Please disable ad-blocker to view this page



SITUS BERITA TERBARU

Lobi Neokon Hawkish di Belakang Jokowi?

Wednesday, April 16, 2014


INILAHCOM, Jakarta � Indonesia pernah hebat saat Bung Karno, demi martabat negaranya bisa berkata tegas,� Go to hell with your aid!� kepada pihak asing yang coba cawe-cawe. Kini, manakala kaki belum dilangkahkan menuju medan perang Pilpres, PDI Perjuangan sudah �berkonsultasi� dengan negara-negara asing.

Seperti ramai diberitakan, Senin (14/4/2014) malam lalu Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menggelar pertemuan di rumah Jacob Soetoyo, di kawasan Permata Hijau, Jakarta. Selain Megawati, Jokowi dan tuan rumah, dalam pertemuan itu hadir pula tujuh duta besar negara asing. Para dubes itu tersebut adalah Dubes AS, Dubes Vatikan, Dubes Myanmar, Dubes RRC, Dubes Meksiko, Turki dan Peru.

Tentu saja pertemuan itu menimbulkan spekulasi politik menjelang Pilpres 2014. Yang lebih menarik lagi, siapakah Jacob, orang yang tak hanya mampu menggelar pertemuan tertutup di rumahnya, tetapi juga �didengar� dubes negara-negara besar dunia, terutama AS? Apa motif Jacob menyediakan diri menjadi mediator pertemuan? Tentu saja yang lebih penting, mungkinkah ada kekuatan besar di belakang Jacob?

Setidaknya beberapa media massa sudah menyingkap sedikit profil Jacob. Misalnya, bahwa dia adalah pengusaha sukses yang menakhodai PT Gesit Sarana Perkasa, salah satu perusahaan yang terlibat dalam pembangunan hotel elite JS Luwansa di Kuningan, Jakarta Selatan.

Jacob juga sempat menjadi anggota Dewan Pengawas CSIS sampai 2005, dan karena itu wajar dekat dengan Sofyan Wanandi. Kedekatan itu yang membuat keduanya berkongsi membangun Hotel JS Luwansa tersebut.

Tetapi satu hal masih luput diungkap. Jacob juga merupakan anggota Komisi Trilateral (Trilateral Commision), sebuah lembaga yang beranggotakan para tokoh terkemuka dunia. Beberapa nama seperti penasihat Gedung Putih Zbigniew Brzezinsky, Gubernur Bank of Israel Stanley Fischer, intelektual pro-aneksasi Irak Francis Fukuyama, David Rockefeller, Henry Kissinger, mantan Presiden Bank Dunia dan mantan Menhan AS Robert McNamara dan sebagainya.

Pada situsnya, komisi itu menyatakan antara lain bertujuan membantu pembentukan tatanan dunia baru (new world order). Mungkin saja, kata tatanan dunia baru itu tidak berkorelasi dengan neokonservatif AS atau para hawkish. Tetapi, melihat anggota-anggotanya yang banyak berlatar belakang neokonservatif, sulit untuk mengatakan bahwa Komisi Trilateral tidak terkontaminasi pemikiran hawkish.

Apakah neokonservatif dan hawkish itu? Mereka adalah kalangan yang antusias dalam proyek invasi ladang minyak Irak. Mereka adalah para pendukung proyek besar Bush junior yang disebut �The New American Century�.

Kalangan inilah yang bersorak tatkala menemukan musuh bersama yang mereka sebut terorisme global. Para hawkish itulah yang pelan-pelan memaksakan ke kepala kita bahwa tata dunia yang berlaku adalah sebuah "tata" yang dibentuk secara brutal oleh yang kuat.

Megawati sering mengutip ayahnya, tentang Indonesia yang kokoh dan berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Pertemuan Senin kemarin, membuat kita sangsi. [dsy]

Sumber: http://m.inilah..com/read/detail/209...elakang-jokowi

Setelah membaca berita di atas, banyak menimbulkan pertanyaan pada diri saya, sebenarnya apa tujuan dari pertemuan tersebut?

Tidak bisa dipungkiri bahwa pasca Pileg yang diadakan tanggal 9 April 2014 kemarin, partai-partai yang memiliki kesempatan untuk maju ke babak selanjutnya, yaitu Pilpres, berlomba-lomba untuk membentuk koalisi.

Tiga partai yang mendapatkan kuota suara paling banyak, yaitu PDI-P, Golkar, dan Gerindra sedang sibuk mencari koalisi dengan partai lain yang sejalan dengan mereka. Tidak jarang juga ketiga partai tersebut melakukan pertemuan-pertemuan dengan pihak-pihak yang mendukung mereka.

Akan tetapi, seperti yang dijelaskan pada artikel berita di atas, untuk apa Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Capres PDI-P Jokowi menggelar pertemuan dengan tujuh duta besar negara asing (Dubes AS, Vatikan, Myanmar, RRC, Meksiko, Turki dan Peru) di rumah Jacob Soetoyo ? dan kenapa digelar di rumah Jacob Soetoyo?

Siapa pun yang membaca artikel berita di atas, pasti akan menganggap bahwa pertemuan tersebut membahas mengenai Pilpres yang akan diadakan sebentar lagi. Kalau benar begitu, berarti sudah ada campur tangan asing di dalam Pencapresan PDI-P.

Padahal Megawati selalu mengutip perkataan ayahnya, Soekarno, tentang Indonesia yang kokoh dan berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Kalau sudah begini, apakah pernyataan tersebut masih bisa dipercaya?

Bagaimanakah perasaan Bung Karno yang sangat menjunjung tinggi martabat negaranya dengan tidak mau ada campur tangan asing apabila mengetahui pertemuan tersebut? Mungkin jawabannya cukup dua kata, SANGAT KECEWA.
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive