan untuk 24 orang. Berapa per orang, paling 2 juta, itu pun bukan uang kementerian, itu uang saya operasional menteri, salahnya di mana? Itupun tidak saya tanggapi, saya berpikir positif saja, oh mereka mungkin belum tahu, tapi kan lama-lama mereka tahu.

Faktanya ini kan zaman serba transparan, ada kontrol dari masyarakat. Saya persilakan publik pengawal sosial. Saya tidak khawatir karena saya tidak ada hidden agenda, tidak punya agenda terselubung, tendensius. Boleh dilihat, diperiksa, toh mereka bisa cek ke dalam. Ternyata yang mereka tunjukkan tidak benar. Tanpa saya bantah-bantah. Saya tidak alergi kritik juga tidak apatis terhadap perbedaan pendapat.

Dulu sebelum di pemerintah saya pernah jadi oposisi, jadi anggota DPR, akademisi juga. Saya pernah mengkritik, sering malah. Pada saat saya dikritik, dilandaskan pada satu keinginan perbaikan, kritik dengan sebuah konstruksi untuk memperbaiki, saya selalu berpikir positif. Ketika si pengkritik menemukan jawaban sendiri, maka orang yang berpendapat positif akan memberikan apresiasi terhadap kritik yang jawabannya mereka temukan sendiri.


Ada sebuah lembaga yang memposisikan bapak sebagai lima besar kementerian Jokowi yang dianggap berprestasi. Pendapatnya?

Tentu kita bersyukur, walaupun dalam waktu singkat Kemenpan dapat apresiasi yang besar dari masyarakat. Dalam waktu yang singkat kita bisa kenalkan ke masyarakat ini loh ruang lingkup Kemenpan, ini yang kita lakukan. Sedikit banyak manfaat terasa, setidaknya untuk kewibawaan dan disiplin aparatur negara, mempertahankan lebih berat dari meraih. Kalau tidak masuk 5 besar, itu lebih enteng. Kita perbaiki saja supaya kita bisa masuk ke sana. Tapi kalau udah dipatok, kalau gak salah ranking 4 ini berat. Kita harus pertahankan ritme kerja dan meningkatkan kinerja supaya nggak turun.

Menurut saya di satu sisi, bersyukur, tapi di sisi lain gawat ini kita harus mempertahankan, harus menjaga ritme dan ini gak gampang, harus memotivasi banyak orang, kerjasama baik, gotong royong, pemahaman visi misi, jadinya malah banyak hal yang harus dilakukan. Ini tantangan yang tidak mudah, mudah-mudahan bisa mempertahankan syukur-syukur lebih tinggi lagi.


Masuk lima besar kementerian, apakah mungkin karena bapak sering nongol di media?

Muncul di media itu sebagai konsekuensi dari aktivitas yang kita lakukan.


Hubungan dengan menteri lain? Pernah ada masalah?

Gak ada. Kementerian di era Pak Jokowi asik, satu sama lain sudah kenal lama. Kedua, kita dari sebuah hasil proses seleksi yang ditangani langsung presiden dan wapres. Presiden betul-betul kenal, chemistry hampir sama. Meski sedikit kaku karena ada yang baru kenal, tetapi dalam ritme kerjasama, visi melaksanakan tugas ada kerekatan-kerekatan yang memudahkan koordinasi. Kita tidak ada sekat, jangankan sesama menteri, dengan Menko saja sangat luwes hubungannya.

Terus dengan lintas kementerian koordinasi juga enak. Bahkan dengan presiden dan wapres tidak birokratis. Kalau dulu 5 tahun hampir ada yang gak ketemu presiden, menteri susah ketemu, ketemu kalau dipanggil itupun kalo dipanggil. Jadi ketemunya di rapat saja. Kalau sekarang kapan saja bisa bertemu presiden, santai. datang bisa kapan saja, misalnya naik pesawat minta waktu bisa, sangat cair. Ini modal kebersamaan gotong royong, egaliter, nyaman, mudah-mudahan dengan modal ini Indonesia hebat yang dicita-citakankan, Nawacita bisa menjadi nyata.


Bagaimana Bapak menyikapi berbagai kritikan yang kerap muncul di sosial media seperti Twitter, FB, Path, dan sebagainya?

Kan kalau kebenaran pasti menemukan jalan kebaikan walaupun perlu waktu. Saya percaya kita berjalan di jalur yang benar kita akan selamat. Walau ditembak kirim kanan melesat, saya percaya takdir seperti itu. Kedua kita ini hidup gak sendirian, sebut saja ada lawan masa gak punya kawan. Dengan menjaga silaturahmi, network, jam terbang panjang di dunia
aktivis, teman kita tersebar di mana-mana, termasuk medsos. Follower saya hampir 100 ribu. Saya bukan seperti tokoh lain yang beli follower, saya kerja sendiri, pegang sendiri, menggunakan sendiri dari tahun 2008. Ini Twitter saya di tangan saya sendiri, pasword-nya saya yang pegang. Nih saya ngetwit sendiri, anda lihat buktinya gak pakai orang kan? (sambil menunjukkan BB-nya, sedang posting di Twitter).

Saya buktiin ke anda, gak ada operator, saya kerjakan sendiri, di antara puluhan ribu ini masa gak ada temen. Ada temen kan, pasti ada yang nolong. Apalagi misalnya saya melakukan langkah defensif, respons polemik di medsos. Waktu saya masih di Hanura saya berpolemik dengan kelompok media tertentu soal kebijakan di Hanura, saya biasakan menggunakan jaringan saya di medsos untuk counter.

Meskipun mereka jaringan besar, saya bisa mengimbangi tanpa bayar, tanpa konsultan, saya hadapi perang di medsos, perang panjang itu, berminggu-minggu, dengan grup media tertentu. Apalagi sekarang, pemeritah tak boleh kalah oleh entitas lain selama pemerintah di jalur konstitusi dan kepentingan rakyat. Kalau sekarang mudah, di Kemenpan kita punya tim cyber, harus lebih kuat dari cyber manapun. Kalau ada kelompok medsos yang cuma bully artinya mereka gak punya itikad baik untuk membangun bangsa.


Terakhir, dukungan keluarga dan orang tua?

Alhamdulillah istri saya selama ini orang yang paling susah disuruh aktif berinteraksi dengan orang-orang baru. Tapi setelah saya jadi menteri sekarang dia aktif, ikut Ibu JK, ikut kegiatan Ibu Iriana, ikut Dekranas, artinya dia mendukung, ikut berbagai kegatan sosial yang diselenggarakan.

Kalau orang tua?

Ayah saya kan sudah meninggal, ada ibu, ibu saya mendukung, mendoakan, memberi support.

sumber:  

bgituuu......
wis ngerti ora son ?


Dikutip dari: http://adf.ly/12pLN5
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive