
"Klarifikasi ini untuk menjelaskan aksi KM-ITB yang menolak politisasi kampus," kata Ketua Kabinet KM-ITB periode 2014-2015 Mohammad Jeffry Giranza kepada Tempo, Sabtu, 19 April 2014. Ada lima alasan yang mereka ajukan.
Pertama, Jokowi telah mendeklarasikan dirinya sebagai calon presiden. Kedua, pengumuman mengenai studium generale, tidak dilakukan seperti biasanya, yang mencantumkan siapa pengisi kuliah dan topiknya. Kuliah umum kemudian diberitahukan akan diisi oleh Gubernur DKI Jakarta, tanpa informasi temanya.
Ketiga, kehadiran Jokowi di ITB adalah inisiatifnya sendiri. ITB telah mengundang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak November 2013, namun tidak menyanggupi. Tiba-tiba atas perintah Gubernur DKI Jakarta, di bulan April ini diadakan kunjungan ke ITB. Kunjungan yang dimaksud adalah penandatanganan MoU mengenai kerja sama ITB dan Pemerintah DKI Jakarta.
Menurut KM-ITB, penandatanganan MoU bisa dilakukan tanpa harus mengadakan studium generale. Lembaga ini menuduh adanya kejanggalan perihal kedatangan Jokowi di kampus ITB. "Ketika pilihan sikap kita adalah diam, maka ITB akan diberitakan oleh media bahwa ITB menyambut hangat kehadiran Jokowi," tulis Jeffry dalam klarifikasinya di website KM-ITB tanggal 18 April 2014.
Sikap KM-ITB, kata Jeffry, adalah menolak segala bentuk politisasi kampus ITB. Mereka juga menyatakan tidak mendukung calon presiden manapun dalam Pemilu 2014. Dalam pernyataan itu dijelaskan apakah mereka juga bakal menolak jika Aburizal Bakrie dan Hatta Rajasa (dua alumni ITB) atau Prabowo serta calon presiden lain hadir di kampusnya.
SUMBER


