
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Hasto Kristiyanto mengatakan tak perlu memikirkan terkait pada isu calon presiden boneka yang digerakkan oleh dalang karena di partainya sudah tuntas. Di PDI Perjuangan, lebih berkonsentrasi mengungkap dalang yang menginginkan pemilihan umum rusuh dan penuh kecurangan, kata Hasto.
"Justru yang bahaya itu dalang yang ingin pemilu rusuh atau curang," kata Hasto ketika diskusi di Polemik Sindo bertajuk 'Siapa Dalang dan Wayang Capres 2014', Sabtu, 29 Maret 2014. Berdasarakan intelejen yang berkomunikasi dengan PDI Perjuangan, ada pihak-pihak yang menginginkan pemilu tak berjalan lancar, kata Hasto.
Hasto menunjukkan indikasinya seperti daftar pemilih tetap yang sampai saat ini masih bermasalah. Kotak suara yang terbuat dari kertas, dianggap Hasto juga tak layak digunakan di negara kepulauan seperti Indonesia. Penggunaan teknologi informatika juga rentan dimanipulasi.
Pengamat psikologi politik dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk mengatakan teori konspirasi berkembang kalau ada permasalahan di pemilihan umum yang belum jelas. "Kalau semua prosedur clear, tak akan ada pandangan konspirasi," kata Hamdi.
KPU akan menyebarkan kotak suara dan bilik suara dari bahan dasar non-logam atau non-aluminium untuk pelaksanaan pemilu 2014. KPU mengusulkan kotak dan bilik suara untuk pemilu 2014 terbuat dari bahan dasar plastik atau kardus anti-air. Alasan KPU untuk tidak lagi menggunakan aluminium sebagai bahan dasar kotak suara dan bilik suara tersebut, adalah untuk penghematan anggaran produksi dan penyimpanan atau perawatan logistik.
Sementara terkait dalam soal daftar pemilih tetap, sesuai dengan keputusan KPU pada 15 Februari 2014, yang berjumlah 185.822.507 pemilih, terdiri dari 93.056.196 pemilih laki-laki dan 92.766.299 pemilih perempuan. Daftar pemilih ini menurun 789.748 pemilih dibandingkan daftar yang ditetapkan pada 4 November 2013 dengan jumlah 186.612.255 pemilih.
sumber
belon apa-apa udah bilang curang, ntar mewek gugat lagi kalah lagi



