
Pangkalpinang – Menguatnya kurs dolar atas rupiah justru menjadi keuntungan bagi petani lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Petani lada mendadak kaya raya karena harga jual lada melambung tinggi hingga menembus harga Rp 165 ribu per kilogram.
"Semakin dolar naik, semakin bahagia kita. Saat ini harga makin membaik. Harga lada memang dipengaruhi kurs dolar," ujar Ketua Asosiasi Eksportir Lada Indonesia (AELI) Bangka Belitung Zainal Arifin, Senin, 22 Desember 2014.
Menurut Zainal, harga jual yang tinggi sebanding dengan kualitas lada Bangka Belitung yang sudah mendapat pengakuan internasional. "Kualitas tinggi yang didapat karena sudah banyak petani yang menggunakan junjung (tiang penyangga tanaman lada) hidup. Tidak lagi pakai junjung mati," tuturnya. Penggunaan junjung hidup, kata dia, lebih efisien lantaran lama produksinya sampai 20 tahun dan bebas hama penyakit.
Zainal tidak menampik jika dalam peningkatan produksi lada masih terganjal banyak kendala. Salah satunya adalah banyak petani yang menerapkan pola tanam tradisional. "Kita terus melakukan sosialisasi agar petani mengubah mindset tidak lagi menggunakan pola tradisional," katanya. Kini. petani sudah mulai menggunakan pola modern, terutama dalam perendaman buah lada yang menggunakan air jernih dan mengalir.
Ia mengatakan ekspor lada Bangka Belitung pada 2014 mencapai 6.075.502 kilogram dan dikirim ke 15 negara. Sebagian besarnya ke wilayah Eropa dan Amerika. "Keuntungan semakin besar karena modal awal petani hanya Rp 40 ribu per kilogramnya. Kita harap harga terus stabil ke depannya," ujarnya.
Sumber: http://untuknkri.org/dolar-terus-men...a-makin-senang
Dikutip dari: http://adf.ly/vUxmB


