Seperti diketahui, setelah mengalami defisit sangat besar pada Januari 2014, yakni US$ 430,6 miliar, neraca perdagangan Indonesia kembali membukukan surplus pada Februari, yakni US$ 785,3 juta.
Surplus ini didorong melambatnya laju impor yang diimbangi perbaikan kinerja ekspor. Pada Februari 2014, nilai impor Indonesia hanya tercatat US$ 13,78 miliar. Sebaliknya, ekspor membukukan nilai sebesar US$ 14,57 miliar.
Tren surplus sebenarnya sudah terjadi sejak Oktober 2013. Namun di Januari 2014, neraca perdagangan menjadi defisit, sebelum akhirnya kembali surplus pada Februari 2014. Surplus yang terjadi pada Oktober-Desember 2013 dan Februari 2014, berbanding terbalik dengan kondisi di pertengahan tahun lalu, dimana pada periode April-Juli 2013 selalu terjadi defisit pada neraca perdagangan.
Sebagai informasi, untuk menekan impor, sekaligus mendongkrak ekspor, pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan. Misalnya menaikkan pajak penghasilan (PPh ) pasal 22 atas impor sebesar 7,5 persen kepada 870 pos tarif barang (harmonized system/HS), serta dua barang modal, yakni handphone dan laptop. Selain itu, pemerintah juga memberikan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) berupa pembebasan dan pengembalian bea masuk. (AR)
"Soal neraca perdagangan, saya optimistis surplus kita akan terus berlanjut dan tidak bersifat sementara," kata Hatta ketika ditemui di Gedung Kementerian Perekonomian di Jakarta, Rabu.
Hatta menjelaskan bahwa volume perdagangan Indonesia mengalami surplus akibat beberapa produk impor yang dikendalikan.
"Yang penting jangan sampai penurunan pada sektor impor terjadi pada barang modal," kata Hatta.
Menurut dia, bila penurunan kuota impor terjadi pada barang modal, perdagangan Indonesia seolah-olah akan mengalami surplus namun beberapa tahun setelahnya justru akan mengganggu produktivitas Indonesia.
Hal ini disebabkan karena produktivitas Indonesia masih bergantung pada barang atau bahan baku modal yang sebagian besar merupakan produk impor.
"Yang dikontrol itu memang bahan baku penolong, bukan modal. Itu yang terpenting," kata Hatta.
Dengan arus bahan baku modal yang tetap berjalan maka sektor hilirisasi berbasis pada industri dan sumber daya alam dalam negeri terus berjalan, sesuai dengan road map.
"Jadi harus kita jaga impor barang modal ini, harus tetap mencerminkan produktivitas Indonesia, bahwa investasi tetap berjalan," jelas Hatta.(*)
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2014
sumber
ya gimana caranya diatur lah pak biar ga backfired....


