SITUS BERITA TERBARU

Dipilih Untuk Melayani

Tuesday, April 29, 2014
Melihat situasi dan arah kepemimpinan yang ada di Indonesia pada khususnya, dan carut marut kepemimpinan saat ini. Sangatlah memprihatinkan bahkan sempat menimbulkan anggapan bahwa ada yang salah dengan model kepemimpinan yang berkembang di Negara ini. Sebagai seorang pemimpin, baik legislatif maupun eksekutif dalam suatu komunitas atau negara, model kepemimpinan yang diterapkan seharusnya Pemimpin yang Melayani bukan menjadi pemimpin yang dilayani. Karena rakyat memilih pemimpin adalah untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk mereka (rakyat adalah negara itu sendiri) maka dari itu adanya pemimpin adalah untuk melayani kebutuhan rakyatnya, bukannya malah sebaliknya.
Sejauh mana kita bisa menjadi memimpin rakyat yang baik dapat diukur dari seberapa besar kita melayani dan menjadi hamba bagi rakyat, sejauh mana kita mau berkorban bagi rakyat, dan seberapa besar sumbangsih yang kita berikan bagi kesejahteraan dan kebaikan rakyat. Ketika rakyat mencemooh kita sebagai pemimpin, dan dihujat rakyat, itu merupakan hal yang lumrah karena itu adalah resiko yang harus diemban oleh seorang pemimpin, karena Pemimpin dipilih untuk melayani rakyat. Jadi Komitmen pemimpin memang meletakkan diri menjadi pelayan rakyat, maka dia akan siap menerima segala macam cemoohan dan kemarahan yang berasal dari rakyat, dan menjadikannya sumber inspirasinya dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dan menguntungkan banyak pihak. Hal ini bukanlah hal yang mudah, namun itulah tantangan bagi seorang pemimpin yang melayani, yang dimulai dari sikap hati yang ingin melayani bukan untuk dilayani, maupun menguasai atau bahkan untuk memperkaya diri.
Dari Uraian diatas muncul pertanyaan apakah para calon pemimpin yang dipilih pada Pemilihan legislatif yang berlangsung pada 9 April 2014 lalu apakah pemimpin yang dipilih untuk melayani ataukah sebaliknya atau malah para pencari kekuasaan serta kekayaan pribadi?. Salah satu ciri pemimpin yang melayani adalah mau mendengarkan dengan empati, mendengarkan bukan untuk menjawab melainkan mendengarkan untuk mengerti dan memahami lalu meresponnya dengan hati dan ide dan mewujudkannya dengan kebijakan dan kerja nyata. Sedangkan yang selalu kita dengarkan saat ini, para pemimpin kita bukannya mendengarkan dengan empati, malah sebaliknya, dan akhirnya jawaban-jawaban yang keluar dari merekapun asal-asalan, terkesan arogan dan tidak mau disalahkan sama sekali ataupun egoisme pribadi. Ciri yang lain dari seorang pemimpin yang melayani, yakni mampu menciptakan sistem pelayanan yang membuat rakyatnya menjadi change agent (Agen Perubahan) untuk berjuang bersama bagi keberhasilan bersama dalam kelompok atau masyarakatnya.
Semoga saja tulisan ini bisa menjadi sedikit pencerah bagi para calon pemimpin yang akan terpilih kelak agar disadarkan akan tugas dan tanggung jawab yang akan dipikulnya kelak ketika terpilih menjadi anggota legislatif maupun calon presiden dan wakil presiden berikutnya. Semoga saja para calon pemimpin yang kita pilih menjadi pemimpin yang menyadari bahwa mereka dipilih untuk melayani bukan untuk dilayani, sehingga akan terlahir pemimpin yang baik dan bijaksana serta dicintai rakyatnya, pemimpin yang membawa perubahan yang baik serta dapat memajukan bangsa dan negara serta mampu mensejahterakan rakyatnya bukan para anggota legislatif yang serakah, pencari kekayaan pribadi, pembuat aturan yang mengedepankan kepentingan pribadi maupun bisnis, dan para pemimpin yang rela melakukan apapun untuk memikirkan kesejahteraan pribadi termasuk menjual rahasia negara atau jadi tim sukses kepentingan pihak asing yang ingin melemahkan dan merusak negara baik dari aturan perundang-undangan maupun dari segi kerja sama bisnis.
Tidak hanya itu saja, semoga saja calon pemimpin kita kelak dapar membawa angin perubahan yang positif di tubuh partai yang merupakan wadah untuk melahirkan para pemimpin agar lebih serius dan sungguh-sungguh melakukan pengkaderan yang baik dan sesuai dengan kader yang dibutuhkan masyarakat yaitu kader pemimpin yang baik dan berkualitas, bukan asal rekrut kader yang dinilai dapat meningkatkan angka elektabilitas semata, kader serabutan dan asal jadi yang tidak memiliki kompetensi dan kualitas sama sekali sebagai pemimpin. Karena sudah saatnya sebagai bagian dari bangsa dan negara Indonesia kita menyadari bahwa Indonesia ditengah ambang kemerosotan dan jadi bulan-bulanan negara asing. Sudah saatnya kita bangkit dan menjadikan Indonesia menjadi negara yang maju dan berdaulat di mata dunia bukan lagi negeri 1001 masalah. Sudah saatnya partai mengesampingkan ego pribadi dan mengejar angka elektabilitas saja atau mengejar keuntungan dan kekayaan pemimpin partainya semata, dan fokus dan serius membina kader partainya agar menjadi pemimpin yang baik dan menjadi pujaan dan dicintai masyarakat, bukan berlomba untuk saling memperoleh banyak dukungan ataupun saling menjatuhkan. Karena apabila partai mampu melahirkan pemimpin yang baik dan berniat melayani bukan dilayani maka rakyat tidak akan sungkan-sungkan memberikan suaranya kepada partai tersebut dan partai tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar-besaran hanya untuk melakukan pencitraan semata atau menghimbau masyarakat untuk tidak golput.
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive