Jakarta, HanTer - Ketua Badan Bantuan Hukum dan Advokasi PDI Perjuangan Arteria Dahlan menunjukkan bukti foto Ketua KPK Abraham Samad berpose dengan seorang anak purnawirawan petinggi militer berinisial RHN di rumah AM Hendropriyono dalam diskusi bertajuk "KPK Versus Polri: Penentuan Budi Gunawan Sebagai Kapolri, Pelanggaran Megawati Terhadap Mandat Rakyat?" di Jakarta, Minggu (1/2/2015).
Foto tersebut menurut Arteria merupakan bukti dugaan pelanggaran kde etik yang dilakukan Ketua KPK Abraham Samad. Baca: Abraham Samad "Sawer" Rp4 Miliar ke Teman Wanitanya
Pertemuan Ketua KPK Abraham Samad dengan salah seorang anak petinggi TNI itu diungkap Arteria Dahlan, anggota Divisi Hukum PDIP. Pertemuan tersebut, kata Arteria, berlangsung di kediaman AM Hendropriyono di daerah Patal Senayan, Jakarta dan digelar men-
jelang penentuan cawapres Jokowi pada Pilpres 2014 silam.
Untuk membuktikan ucapannya, Arteria menunjukkan foto pertemuan tersebut. Dalam dua foto yang diprint di selembar kertas, terlihat Samad yang memakai kemeja lengan panjang warna biru sedang berfoto bersama seorang pria yang mengenakan batik warna cokelat.
Pria berbatik cokelat itu yang disebut Arteria berinisial RNH, anak salah seorang mantan petinggi TNI.
"Materi pertemuannya sudah kita sampaikan ke Mabes Polri.
Ini pertemuan di rumah mantan petinggi TNI," tutur Arteria kepada wartawan usai mengikuti sebuah diskusi yang digelar alumni aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indo-
nesia di Resto Bakoel Cafe, Jl Cikini Raya, Jakarta, Minggu (1/2/2015).
Arteria tak mau mengungkap soal siapa sosok RNH dan kaitannya dengan Jokowi. Dia hanya mengatakan pertemuan itu merupakan pertemuan ke-4 dari 6 pertemuan yang disebut Hasto Kristiyanto.
Pertemuan digelar sepekan sebelum penetapan cawapres. Arteria tak mau bicara soal ada tidaknya Hendropriyono di pertemuan itu.
Namun dia mengungkap tak hanya RNH yang ikut pertemuan."Yang bersangkutan (RNH. red)
sudah dimintai keterangan. Jadi kalau AS (Abraham Samad, red) masih menyangkal juga, akan ada orang di sebelah sini (sambil menunjuk foto -red). Karena foto ini saya crop," ujar Ateria.
Mengapa Arteria baru mengungkap pertemuan itu sekarang?
"Ini kaitannya saat Mas Hasto berikan keterangan, lalu saya juga investigasi dan ada juga foto ini. Dan apa yang disampaikan Mas Hasto benar 100 persen tentang 'Rumah Kaca'," jawabnya.
Harus Dibuktikan Saksi yang mengaku melihat pertemuan Ketua KPK Abraham Samad dengan para petinggi PDIP, Supriansyah membenarkan Samad mendatangi 'Rumah Kaca' bersama para petinggi PDIP, salah satunya Tjahjo Kumolo. Padahal sebelumnya baik Samad maupun Tjahjo yang sekarang menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri membantah adanya pertemuan tersebut.
"Samad maupun Tjahjo bisa saja sama sama menyangkal," kata pengamat politik Universitas Islam
Negeri (UIN) Pangi Syarwi kepada Harian Terbit, Minggu (1/2/2015).
Menurutnya, meskipun demikian seandainya pun Samad menyangkal merupakan hal yang wajar karena jika benar sama saja mantan dosen Universitas Hasanudin itu melanggar kode etik dan kredibilitasnya sebagai Ketua KPK bisa terancam. Begitu pula dengan Tjahjo, PDIP akan melanggar etik jika bertemu dengan Ketua KPK menjelang pemilu presiden.
"Tak mungkin pertemuan itu terjadi kalau PDIP tak memancing, ada sebab dan akibat, karena kedua belah pihak ingin bertemu maka terjadilah pertemuan tersebut," ujarnya.
Foto tersebut menurut Arteria merupakan bukti dugaan pelanggaran kde etik yang dilakukan Ketua KPK Abraham Samad. Baca: Abraham Samad "Sawer" Rp4 Miliar ke Teman Wanitanya
Pertemuan Ketua KPK Abraham Samad dengan salah seorang anak petinggi TNI itu diungkap Arteria Dahlan, anggota Divisi Hukum PDIP. Pertemuan tersebut, kata Arteria, berlangsung di kediaman AM Hendropriyono di daerah Patal Senayan, Jakarta dan digelar men-
jelang penentuan cawapres Jokowi pada Pilpres 2014 silam.
Untuk membuktikan ucapannya, Arteria menunjukkan foto pertemuan tersebut. Dalam dua foto yang diprint di selembar kertas, terlihat Samad yang memakai kemeja lengan panjang warna biru sedang berfoto bersama seorang pria yang mengenakan batik warna cokelat.
Pria berbatik cokelat itu yang disebut Arteria berinisial RNH, anak salah seorang mantan petinggi TNI.
"Materi pertemuannya sudah kita sampaikan ke Mabes Polri.
Ini pertemuan di rumah mantan petinggi TNI," tutur Arteria kepada wartawan usai mengikuti sebuah diskusi yang digelar alumni aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indo-
nesia di Resto Bakoel Cafe, Jl Cikini Raya, Jakarta, Minggu (1/2/2015).
Arteria tak mau mengungkap soal siapa sosok RNH dan kaitannya dengan Jokowi. Dia hanya mengatakan pertemuan itu merupakan pertemuan ke-4 dari 6 pertemuan yang disebut Hasto Kristiyanto.
Pertemuan digelar sepekan sebelum penetapan cawapres. Arteria tak mau bicara soal ada tidaknya Hendropriyono di pertemuan itu.
Namun dia mengungkap tak hanya RNH yang ikut pertemuan."Yang bersangkutan (RNH. red)
sudah dimintai keterangan. Jadi kalau AS (Abraham Samad, red) masih menyangkal juga, akan ada orang di sebelah sini (sambil menunjuk foto -red). Karena foto ini saya crop," ujar Ateria.
Mengapa Arteria baru mengungkap pertemuan itu sekarang?
"Ini kaitannya saat Mas Hasto berikan keterangan, lalu saya juga investigasi dan ada juga foto ini. Dan apa yang disampaikan Mas Hasto benar 100 persen tentang 'Rumah Kaca'," jawabnya.
Harus Dibuktikan Saksi yang mengaku melihat pertemuan Ketua KPK Abraham Samad dengan para petinggi PDIP, Supriansyah membenarkan Samad mendatangi 'Rumah Kaca' bersama para petinggi PDIP, salah satunya Tjahjo Kumolo. Padahal sebelumnya baik Samad maupun Tjahjo yang sekarang menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri membantah adanya pertemuan tersebut.
"Samad maupun Tjahjo bisa saja sama sama menyangkal," kata pengamat politik Universitas Islam
Negeri (UIN) Pangi Syarwi kepada Harian Terbit, Minggu (1/2/2015).
Menurutnya, meskipun demikian seandainya pun Samad menyangkal merupakan hal yang wajar karena jika benar sama saja mantan dosen Universitas Hasanudin itu melanggar kode etik dan kredibilitasnya sebagai Ketua KPK bisa terancam. Begitu pula dengan Tjahjo, PDIP akan melanggar etik jika bertemu dengan Ketua KPK menjelang pemilu presiden.
"Tak mungkin pertemuan itu terjadi kalau PDIP tak memancing, ada sebab dan akibat, karena kedua belah pihak ingin bertemu maka terjadilah pertemuan tersebut," ujarnya.
Dia menjelaskan jika memang benar saksi tersebut melihat kedua orang itu maka perlu dibuktikan kebenarannya. Jadi, lanjutnya, jelas siapa yang berbohong dan siapa yang benar.
"Kalau Samad sudah masuk ke ranah politik praktis, bermain-main dengan jabatan Ketua KPK, kalau memang terbukti Samad bertemu dengan pimpinan parpol PDIP, Samad harus mundur dari Ketua KPK," ungkapnya.
"Tapi kalau tak terbukti Samad bertemu Tjahjo maka semakin terang ada yang sedang membunuh dan menghancurkan KPK, kriminalisi terhadap KPK secara sistematis," tutupnya.
Dipanggil Bareskrim Terpisah, Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri, Irjen Budi Waseso, menegaskan pihaknya akan memanggil Mendagri Tjahjo Kumolo dan Plt Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto.
"Soal aturan hukum kita taat pada hukum. Siapa saja bisa jadi saksi. Keduanya akan dipanggil se-
bagai saksi atas perkara dugaan lobi politik yang menjerat Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Abraham Samad saat Pilpres 2014," kata Budi menjawab Harian Terbit di Jakarta, Minggu (1/2/2015).
Pemanggilan tersebut, kata Budi, menindaklanjuti laporan Direktur Eksekutif KPK Watch Indonesia, M Yusuf Sahide. Yusuf melaporkan Samad ke Bareskrim pada 22 Januari 2015. Laporan itu telah diterima Bareskrim Polri dengan nomor laporan LP/75/1/2015.
Seperti diketahui, sebelumnya seorang saksi bernama Supriansyah mengaku melihat Tjahjo dan Hasto melakukan per temuan dengan Samad. Supriansyah merupakan pemilik The Capital Residence di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, sekaligus rekan Samad.
Sementara, Hasto pun mengaku pernah melakukan pertemuan dengan Samad terkait pencalonan Samad sebagai cawapres Jokowi.
Tjahyo Siap
Menanggapi pernyataan Kabareskrim, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengaku siap jika dimintai bersaksi di Mabes Polri.
"Kalau saya dipanggil sebagai saksi, maka saya siap menjelaskan duduk persoalan pertemuan tersebut. Kalau sekarang saya tidak bisa menjelaskannya. Saya taat hukum," kata Tjahjo menjawab Harian Terbit di Jakarta, Minggu (1/2/2015).
Mantan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan tersebut mengakui pernah sekali ikut dalam pertemuan antara Abraham Samad dan Wasekjennya kala itu, Hasto Kristiyanto. Meski menurut Supriansyah, Tjahjo ikut dalam dua kali pertemuan.
"Saya hanya sekali saja," ucap Tjahjo.
Hadi Poernomo
PDIP tampaknya benar-benar ingin menghancurkan KPK. Setelah menyerang Ketua KPK Abraham Samad, PDIP kini mempersoalkan kasus dugaan korupsi mantan Ketua BPK Hadi Purnomo.
Sebagaimana diketahui, Hadi Purnomo ditetapkan tersangka oleh KPK saat dia pensiun dari Ketua BPK dan di hari ulang tahunnya.
"Ini kan tidak etis, masa tetapkan tersangka saat ulang tahun lalu di hari pensiun. Ini kan tidak etis," ujar anggota divisi hukum PDIP Arteria Dahlan, di Bakoel Cafe, Jl Cikini Raya, Jakarta, Minggu (1/2/2015).
Arteria mengatakan, kasus Hadi juga sudah lama dan dia mempertanyakan mengapa baru ditetapkan setelah Hadi pensiun. "Ini juga kasus sudah lama, harus kita pertanyakan ini ke penyidiknya," ucapnya.
Ateria menambahkan, PDIP tetap berharap KPK sebagai pilot project penegakan hukum di In-
donesia. Menurutnya, KPK harus dibersihkan dari oknum-oknum yang tidak bersih. "Kita sayang KPK, jadi tidak mungkin PDIP ingin menghancurkan KPK," ujarnya.
sumber
Dikutip dari: http://adf.ly/xe4JX


