Sabtu, 7 Desember 2013 05:31

Sri Sultan HB X
Merdeka.com - Peta politik menjelang Pemilu 2014 masih dinamis. Kondisi politik saat ini berbeda jauh dengan Pemilu 2009. Terutama soal calon presiden.
"Susah ditebak (Pilpres 2014). Kondisi politiknya sekarang ini berbeda dengan Pemilu 2009," kata Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X kepada merdeka.com di Padang, Jumat (12/6).
Alasannya, pemilih sekarang semakin cerdas dalam memilih presiden. "Sementara manuver partai politiknya masih sama. Ya itu saja," ujarnya.
Sri Sultan memperkirakan, jumlah golput juga akan tinggi jika tidak ada capres yang dianggap layak oleh pemilih. Ia mencontohkan tingginya golput dalam Pilkada di berbagai daerah.
Sejauh ini, beberapa parpol sudah mengumumkan capresnya. Partai Golkar telah mengajukan ketua umumnya, Aburizal Bakrie sebagai capres. Partai Gerindra mengusung Prabowo Subianto, PAN ada Hatta Rajasa. Sedangkan PDIP masih menyimpan rapat-rapat capresnya.
Sementara Partai Demokrat memilih menggelar konvensi untuk menentukan capres. Ada 11 tokoh yang ikut konvensi. Salah satunya adalah Dahlan Iskan. Dalam berbagai survei, nama Dahlan memiliki tingkat elektabilitas tertinggi dibandingkan dengan peserta konvensi lainnya.
Partai lain seperti PPP, PKS dan PKB masih belum jelas siapa capresnya. PKS memilih menggelar pemilihan raya (pemira) untuk menjaring capres dari internal. PKB masih sebatas melempar wacana. Sejumlah nama sering disebut elite PKB, yaitu Rhoma Irama, Mahfud MD dan Jusuf Kalla. Namun PKB belum memutuskan.
http://www.merdeka.com/politik/sri-s...h-ditebak.html
Minggu, 12-01-2014 05:23
YOGYAKARTA, PESATNEWS - Bangsa dan rakyat Indonesia tidak akan memperoleh manfaat apa pun jika Pemilu 2014 masih sarat dengan money politics dan bagi-bagi kekuasaan. Perubahan yang diharapkan rakyat juga tidak akan terwujud, sepanjang partai politik (Parpol) masih berpikir menjadikan ketua umumnya sebagai presiden atau wakil presiden.
�Ini tidak boleh terjadi lagi. Pemilu yang sangat mahal biayanya harus benar-benar bermanfaat untuk rakyat dan bangsa Indonesia. Karena itu, Parpol harus mau membuka diri dan menerima figur-figur terbaik dari luar partai yang layak memimpin bangsa ke depan. Presiden 2014 harus dari luar Parpol,� ujar Sri Sultan Hamengkubuwono X, kepada pers usai menerima kunjungan ekonom senior Rizal Ramli yang didampingi Jubir Presiden Abdurrahman Wahid, Adhie M Massardi, di Keraton Kilen, Yogyakarta, Sabtu sore (11/1).
Kedua tokoh nasional itu bertemu sekitar 1,5 jam. Mereka mendiskusikan berbagai persoalan yang membelit bangsa dan rakyat Indonesia. Dari perbincangan yang berlangsung santai dan kental dengan suasana persahabatan itu, banyak persamaan visi dan persepsi di antara mereka. Salah satunya yang menonjol adalah, keprihatinan keduanya terhadap Parpol yang sibuk memupuk harta dan kekuasaan serta abai terhadap kesejahteraan rakyat.
Menurut Sultan, Indonesia memerlukan pemimpin yang tidak punya kepentingan, kecuali bekerja dengan sungguh-sungguh untuk rakyat, pemimpin yang mengabdikan diri untuk rakyat. Indonesia butuh pemimpin yang berkuasa, tapi tidak merasa berkuasa. Sayangnya Parpol tidak kunjung melahirkan kader yang memenuhi syarat dan kriteria sebagai pemimpin. Ironisnya, semua Parpol justru berpikir dan berjuang untuk menjadikan ketua umumnya sebagai presiden atau wakil presiden.
�Saya tidak melihat kesungguhan parpol dalam menyejahterakan rakyat. Mereka bukannya tidak tahu, bahwa ketua umumnya sama sekali tidak layak menjadi presiden atau wapres. Tapi mereka tetap saja ngotot, dengan pertimbangan sebagai capres walau gagal, kelak akan mememperoleh jatah jabatan. Inilah yang saya sebut dengan praktek bagi-bagi jabatan tadi. Praktik seperti itu tidak akan bisa memecahkan persoalan bangsa,� ungkap Sultan lagi dengan nada miris.
�Dengan kriteria pemimpin seperti yang Ngarso Dalem paparkan tadi, apakah pak Rizal Ramli adalah figur yang tepat untuk menjadi Presiden 2014?� tanya wartawan nakal.
�Wah, saya tidak pada tempatnya menjawab pertanyaan tersebut. Saya teman baik pak Ramli. Subjektivitas saya belum tentu sama dengan subjektivitas rakyat. Tapi saya punya banyak kesamaan visi dengan pak Ramli, bahwa pemimpin ke depan harus tokoh yang bersedia mengabdi kepada rakyat. Pemimpin yang anti korupsi, anti kemiskinan, anti penguasaan sumber-sumber keuangan dan sumber daya alam oleh asing,� papar Sultan.
Sementara itu, Rizal Ramli yang berdiri di samping Sultan cuma tersenyum-senyum. Pria yang dikenal konsisten mengusung ekonomi konstitusi itu sependapat, bahwa pemimpin ke depan harus mampu membangun martabat bangsa. Untuk itu, rakyat kali ini tidak boleh lagi salah dalam memilih pemimpin. Rakyat tidak boleh lagi menggadaikan nasibnya dan nasib anak cucunya dengan sembako atau Rp100.000 dari para capres yang sibuk dengan pencitraan tanpa karya nyata.
�Pemilu bukanlah rutinitas lima tahunan. Seperti kata Sultan, Pemilu 2014 tidak boleh sama dengan 2009 yang penuh dengan money politic dan bagi-bagi kekuasaan. Tapi saya kira masih ada waktu buat kita berusaha, agar Pemilu yang mahal sekali itu ada artinya untuk rakyat. Saya belajar banyak wisdom dari Sultan tentang soal ini,� kata pria yang akrab disapa RR1 yang juga Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia ini.
Terkait dengan perbaikan terhadap kinerja Parpol, Menteri Keuangan era Presiden Abdurrahman Wahid tersebut sejak dua tahun silam giat mengampanyekan agar Parpol dibiayai negara. Dalam hitung-hitungannya, cuma diperlukan Rp5 triliun per tahun. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan korupsi berjamaah yang dilakukan kader-kader Parpol selama ini, yang jumlahnya mencapai Rp60 triliun-Rp70 triliun tiap tahun.
�Zaman dulu, korupsi anggaran sekitar 30%. Sekarang, jumlahnya naik 15% lagi. Korupsi sekarang dilakukan sejak pembahasan di Badan Anggaran DPR. Ditambah dengan korupsi di lapangan, jumlahnya menjadi 45%. Ini harus dihentikan. Dengan dibiayai negara, Parpol tidak lagi sibuk mencari dana. Mereka hanya bertugas melahirkan kader-kader berintegritas dan berkualitas untuk memimpin negara,� urai capres paling reformis versi Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) ini.
http://www.pesatnews.com/read/2014/0...ri-luar-parpol

Sri Sultan HB X
Senin, 21 April 2008 | 17:14 WIB
inilah..com, Jakarta Bursa kandidat calon presiden masa depan mulai menghangat, meski RUU Pilpres hingga kini masih dibahas di DPR. Di tengah persaingan popularitas Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarnoputri, kini nama Sri Sultan Hamengku Buwono X mulai menyembul ke permukaan.
Pelan tapi pasti, popularitas figur yang lebih dikenal sebagai pemegang tahta Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat itu terus mengalami kenaikan yang signifikan dari waktu ke waktu. Banyak analis politik bahkan memprediksikan tren popularitas Sri Sultan bakal meroket hingga Pemilu 2009 mendatang.
Jajak pendapat (survei) yang dilakukan Reform Institute belum lama ini menempatkan Sri Sultan pada posisi ketiga setelah Susilo Bambang Yudhoyono (dengan dukungan 25,2%) dan Megawati (17,1%). Dengan raihan 5,1%, Sri Sultan mengungguli sejumlah figur lain, seperti Wiranto (4,1%), Hidayat Nurwahid (3,3%), KH Abdurrahman Wahid (2,9%), Amien Rais (2,2%), Akbar Tandjung (1,8%), Jusuf Kalla (1,6%), dan Sutiyoso (1,2%).
Sedangkan dalam survei Indo Barometer sebelumnya, Gubernur DI Yogyakarta ini menduduki peringkat ketiga dengan perolehan 6,3%, mengungguli Amien Rais (5,4%), Wiranto (4,8%), KH Abdurrahman Wahid (4,8%), dan M Jusuf Kalla (3,8%)
Kenaikan popularitas figur Sri Sultan, kata Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, memang jadi tren dalam beberapa survei. "Tapi sebenarnya yang menonjol adalah Sri Sultan dalam posisi calon wakil presiden," katanya kepada inilah..com, Senin (21/4) di Jakarta.
Itu sebabnya, popularitas figur Sri Sultan ini belum jadi ancaman yang serius bagi Susilo Bambang Yudhoyono maupun Megawati. "Bila dimasukkan ke kelompok calon presiden, Sultan harus mengalahkan figur Sutiyoso, Megawati, baru SBY," katanya.
Memang, dalam survei Indo Barometer, nama Sri Sultan dinominasikan nomor urut 2 (14,7%) sebagai kandidat wakil presiden favorit setelah M Jusuf Kalla (21,7%). Begitu juga survei Reform Institute, menempatkan M Jusuf Kalla sebagai calon wakil presiden favorit dengan dukungan responden sebanyak 15,4%, diikuti Sri Sultan dengan 12,2%, dan Wiranto sebesar 7,2%.
Ini jadi fenomena politik yang menarik bagi Direktur Pusat Kebijakan Pembangunan Strategis (Puskaptis) Husin Yazid. "Ini menunjukkan bahwa masyarakat membutuhkan figur perubahan," katanya kepada inilah..com, Senin (21/4).
Fenomena Sri Sultan ini, kata Husin Yazid, mirip dengan pelaksanaan pemilihan kepala daerah di beberapa daerah yang dimenangkan oleh figur baru dan membawa perubahan. "Selama 10 tahun pasca reformasi ini jalannya pemerintahan dianggap stagnan, maka publik cenderung mencari figur baru," tegasnya.
Hal yang sama dikatakan Sukardi Rinakit, pengamat politik yang juga direktur eksekutif Soegeng Sarijadi Syndicate (SSS). Menurut dia, masyarakat kini punya kecenderungan bersikap melodramatik dan mudah bosan. "Itu terbukti di Pilkada Jawa Barat dan pilkada di tempat lainnya," katanya kepada inilah..com, Senin (21/4).
Dengan kebosanan publik atas sikap pemimpin yang ada kini, Sukardi menilai figur Sultan sangat berpeluang menjadi alternatif. "Meskipun Sultan bukan figur yang muda, tapi ia bisa menjadi alternatif," katanya.
Dalam beberapa survei lembaga independen lainnya, figur Sri Sultan memang terus mengalami peningkatan yang signifikan. Survei LSI yang pada Juli 2007 memberikan dukungan Sri Sultan sebesar 1,4%, naik pada November (4%), dan Februari 2008 (7%). Survei Lembaga Survei Nasional (LSN) pada April 2008 bahkan memberikan dukungan Sultan sebesar 14,7%.
Sukardi menegaskan, kepopuleran Sultan terus meningkat karena banyak faktor. Di antaranya, karena Sultan adalah raja yang tidak menjabat hingga mangkat. "Pemilih kita kan 80% tamatan SMP. Logika mereka sederhana, yaitu Sultan kan raja, ketika naik menjadi presiden hanya berniat untuk mengabdi," paparnya.
Hal itu, kata penulis buku Tuhan Tidak Tidur, diperkuat dengan situasi bahwa Sultan tidak memiliki catatan nasional (national record number). "Kondisi ini akan menguntungkan Sultan untuk bermanuver seluas-luasnya," tegasnya.
Sukardi menegaskan, status Sultan yang hanya beristri satu orang menambah satu poin 'plus'. "Padahal Sultan adalah raja, bisa menikahi berapa pun perempuan yang ia mau. Tapi Sultan hanya beristri satu, ini jelas akan menarik simpati pemilih perempuan," tegasnya.
Dengan popularitasnya, peluang Sultan masih terbuka lebar seiring dengan proses politik yang terus berjalan hingga Pemilu 2009. Meski hal tersebut sangat tergantung pada roda pemerintahan di bawah kendali SBY-JK.
http://nasional.inilah..com/read/det...tas-sri-sultan
12 April 2012 10:14

Yogyakarta, KerajaanNusantara.com -- Lautan manusia menyemut di seputaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk memperingati Pahargyan Pengetan Satu Abad Sri Sultan Hamengku Buwono IX (Peringatan Seabad Sri Sultan Hamengku Buwono IX). Hari ini (12/04), 100 tahun silam, putra terbaik bangsa lahir dengan nama Raden Mas Dorojatun. Beliau inilah yang di kemudian hari dikenal dengan nama Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Beragam acara dihelat untuk menyemarakkan pahargyan ini. Semalam (11/04) diadakan ziarah ke makam Sri Sultan HB IX dengan dipimpin oleh Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Joyokusumo. Ziarah ke makam Raja-raja Jawa di Pajimatan Girirejo Imogiri ini diikuti sekitar 1.000 orang masyarakat. Mereka sebagian besar mengenakan busana tradisional Jawa, baju peranakan untuk pria dan kemben untuk wanita.
Perhelatan hari ini merupakan puncak acara di mana dipertunjukkan beragam kesenian dari masyarakat, deklarasi dari Trah Pangeran Diponegoro dan Trah Laskar Diponegoro yang mendukung keistimewaan DIY, Pelantikan Paguyuban Semar Sembogo (Paguyuban Dukuh se-Provinsi DIY), Pelantikan Paguyuban Ismoyo (Paguyuban Perangkat Desa dan Lurah se-Provinsi DIY), serta orasi budaya dari Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Pada pemulaan acara diisi dengan penampilan dari puluhan grup kesenian. Berbagai kesenian tradisional dipertunjukkan mulai pukul 09.00 WIB. Memasuki acara inti, GBPH Joyokusumo selaku Ketua Panitia Pahargyan Pengetan Satu Abad Sri Sultan Hamengku Buwono IX memberikan kata sambutannya. Dalam sambutan singkat ini, beliau mengatakan bahwa Peringatan Seabad Sri Sultan HB IX sebenarnya telah dimulai sejak berbulan-bulan yang lalu melalui rangkaian acara yang dikemas oleh masyarakat, seperti acara yang dihelat pada 4 Januari 2012 dengan tajuk �Jogjakarta Kota Republik�, 1 Maret 2012 �Mengenang Peristiwa 1 Maret�, hingga acara pada hari ini.
GBPH Joyokusumo juga sedikit menyinggung tentang profil Sri Sultan HB IX yang sangat demokrat sekaligus nasionalis. Beliau berusaha mengawinkan antara budaya Barat dengan Timur namun tetap tidak meninggalkan identitas ketimuran. Sikap beliau inilah yang kemudian diakui oleh berbagai kalangan dan dianggap sebagai figur negarawan.
Acara yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Yogyakarta akhirnya terelisasi juga, yakni orasi budaya yang disampaikan oleh Sri Sultan HB X. Dalam orasi tersebut Sri Sultan HB X menyinggung tentang sisi humanisme Sri Sultan HB IX yang tercermin lewat keseharian yang sangat jauh dari figur seorang Raja. Beliau biasa mengenakan baju putih dengan sarung ketika tinggal di Jakarta. Dalam keseharian, beliau juga berusaha menjadi rakyat umum. Panggilan �Kak� lebih beliau sukai daripada �Sinuwun� ketika berada dalam lingkup Pramuka. Demikian pula dengan sebutan �Bung� ketika masa-masa revolusi.
Sisi kebersahajaan ini berbanding terbalik ketika beliau telah menyentuh ranah kepemimpinan yang menyangkut rakyat Yogyakarta pada khususnya serta Indonesia pada umumnya. Salah satu ketegasan tersebut adalah kalimat yang cukup dikenal ketika Kolonel van Langen akan memasuki dan menggeledah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebelum pecah Serangan Umum 1 Maret 1949. Tindakan ini diambil sang Mayor karena beberapa malam sebelumnya banyak pejuang RI yang melancarkan serangan pada malam hari dan dicurigai diperintah oleh Sri Sultan HB IX sekaligus bersembunyi di Keraton. Sri Sultan HB IX kala itu berkata, �Hanya dengan melangkahi mayat saya, tuan dapat masuk ke Keraton�. Van Langen begitu takjub akan ketegasan Sri Sultan HB IX, seorang pria tamatan Universitas Leiden di Belanda yang sama-sama bersekolah dengan anggota keluarga Kerajaan Belanda. Van Langen berfikir sejenak dan urung memasuki Keraton. Selamatlah pejuang-pejuang Republik yang kala itu banyak bersembunyi di Keraton dengan menyamar sebagai abdi dalem.
Sri Sultan HB IX memang layak dikenang sebagai pribadi yang bersahaja sekaligus visioner dalam pemikiran. Beliau sangat layak dijadikan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia karena kiprahnya sebagai Raja yang pertama kali menyatakan kesetiaan berada di dalam NKRI ketika Indonesia baru memproklamirkan kemerdekaan. Peristiwa yang dikenang dengan istilah �Ijab Qobul�, 19 Agustus 1945 inilah yang kemudian dijadikan patokan sampai saat ini bahwa Presiden Soekarno telah �melamar� Sri Sultan HB IX dan Yogyakarta untuk menjadi bagian dari NKRI.
Lamaran inilah yang diterima oleh Sri Sultan HB IX dan dikukuhkan dengan Amanat 5 September 1945 di mana tersirat istilah �penetapan keistimewaan untuk Yogyakarta�. Istilah yang disetujui oleh Presiden Soekarno untuk menyerahkan kepemimpinan Yogyakarta dan urusan di dalamnya kepada Sri Sultan HB IX sebagai gubernur dan Paku Alam VIII sebagai wakil gubernur. Istilah inilah yang kini digunakan oleh masyarakat di Yogyakarta untuk menuntut agar Yogyakarta tetap istimewa dengan penetapan, bukan pemilihan.
http://www.kerajaannusantara.com/id/...ngku-Buwono-IX
04 Jul 2012 23:16

Sri Sultan HB X
Liputan6.com, Jakarta: Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X mengaku bahwa dirinya masih belum memikirkan untuk menjadi Calon Presiden (Capres) 2014 yang akan datang. Menurutnya, jika dirinya menjadi capres 2014 siapa yang akan memilihnya?
Terlebih saat ini Partai Golkar yang juga merupakan partainya telah menentukan calon presiden sendiri untuk diusung pada capres 2014 yang akan datang yakni Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie yang biasa disapa Ical ini.
"Saya tidak mau jawab, emangnya siapa yang mau memilih saya nanti?," ungkap Sri Sultan saat ditemui usai mengisi diskusi yang bertema 'Kedaulatan maritim nasional sebagai kekuatan' di Kompleks Liga Mas Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (4/7).
Sultan juga tidak mau berandai-andai untuk menduduki kursi orang nomor satu di republik ini. Hingga saat ini belum ada partai yang meminangnya secara resmi untuk menduduki bursa Capres 2014 yang akan datang. "Kan belum ada sekarang," terangnya.
Sri Sultan juga enggan menanggapi rekomendasi beberapa kader Partai Golkar yang menempatkan namanya sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres) untuk mendampingi Ical pada pilpres 2014 yang akan datang. "Nggak lah saya nggak mau jawab. Wong subuh aja belum sudah ngomong wapres. Ya kita liat waktunya kan masih lama dua tahun lagi itu kan lama," tegasnya.
http://news.liputan6.com/read/418446...apa-pilih-saya
----------------------------
Ditengah kontroversi 3 figur Capres yang ada sekarang, kayaknya kehadiran Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai figur Capres ke empat, bisa menjadi pilihan baru dan terbaik bagi rakyat Indonesia yang sudah muak dan bosan dengan berbagai pertikaian antar kubu-kubu pendukung Capres yang tampil saat ini, yang cenderung memecah belah persatuan dan kesatuan NKRI, serta hanya mencerminan perilaku akhlak yang buruk bagi pelakunya dan terutama para pendukungnya itu



