Quote:Antrean di loket halte Transjakarta Blok M, Jakarta Selatan, menumpuk pagi ini hingga 30 menit. Pelayanan pembelian tiket kepada puluhan penumpang terhenti sejenak karena ada rombongan penumpang dari luar Jawa yang menolak membeli tiket kartu elektronik Gaz Card yang dipasarkan di depan loket. "Ini pemaksaan," kata pria paruh baya yang menolak disebut namanya, Jumat, 30 Mei 2014.
Dia dan rombongan anggota keluarganya dari Bali sedang berlibur di Jakarta. Mereka berniat wisata menggunakan Transjakarta. Namun dia kaget karena tiket kertas sudah tak tersedia. "Masak saya harus beli Rp 20 ribu, padahal belum tentu dipakai lagi. Kalau pakainya berulang-ulang, enggak masalah," ujarnya pria bertubuh tambun itu dengan nada tinggi.
Setelah adu urat dengan petugas, dia lantas berusaha memprovokasi antrean penumpang untuk tidak membeli tiket. "Enggak usah beli! Pemaksaan ini!" katanya lantang di depan loket.
Rombongan penumpang lainnya asal Belitung, yakni Aminuddin, 45 tahun, dan Sofian Saleh, 55 tahun, menyatakan kecewa. "Belum ada sosialisasi. Harusnya masih ada pilihan tiket kertas dan tiket kartu, sambil dikasih tahu nanti sudah enggak pakai tiket kertas lagi."
Rombongan ini terus mendesak agar diizinkan membeli tiket kertas. Akhirnya, petugas loket mengalah. Kedua rombongan melengos naik bus tanpa tiket elektronik. Petugas penjaga pintu tiket (tapping-gate) tampak kewalahan menangani rombongan ini. "Ini jadi acak-adut," kata petugas perempuan itu. Dia mencatat 51 penumpang yang akhirnya dibolehkan menerobos pintu tiket.
Kekisruhan ini merepotkan penumpang yang sudah memiliki e-tiket Gaz Card. Mereka jadi harus mengantre karena untuk sesaat pintu tiket tidak bisa dilewati. Petugas harus melaporkan lebih dulu jumlah "penerobos" pintu tiket. "Jadi mengganggu, padahal saya sudah punya e-tiket," kata Mega Dwi Anggraini, 19 tahun.
Kepala Badan Layanan Umum Transjakarta Pargaulan Butar Butar menyatakan sudah melakukan sosialisasi. Menurut dia, jika berombongan dan hanya naik satu kali, penumpang tetap bisa menggunakan e-tiket. "Bisa beli satu kartu, misalnya yang isi Rp 50 ribu, lalu digunakan bergantian." Selain itu, jika ada sisa saldo dalam kartu bisa digunakan untuk belanja di Indomaret. Jika penumpang masih menolak, dia menyarankan naik dari halte lain yang masih menjual tiket kertas.
Dia sendiri bersikeras menerapkan e-tiket. Targetnya, Desember tahun ini seluruh halte Transjakarta sudah rata menggunakan e-tiket. "Kalau terus mengikuti keinginan penumpang, enggak ada selesainya," ujar Pargaulan.
sumber: TEMPO
mungkin kita semua sudah tau tentang berita e-tiket tj ini, tapi saya hanya menambahkan saja untuk yang saya bold, karena masih banyak yang belum tau, bagaimana komentarnya?