Please disable ad-blocker to view this page



SITUS BERITA TERBARU

[SATIRE] Jago Blusukan, Kucing Jakarta Diangkat Jadi Gubernur Tandingan

Friday, December 5, 2014
[SATIRE] Jago Blusukan, Kucing Jakarta Diangkat Jadi Gubernur Tandingan
Materi banner iklan gubernur DKI Jakarta tandingan, Kapten Pus, yang diusung oleh kelompok Cats Are Gods. Kapten Pus dinilai lebih ahli dalam blusukan dibandingkan gubernur tandingan ataupun pejabat apapun di Indonesia. (pic edited by POS RONDA from elcandigato.com)

Lebih Jago Blusukan, Kucing Jakarta Diangkat Jadi Gubernur Tandingan Terbaru
Rabu, 3 Desember 2014

JAKARTA, POS RONDA – Para anggota kultus penyembah kucing Cats Are Gods mengambil langkah untuk mengangkat seekor kucing yang mereka sembah bernama Kapten Pus sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dalam sebuah upacara penyembahan yang dilakukan di salah satu taman di Jakarta Selatan pagi ini (2/12), Kapten Pus diresmikan sebagai gubernur tandingan terbaru.

Mia Yulevian, salah satu petinggi kelompok tersebut sekaligus orang terdekat Kapten Pus, mengatakan bahwa Kapten Pus memiliki kualitas yang mumpuni untuk menjadi gubernur DKI Jakarta. Sebagai kucing, Kapten Pus dinilai lebih ahli dalam melakukan blusukan, bahkan ke tempat-tempat yang terpencil sekalipun.

"Yang Mulia Kapten Pus adalah sosok yang paling tepat untuk memimpin Jakarta. Saya bisa menjamin dengan nyawa saya, bahwa Kapten Pus bisa melakukan blusukan lebih ahli dibandingkan seluruh pejabat yang ada di Indonesia saat ini, apalagi Jakarta. Beliau bisa naik pohon, masuk ke celah-celah sempit di pemukiman padat penduduk, bahkan bisa menangkap tikus dan membantu langsung mengurangi penyebaran wabah pes." ujar Mia berapi-api.

Kelompok penyembah Kapten Pus memiliki anggota lebih dari 2000 orang, dan Mia menyatakan jumlah tersebut bersedia menjadi sukarelawan yang membantu sang kucing dalam bertugas sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tugas sukarela ini mulai dari mengikuti Kapten Pus blusukan hingga menyebarluaskan kiprah Kapten Pus melalui media sosial maupun media arus utama.

Naiknya Kapten Pus ke tahta "Gubernur Tandingan" bermula dari polemik antara Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama dan Gerakan Masyarakat Jakarta (GMJ) yang menolak penetapannya sebagai gubernur. GMJ kemudian mengangkat Fahrurrozi Ishaq sebagai gubernur tandingan. Fahrurrozi sendiri mengatakan bahwa ia akan memberi tahu program-programnya sebagai gubernur di waktu yang belum ditentukan.

Mia menganggap aksi GMJ tidak berguna, karena menurutnya Kapten Pus jauh lebih baik dalam dibandingkan Fahrurrozi atau Ahok – panggilan akrab Gubernur Basuki – sekalipun. Selain itu, ia yakin bahwa Kapten Pus juga akan memiliki banyak pendukung seiring dengan penyebaran kiprahnya sebagai gubernur tandingan yang ahli blusukan.

"Anda lihat sosok Kapten Pus. Lucu, imut-imut, dan dia ini pintar. Saya yakin warga Jakarta akan lebih mendukung Kapten Pus dibandingkan Ahok ataupun Farhrurrozi. Kapan lagi Jakarta punya gubernur lucu seperti ini?" ucapnya sambil mengelus punggung Kapten Pus.

Mia juga berkata bahwa Kapten Pus memiliki agenda dan program yang jelas. Kapten Pus bahkan akan menghabiskan 8 jam sehari untuk blusukan, dan 16 jam untuk makan dan tidur. Agenda ini dianggapnya lebih efektif dibandingkan agenda gubernur tandingan yang lain, terutama apabila agendanya hanyalah sibuk berunjuk rasa.

Seiring dengan didapuknya Kapten Pus menjadi gubernur tandingan, kelompok-kelompok lain juga disinyalir akan melakukan hal serupa. Dewan Primata Indonesia diperkirakan akan mengajukan seekor simpanse sebagai gubernur tandingan, menekankan pada alternatif calon dan kedekatan gen mereka dengan manusia. Terdapat pula kabar bahwa kelompok pemuja kura-kura akan menetapkan seekor Kura-kura Galapagos sebagai gubernur tandingan, yang mereka anggap lebih berpengalaman karena sudah berusia hampir 100 tahun.

Di tempat terpisah, budayawan senior Jakarta Chaer Sabeni mengecam banyaknya kasus lembaga dan jabatan tandingan. Chaer, yang dulu pernah menyarankan agar tiang monorel dijadikan monumen, menyatakan bahwa trend penetapan tandingan ini berdampak buruk. Ini menurunkan jabatan-jabatan dan lembaga-lembaga tertentu seperti mainan.

"Kalau kita cuma mau main tandingan, ya benar si kucing itu, siapa namanya, Kapten Pus? Tidak perlu dia, kalau hanya ingin ngangkat tandingan, anjing tetangga saya saja juga bisa. Fenomena tandingan ini, tandingan itu, ini sama saja merendahkan pola pikir masyarakat. Mereka yang menjadikan diri mereka tandingan biasanya merupakan pihak-pihak yang kekurangan perhatian." paparnya.

Chaer menekankan bahwa aspek kekurangan perhatian itu membuat mereka melakukan hal-hal yang di luar logika nalar, seperti menyatakan dirinya sebagai pejabat atau lembaga tandingan di luar koridor hukum. Oleh karena itu, Chaer menyarankan agar para "pejabat tandingan" berkantor di dalam kandang di kebun binatang Ragunan agar bisa mendapat perhatian masyarakat secara luas, terutama di akhir minggu. (Sha01)

Sumber:
POS RONDA - Indonesia's Political Infotainment
Disclaimer

====

Ini gubernur-ku, mana gubernur-mu?

Hidup Kapten Pus...!!!

Dikutip dari: http://adf.ly/uyvLX
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive