Quote:Hari ini, Senin 14 April 2014 para Siswa di tingkat SLTA sedang melakukan Ujian Nasional. Sudah menjadi aktivitas rutin di setiap tahun selalu diadakan Ujian Nasional.
Namun bersamaan dengan berkali-kali diselenggarakanya Ujian Nasional tersebut, tetap saja berkali-kali pula Ujian Nasional selalu menimbulkan masalah.
Beberapa masalah yang selalu muncul saat dilaksanakan Ujian Nasional yaitu mulai dari distribusi pengiriman soal Ujian Nasional, Bocornya kunci jawaban Ujian Nasional, hingga terjadinya budaya mencontek yang belum juga berkurang atau hilang dari para siswa.
Yang lebih menyedihkan lagi ketika kita mendengar jika ternyata ada juga sebuah sekolah yang dikabarkan membiarkan siswanya mencontek bahkan memberikan kunci jawaban kepada para siswanya dengan tujuan supaya siswa mereka Lulus Ujian semuanya.
Kondisi yang demikian tersebut tentunya menjadi persoalan serius yang harus segera diselesaikan. Jika tidak, maka Bangsa ini akan memiliki Generasi Anak Bangsa yang memiliki MORAL dan MENTAL �PENCURI� yang sudah dididik dan dilatih sejak dini. Sungguh kondisi yang menyeramkan bukan?
Budaya mencontek yang terjadi pada setiap Ujian Nasional menggambarkan betapa budaya mencontek ini semakin hari semakin parah dan cenderung lebih DIBIARKAN.
Pembiaran budaya mencontek setiap Ujian Nasional seolah terus berlangsung yang semuanya bisa berjalan karena adanya kesempatan para siswa untuk mencontek. Tapi yang paling parah tentunya dari budaya mencontek tersebut yaitu ketika budaya mencontek tersebut ternyata justru diketahui oleh para guru bahkan dibiarkan dengan alasan supaya siswa semuanya lulus ujian.
Pihak Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang memiliki wewenang penuh atas sistem pendidikan di Indonesia harus menangani permasalahan ini dengan sangat serius.
Kita tidak bisa membayangkan jika para siswa selama di sekolah sudah �dibiarkan� membangun budaya mencontek, itu artinya sama saja para siswa ini sudah terlatih dan dibiarkan untuk menjadi �pencuri�.
Para siswa yang sejak berstatus sebagai pelajar sudah terbiasa menjadi �pencuri� jawaban atau mencontek saat ujian, dikhawatirkan saat dewasa nanti hingga saat bekerja mereka menjadi pencuri-pencuri yang handal.
Jika kondisi tersebut benar-benar terjadi maka sangat mungkin saat para siswa ini kelak menjadi pejabat atau pegawai, mereka bisa berpotensi menjadi koruptor-koruptor yang handal.
Tidak tegasnya sanksi dari pihak Kementrian Pendidikan atas para pelaku pelanggaran ketika Ujian Nasional bisa menyebabkan tidak takutnya para pelaku pelanggaran tersebut sehingga pelanggaran tersebut akan terus berulang dan berulang.
Sistem Ujian Nasional yang sering menimbulkan kontroversial ini juga perlu dikoreksi dan diperbaiki terkait sistem dan kwalitas dari pelaksanaan Ujian Nasional tersebut.
Memang bisa saja pihak Kementrian pendidikan Nasional akan tidak mau disalahkan, demikian juga para guru-guru dan siswa yang mereka juga tidak mau disalahkan dalam kondisi yang terjadi.
Namun apapun pendapat mereka atas ketidakmauan mereka bertanggungjawab atas banyaknya masalah saat pelaksanaan Ujian Nasional tersebut, yang pasti masalah dan masalah yang selalu muncul di setiap pelaksanaan Ujian Nasional harus segera dicarikan penyelesaian.
Jika memang semua pihak tidak ingin disalahkan atas kondisi ini, maka sudah seharusnya semua pihak segera mencari solusinya secara bersma-sama.
Jangan sampai semua tidak ada yang mau disalahkan, akan tetapi berbagai persoalan selalu dibiarkan sehingga Nilai kejujuran para siswa dan Guru di setiap pelaksanaan Ujian Nasional akan selalu dipertaruhkan.
sumber
Lantas, kalau kenyataannya seperti di atas, apakah tulisan di bawah ini artinya benar?
Quote:Anak Indonesia Tukang Nyontek
ian nasional (UN) dinilai hanya mengganggu proses pembelajaran di kelas karena hanya dilihat dari segi kelulusannya saja.
"UN hanya dilihat dari segi kelulusannya saja. Sistem tersebut merupakan mekanisme pasar yang mengganggu proses pembelajaran di kelas. Padahal proses pembelajaran di sekolah merupakan pendidikan yang berkarakter," ucap Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) Zulkarnaen Sinaga, saat ditemui di @america, Jakarta, Kamis (7/11/2013).
Dirinya pun mempertanyakan, apakah lulus UN tersebut harus dengan nilai yang bagus? Apakah bisa mendapat hadiah serta harus mendapatkan ranking, jika memang lulus UN. Hingga muncul dibenaknya terhadap penilaian UN yang menganut sistem 20 paket.
"Anak-anak Indonesia tukang nyontek. Karakter pendidikannya tidak membentuk. Kemudian peran guru tentang sekolah, karena kita terikat pendidikan pada sistem," ungkapnya.
Oleh karena itu, peran guru di sini sangatlah penting. Karena guru sebagai ujung tombak pembentukan karakter pelajar, selain orangtua. Menurut dia, dalam kasus UN, harus ada standar peraturan sehingga membuat guru mantap melangkah dalam mendidik muridnya.
"Kurikulum 2013 mendekatkan pada empat pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Guru tidak boleh lelah untuk mengajar murid, bahkan kepala sekolah membenahkan diri sendiri yang harus diwujudkan. Mungkin pola dan caranya harus kita kembangkan," pungkas dia.
sumber
Namun bersamaan dengan berkali-kali diselenggarakanya Ujian Nasional tersebut, tetap saja berkali-kali pula Ujian Nasional selalu menimbulkan masalah.
Beberapa masalah yang selalu muncul saat dilaksanakan Ujian Nasional yaitu mulai dari distribusi pengiriman soal Ujian Nasional, Bocornya kunci jawaban Ujian Nasional, hingga terjadinya budaya mencontek yang belum juga berkurang atau hilang dari para siswa.
Yang lebih menyedihkan lagi ketika kita mendengar jika ternyata ada juga sebuah sekolah yang dikabarkan membiarkan siswanya mencontek bahkan memberikan kunci jawaban kepada para siswanya dengan tujuan supaya siswa mereka Lulus Ujian semuanya.
Kondisi yang demikian tersebut tentunya menjadi persoalan serius yang harus segera diselesaikan. Jika tidak, maka Bangsa ini akan memiliki Generasi Anak Bangsa yang memiliki MORAL dan MENTAL �PENCURI� yang sudah dididik dan dilatih sejak dini. Sungguh kondisi yang menyeramkan bukan?
Budaya mencontek yang terjadi pada setiap Ujian Nasional menggambarkan betapa budaya mencontek ini semakin hari semakin parah dan cenderung lebih DIBIARKAN.
Pembiaran budaya mencontek setiap Ujian Nasional seolah terus berlangsung yang semuanya bisa berjalan karena adanya kesempatan para siswa untuk mencontek. Tapi yang paling parah tentunya dari budaya mencontek tersebut yaitu ketika budaya mencontek tersebut ternyata justru diketahui oleh para guru bahkan dibiarkan dengan alasan supaya siswa semuanya lulus ujian.
Pihak Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang memiliki wewenang penuh atas sistem pendidikan di Indonesia harus menangani permasalahan ini dengan sangat serius.
Kita tidak bisa membayangkan jika para siswa selama di sekolah sudah �dibiarkan� membangun budaya mencontek, itu artinya sama saja para siswa ini sudah terlatih dan dibiarkan untuk menjadi �pencuri�.
Para siswa yang sejak berstatus sebagai pelajar sudah terbiasa menjadi �pencuri� jawaban atau mencontek saat ujian, dikhawatirkan saat dewasa nanti hingga saat bekerja mereka menjadi pencuri-pencuri yang handal.
Jika kondisi tersebut benar-benar terjadi maka sangat mungkin saat para siswa ini kelak menjadi pejabat atau pegawai, mereka bisa berpotensi menjadi koruptor-koruptor yang handal.
Tidak tegasnya sanksi dari pihak Kementrian Pendidikan atas para pelaku pelanggaran ketika Ujian Nasional bisa menyebabkan tidak takutnya para pelaku pelanggaran tersebut sehingga pelanggaran tersebut akan terus berulang dan berulang.
Sistem Ujian Nasional yang sering menimbulkan kontroversial ini juga perlu dikoreksi dan diperbaiki terkait sistem dan kwalitas dari pelaksanaan Ujian Nasional tersebut.
Memang bisa saja pihak Kementrian pendidikan Nasional akan tidak mau disalahkan, demikian juga para guru-guru dan siswa yang mereka juga tidak mau disalahkan dalam kondisi yang terjadi.
Namun apapun pendapat mereka atas ketidakmauan mereka bertanggungjawab atas banyaknya masalah saat pelaksanaan Ujian Nasional tersebut, yang pasti masalah dan masalah yang selalu muncul di setiap pelaksanaan Ujian Nasional harus segera dicarikan penyelesaian.
Jika memang semua pihak tidak ingin disalahkan atas kondisi ini, maka sudah seharusnya semua pihak segera mencari solusinya secara bersma-sama.
Jangan sampai semua tidak ada yang mau disalahkan, akan tetapi berbagai persoalan selalu dibiarkan sehingga Nilai kejujuran para siswa dan Guru di setiap pelaksanaan Ujian Nasional akan selalu dipertaruhkan.
sumber
Lantas, kalau kenyataannya seperti di atas, apakah tulisan di bawah ini artinya benar?
Quote:Anak Indonesia Tukang Nyontek
ian nasional (UN) dinilai hanya mengganggu proses pembelajaran di kelas karena hanya dilihat dari segi kelulusannya saja.
"UN hanya dilihat dari segi kelulusannya saja. Sistem tersebut merupakan mekanisme pasar yang mengganggu proses pembelajaran di kelas. Padahal proses pembelajaran di sekolah merupakan pendidikan yang berkarakter," ucap Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) Zulkarnaen Sinaga, saat ditemui di @america, Jakarta, Kamis (7/11/2013).
Dirinya pun mempertanyakan, apakah lulus UN tersebut harus dengan nilai yang bagus? Apakah bisa mendapat hadiah serta harus mendapatkan ranking, jika memang lulus UN. Hingga muncul dibenaknya terhadap penilaian UN yang menganut sistem 20 paket.
"Anak-anak Indonesia tukang nyontek. Karakter pendidikannya tidak membentuk. Kemudian peran guru tentang sekolah, karena kita terikat pendidikan pada sistem," ungkapnya.
Oleh karena itu, peran guru di sini sangatlah penting. Karena guru sebagai ujung tombak pembentukan karakter pelajar, selain orangtua. Menurut dia, dalam kasus UN, harus ada standar peraturan sehingga membuat guru mantap melangkah dalam mendidik muridnya.
"Kurikulum 2013 mendekatkan pada empat pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Guru tidak boleh lelah untuk mengajar murid, bahkan kepala sekolah membenahkan diri sendiri yang harus diwujudkan. Mungkin pola dan caranya harus kita kembangkan," pungkas dia.
sumber