Sicom - Uang tak selalu berkuasa dalam pemilu legislatif. M. Rojik membuktikan hal itu. Bermodal dari usaha sablon di rumahnya pun cukup untuk mengantarkannya ke kursi DPRD Sidoarjo.
Rapat pleno penghitungan suara KPU Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, telah tuntas. Meski belum diumumkan secara resmi, Mohamad Rojik sudah bisa tersenyum. Hasil rekapitulasi di tingkat kabupaten menunjukkan di daerah pemilihan (dapil) dua kecamatan Porong, Krembung, Jabon dan Prambon mendapat suara dengan total 7.795 suara.
Perolehan tersebut sudah cukup untuk mengantarkan caleg Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) nomor urut dua ini ke gedung DPRD Sidoarjo. Sebab, untuk menjadi anggota legislatif, setidaknya bisa mengantongi suara minimal 6.000 suara.
Senyum pria 41 tahun itu tampak jelas saat ditemui di kediamannya pada hari yang sama. Rumah M. Rojik di desa Permisan kecamatan Jabon, Sidoarjo, cukup sederhana meski bangunannya permanen. Teras rumah berukuran 5 x 2,5 meter diubahnya menjadi tempat untuk usaha sablon yang telah dirintis pada 2009. Kala itu, di desanya belum ada yang membuka usaha sablon. ��Saya hanya melihat peluang, karena sebelumnya saya bekerja serabutan karena saya punya ilmu sablon. Jadi, saya coba,� tuturnya.
Berwiraswasta memungkinkan Rojik untuk aktif di organisasi politik. PKB menjadi pilihannya. Keaktifan pria asli Sidoarjo itu membuat DPC PKB Sidoarjo memercayainya untuk menjadi caleg fraksi PKB.
Saat namanya muncul dalam daftar caleg sementara, Rojik langsung bergerak. Dia memulai sosialisasi kepada warga di daerah pemilihan (dapil)-nya. Dia aktif turun untuk menyapa warga nyaris setiap hari. Dia pun mengadakan pertemuan dan diskusi informal di setiap sudut dapilnya.
��Saya memilih berkampanye dengan cara tersebut karena modal terbatas,� ungkap Rojik polos.
Keterbatasan modal juga membuat Rojik tidak banyak nampang di poster ataupun baliho seperti kebanyakan caleg di daerah. ��Saya hanya bikin lima baliho, diletakkan di tiap desa,� ujarnya seraya menunjuk baliho bekas berukuran 1,2 x 1,8 meter di rumahnya. Balihonya pun sederhana, dibingkai bambu.
Disinggung mengenai apa yang akan diperjuangkan di gedung dewan, Rojik sempat terdiam. Tukang Sablon itu lalu menjelaskan, selama masa pendekatan dengan warga, ada satu aspirasi yang disuarakan mayoritas warga. Pengabdiannya bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Sidoarjo khususnya di dapilnya.
Dengan menjadi anggota dewan, otomatis Rojik tak lagi bisa mengurus usahanya. Meski begitu, dia memastikan usaha sablon yang dirintisnya tersebut tetap ada. Jika banyak permintaan, dia akan merekrut pegawai baru. ��Kalau saya senggang, mungkin juga akan menyablon lagi,� ucapnya seraya tertawa. (dik)
sumber http://www.siagaindonesia.com/2014/0...-dprd-sidoarjo