Quote:Caleg Gerindra Solo tuding rekan separtai sabotase suaranya
Reporter : Arie Sunaryo | Senin, 14 April 2014 01:33
Merdeka.com - Sejumlah calon legislatif (caleg) Partai Gerindra DPC Solo mendatangi PPS di kantor Kelurahan Kadipiro, Jalan Sumpah Pemuda, Solo, Jawa Tengah, Minggu (13/4). Mereka memprotes hasil penghitungan suara yang dilakukan di tingkat TPS terdapat selisih yang signifikan. Bahkan ratusan suara yang sudah dihitung di TPS tiba-tiba berkurang di penghitungan tingkat PPS.
"Dari 5 TPS di 3 kelurahan dapil 2 Surakarta, suara kami banyak yang hilang. Dan juga terjadi penggelembungan suara caleg lain di Kelurahan tertentu. Suara saya yang hilang sekitar 200. Saya bawa bukti otentik," ujar Melia Jatmiyati, Caleg no 3 Gerindra Dapil II Solo, Minggu (13/4).
Melia mencontohkan, di TPS 22 Kelurahan Sumber tempat dia memilih, hasil penghitungan KPPS, dirinya mendapatkan 10 suara. Namun suara tersebut hilang di penghitungan tingkat kelurahan. Hilangnya suara tersebut juga terjadi di beberapa TPS di beberapa kelurahan.
"Di TPS 22 Sumber, suara saya dapat 10, di kelurahan kok bisa jadi nol. Saya melihat ada indikasi suara saya dialihkan ke caleg nomor urut 2. Padahal suara dia itu sebelumnya nol, kenapa di kelurahan jadi 10," protesnya.
Suara hilang juga dialami caleg Gerindra nomor urut 4 di dapil yang sama, yakni Eko Prasetyo. Namun Eko belum bisa menghitung berapa suaranya yang lenyap atau berpindah ke caleg Gerindra lainnya. Baik Eko maupun Melia memperkirakan, suara yang hilang tersebut telah berpindah ke caleg nomor urut 2.
"Kenapa suara kita yang hilang itu tidak berpindah ke nomor 5,6,7 atau nomor 1," kata Eko kecewa.
Baik Eko maupun Melia mengaku telah membuktikan bahwa suaranya ternyata telah disabotase atau oleh oknum tertentu untuk memenangkan caleg lainnya. "Dengan kebesaran hati kami telah meminta beberapa TPS untuk membuka kotak suara. Ternyata suara kami ada, bukan nol seperti yang tercatat di PPS," katanya.
Atas kondisi tersebut, kedua caleg meminta KPU agar mau menghitung ulang hasil pileg khususnya di dapil 2 Surakarta.
"Saya hanya ingin pemilu yang jujur dan adil. Kami ingin tahu, jumlah suara yang sebenarnya yang diperoleh masing-masing caleg di Partai Gerindra. Untuk itu kami juga minta dukungan DPC agar bertindak adil," ungkap Eko.
Sementara itu Ketua DPC Partai Gerindra Solo, Suprayitno mendukung langkah yang ditempuh oleh Melia dan Eko. Suprayitno menyadari tugas KPPS sangat berat dalam proses tahapan pemilu. Namun demikian pihaknya mendesak agar mau membuka kotak kembali, untuk dilakukan penghitungan ulang di seluruh TPS dapil 2 Surakarta.
"Kalau diperlukan setiap kotak harus dibuka kembali, agar mendapatkan kejujuran dan keadilan. Semua caleg Partai Gerindra harus legowo, bisa menerima apapun hasilnya. kalau pada akhirnya jumlah suaranya memang tidak sesuai dengan yang diharapkan," tandasnya.
Suprayitno juga mendesak KPU Kota Solo agar mau melakukan penghitungan ulang, agar tak ada yang merasa dirugikan, baik partai maupun caleg. Suprayitno berjanji dalam waktu dekat akan mendatangi KPU untuk maksud tersebut.
G E R I N D A
Ini yang namanya perang saudara
Reporter : Arie Sunaryo | Senin, 14 April 2014 01:33
Merdeka.com - Sejumlah calon legislatif (caleg) Partai Gerindra DPC Solo mendatangi PPS di kantor Kelurahan Kadipiro, Jalan Sumpah Pemuda, Solo, Jawa Tengah, Minggu (13/4). Mereka memprotes hasil penghitungan suara yang dilakukan di tingkat TPS terdapat selisih yang signifikan. Bahkan ratusan suara yang sudah dihitung di TPS tiba-tiba berkurang di penghitungan tingkat PPS.
"Dari 5 TPS di 3 kelurahan dapil 2 Surakarta, suara kami banyak yang hilang. Dan juga terjadi penggelembungan suara caleg lain di Kelurahan tertentu. Suara saya yang hilang sekitar 200. Saya bawa bukti otentik," ujar Melia Jatmiyati, Caleg no 3 Gerindra Dapil II Solo, Minggu (13/4).
Melia mencontohkan, di TPS 22 Kelurahan Sumber tempat dia memilih, hasil penghitungan KPPS, dirinya mendapatkan 10 suara. Namun suara tersebut hilang di penghitungan tingkat kelurahan. Hilangnya suara tersebut juga terjadi di beberapa TPS di beberapa kelurahan.
"Di TPS 22 Sumber, suara saya dapat 10, di kelurahan kok bisa jadi nol. Saya melihat ada indikasi suara saya dialihkan ke caleg nomor urut 2. Padahal suara dia itu sebelumnya nol, kenapa di kelurahan jadi 10," protesnya.
Suara hilang juga dialami caleg Gerindra nomor urut 4 di dapil yang sama, yakni Eko Prasetyo. Namun Eko belum bisa menghitung berapa suaranya yang lenyap atau berpindah ke caleg Gerindra lainnya. Baik Eko maupun Melia memperkirakan, suara yang hilang tersebut telah berpindah ke caleg nomor urut 2.
"Kenapa suara kita yang hilang itu tidak berpindah ke nomor 5,6,7 atau nomor 1," kata Eko kecewa.
Baik Eko maupun Melia mengaku telah membuktikan bahwa suaranya ternyata telah disabotase atau oleh oknum tertentu untuk memenangkan caleg lainnya. "Dengan kebesaran hati kami telah meminta beberapa TPS untuk membuka kotak suara. Ternyata suara kami ada, bukan nol seperti yang tercatat di PPS," katanya.
Atas kondisi tersebut, kedua caleg meminta KPU agar mau menghitung ulang hasil pileg khususnya di dapil 2 Surakarta.
"Saya hanya ingin pemilu yang jujur dan adil. Kami ingin tahu, jumlah suara yang sebenarnya yang diperoleh masing-masing caleg di Partai Gerindra. Untuk itu kami juga minta dukungan DPC agar bertindak adil," ungkap Eko.
Sementara itu Ketua DPC Partai Gerindra Solo, Suprayitno mendukung langkah yang ditempuh oleh Melia dan Eko. Suprayitno menyadari tugas KPPS sangat berat dalam proses tahapan pemilu. Namun demikian pihaknya mendesak agar mau membuka kotak kembali, untuk dilakukan penghitungan ulang di seluruh TPS dapil 2 Surakarta.
"Kalau diperlukan setiap kotak harus dibuka kembali, agar mendapatkan kejujuran dan keadilan. Semua caleg Partai Gerindra harus legowo, bisa menerima apapun hasilnya. kalau pada akhirnya jumlah suaranya memang tidak sesuai dengan yang diharapkan," tandasnya.
Suprayitno juga mendesak KPU Kota Solo agar mau melakukan penghitungan ulang, agar tak ada yang merasa dirugikan, baik partai maupun caleg. Suprayitno berjanji dalam waktu dekat akan mendatangi KPU untuk maksud tersebut.
G E R I N D A
Ini yang namanya perang saudara