RMOL. Prabowo Subianto banyak disebut satu-satunya figur yang bisa mengalahkan Joko Widodo pada Pilpres Juli 2014. Sebelum benar-benar terjadi, pendukung Jokowi menempuh sejumlah langkah salah satunya dengan menggelar "operasi intelijen".
Pengamat politik dari Universitas Paramadina Herdi Syahrasad membenarkan adanya operasi intelijen tersebut. Ia mengaku sudah banyak mendengar informasi dari berbagai pihak dan layak dipercaya mengenai operasi yang dilakukan para pendukung Jokowi terutama kalangan konglomerat yang tidak mau Prabowo memimpin negeri ini.
Menurut Herdi, nyaris semua konglomerat dari ras tertentu berupaya semaksimal mungkin agar Prabowo tak berhasil mendapatkan boarding pass alias tiket untuk melaju dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 9 Juli nanti.
Caranya, menurut Herdi saat berbicara dalam diskusi politik yang digelar Freedom Foundation di Jakarta, hari ini (Minggu, 13/4), para pimpinan parpol diiming-imingi sejumlah imbalan agar menolak kalau diajak berkoaliasi oleh Partai Gerindra. Dengan begitu Gerindra yang hanya memperoleh suara 12 persen dalam Pileg 9 April lalu tak mampu mengajukan capresnya karena tak berhasil memenuhi syarat presidential threshold 25 persen suara nasional atau 20 persen kursi di DPR.
Diungkap Herdi, seperti dilansir indopos.com, skenario akhir dari operasi intelijen para konglomerat tersebut menjadikan capres yang akan berlaga dalam Pilpres 9 Juli nanti hanya dua orang, yakni pasangan Jokowi dari PDIP dan pasangan Aburizal Bakrie atau ARB alias Ical dari Partai Golkar.
Bagi Jokowi bersaing dengan Ical bukan PR berat. Cukup menyerang Ical dengan kasus Lumpur Lapindo, Jokowi sudah bisa dipastikan menang.[dem]
Sumber : http://politik.rmol.co/read/2014/04/...Jegal-Prabowo-
Pengamat politik dari Universitas Paramadina Herdi Syahrasad membenarkan adanya operasi intelijen tersebut. Ia mengaku sudah banyak mendengar informasi dari berbagai pihak dan layak dipercaya mengenai operasi yang dilakukan para pendukung Jokowi terutama kalangan konglomerat yang tidak mau Prabowo memimpin negeri ini.
Menurut Herdi, nyaris semua konglomerat dari ras tertentu berupaya semaksimal mungkin agar Prabowo tak berhasil mendapatkan boarding pass alias tiket untuk melaju dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 9 Juli nanti.
Caranya, menurut Herdi saat berbicara dalam diskusi politik yang digelar Freedom Foundation di Jakarta, hari ini (Minggu, 13/4), para pimpinan parpol diiming-imingi sejumlah imbalan agar menolak kalau diajak berkoaliasi oleh Partai Gerindra. Dengan begitu Gerindra yang hanya memperoleh suara 12 persen dalam Pileg 9 April lalu tak mampu mengajukan capresnya karena tak berhasil memenuhi syarat presidential threshold 25 persen suara nasional atau 20 persen kursi di DPR.
Diungkap Herdi, seperti dilansir indopos.com, skenario akhir dari operasi intelijen para konglomerat tersebut menjadikan capres yang akan berlaga dalam Pilpres 9 Juli nanti hanya dua orang, yakni pasangan Jokowi dari PDIP dan pasangan Aburizal Bakrie atau ARB alias Ical dari Partai Golkar.
Bagi Jokowi bersaing dengan Ical bukan PR berat. Cukup menyerang Ical dengan kasus Lumpur Lapindo, Jokowi sudah bisa dipastikan menang.[dem]
Sumber : http://politik.rmol.co/read/2014/04/...Jegal-Prabowo-