Jika kita mengikuti lembaran demi lembaran sejarah Indonesia, hasrat Prabowo Subianto untuk menjadi orang nomor satu republik ini memang tidak perlu diragukan lagi. Keinginan sudah terlihat jelas sejak tahun 1998 ketika masih aktif di militer. Jika dihitung hitung, telah lebih dari 16 tahun ia harus memendam/berkompromi dan bersabar untuk hasrat yang belum juga tercapai.
Dalam perjalanan panjangnya untuk menuju kursi presiden RI, Prabowo telah mengorbankan begitu banyak biaya, waktu, tenaga dan pikiran, bahkan ada kesan ia siap mengorbankan apasaja demi tercapainya tujuan tersebut.
Di tahun 1998, setelah mematangkan situasi chaos, ia akhirnya gagal melancarkan kudeta karena keburu diketahui oleh atasannya Jendral Wiranto dan presiden BJ Habibie.
Di tahun 2004, ia gagal menjadi presiden karena kalah dengan Wiranto pada konvensi partai Golkar.
Di tahun 2009, ia gagal menjadi wapres karena Megawati kalah oleh SBY hanya dalam 1 putaran. Sebelumnya Prabowo telah menghabiskan biaya iklan yang bombastis untuk memperkenalkan partai Gerindra yang baru ia dirikan kala itu. Walaupun hasilnya tidak terlalu mengembirakan namun partainya berhasil melewati parlemen threshold untuk mengikuti pemilu 2014. Belanja iklan partainya yang luar biasa besarnya kemudian mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan yang lebih ketat mengenai pembatasan penayangan iklan pada pemilu selanjutnya di tahun 2014.
Di tahun 2014 ini, pencapaian Gerindra naik tinggi hingga menembus dua digit yaitu kisaran 11%. Tampaknya Prabowo telah mengerjakan pekerjaan rumahnya dengan baik dan banyak belajar dari kegagalan di pemilu sebelumnya. Namun tetap saja, tidak mudah baginya untuk mendapatkan boarding pass menuju pertarungan pilpres.
Membaca konstelasi perolehan suara hasil pileg 2014, membuat Prabowo gagal nyapres ternyata tidak sulit. Kuncinya ada di SBY. Jika SBY memutuskan untuk membangun koalisi dengan capres dan cawapresnya sendiri, hampir dapat dipastikan PAN, PPP, dan kemungkinan besar PKB, PKS, akan ikut pada gerbong SBY. Riwayat perseteruan Wiranto dan Prabowo membuat koalisi antara Hanura dan Gerindra mustahil dapat terjadi, kemungkinan posisi Hanura hanya menjadi pelengkap tak berpengaruh bagi salah satu kubu capres.
Jika koalisi dibentuk oleh SBY maka akan terjadi tarik menarik yang sangat kuat antara ARB dan Prabowo, kedua duanya tidak akan mengalah hingga salah satu dari mereka gagal memperoleh tiket untuk menjadi capres. Pada akhirnya hanya akan tampil ARB atau Prabowo sebagai capres koalisi ketiga.
Komposisi ngawur peta pertarungan pilpres 2014 akan menjadi:
1. Jokowi, didukung PDIP dan Nasdem dengan konsep kabinet presidensiil murni.
2. Capres koalisi demokrat dengan konsep pembagian kekuasaan diantara partai yang berkoalisi, terdiri dari Demokrat, PAN, PPP, PKB, PKS
3. ARB, dengan atau tanpa cawapres Prabowo Subianto
Pertanyaan yang menggoda adalah: Bagaimana jika Prabowo gagal nyapres?
Masihkan ia mampu berkompromi/bersabar jika gagal menjadi presiden? Atau mau kudeta lagi?
Menarik untuk menanti dan melihat reaksi seperti apa yang bakal dilakukan oleh orang yang satu ini.
SUMBER
Bakal terjadi konspirasi politik tingkat tinggi nih





