Please disable ad-blocker to view this page



SITUS BERITA TERBARU

INDONESIA, Produsen atau konsumen?

Friday, April 25, 2014
PT Pertamina (Persero) memastikan akan melakukan
impor gas bumi dalam untuk gas alam cair atau
Liquefied Natural Gas (LNG) dari Amerika Serikat pada
2018.
Hanung Budya, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina
seperti yang dikutip laman detik.com membenarkan
rencana tersebut. "Kita sudah melakukan kontrak
pembelian LNG dari Amerika Serikat sebanyak 800.000
meterik kubik per tahun," jelas Budya ditemui di Hyundai
Hotel, Ulsan, Korea Selatan, Kamis (24/4/2014).
Lebih lanjut Budya mengatakan, impor LNG tersebut
akan dimulai pada 2018 dan untuk kontrak tahap awal
selama 10 tahun.
"Harganya tanya ke Pak Hari (Direktur Gas Pertamina),
kita impornya mulai 2018, untuk awalnya impor selama
10 tahun," katanya.
Budya menjelaskan, alasan Pertamina harus impor LNG,
padahal seperti diketahui, sebagian produksi gas bumi
Indonesia diekspor ke luar negeri.
"Kebutuhan gas dalam negeri makin banyak, sementara
produksinya cenderung menurun, ekspor gas Indonesia
selama ini karena terikat kontrak jangka panjang,"
jelasnya.
Seperti diketahui sejak Maret lalu Pertamina sudah

berkeinginan mengimpor LNG dari dari Amerika dan
Afrika sebanyak 2 juta ton per tahun.
Ketika itu, Hari Karyuliarto, Direktur Gas Pertamina,
mengatakan pihaknya memang menargetkan
mendapatkan tambahan LNG hingga 2 jika uta ton per
tahun dalam beberapa tahun ke depan.
Namun yang perlu dikritisi, Indonesia sebagai negara
produsen gas alam terbesar masih kalang kabut dalam
memenuhi kebututuhan domestik. Menurut Dirgo Purbo,
Pengamat Migas, banyak ladang gas yang relatif
cadangannya besar-besar tapi toh diprioritaskan utk
terlebih dulu ekspor. "Lantas kapan kebijakan energi
migas lebih berpihak pada Kepentingan Nasional RI?,"
kata Dirgo, lewat status sosial media Facebook, Kamis
(24/04/2014).
Sementara itu, M Arief Pranoto, Research Associate
Global Future Institute (GFI) menilai, sepertinya
permasalahan gas dan energi di republik ini lebih kepada
kebijakan (politik) elit, bukan soal teknis taktis soal
energi itu sendiri. "Jangan-jangan gas impor tersebut
nanti justru berasal dari Natuna?," katanya. (TGR)

Sumber: theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=15261&type=112
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive