Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono (berkaca mata) melepas perjalanan perdana Kereta Api (KA) Kalijaga di Stasiun Purwosari, Solo, Sabtu (15/2/2014). Kereta api tersebut melayani jalur Solo-Semarang dengan tarif Rp25.000. (Septian Ade Mahendra/JIBI/Solopos)
Solopos.com, SOLO � Tingkat kerisian kursi (load factor) kereta api baru Kalijaga selama dua bulan operasional hanya 10%. PT Kereta Api Indonesia (KAI) pun berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Solo turut mempromosikan perjalanan Solo-Semarang naik Kereta Api (KA) Kalijaga.
Kepala Stasiun Stasiun Purwosari Radne Anyarso Tulad menyampaikan potensi KA Kalijaga bagus tapi promosi atau pengenalan kepada masyarakat masih kurang. Selain itu, perjalanan yang hanya pada pagi hari menjadi salah satu kendala peningkatan load factor.
Menurut dia, sulit untuk menumbuhkan keinginan masyarakat untuk bermain ke Semarang selama sehari dengan memanfaatkan KA sebagai alat transportasi seperti halnya motif berkunjung ke Jogja. Hal ini karena operasional kereta yang hanya pagi hari.
�Kalau ingin meningkatkan load factor memang harus ada rangkaian kereta khusus yang menghubungkan Solo-Semarang sehingga bisa beroperasi pagi dan malam atau dua kali pergi pulang (pp),� ungkap Radne, Sabtu (12/4/2014).
Menurut dia, hal tersebut saat ini sulit terwujud karena KA Kalijaga hanya memanfaatkan rangkaian KA idle, yakni KA Bengawan yang tidak beroperasi setelah tiba dari Jakarta. Oleh karena itu, KA tersebut tiba di Semarang sekitar pukul 08.00 WIB dan pukul 09.00 WIB sudah kembali lagi ke Solo. Apabila KA Kalijaga juga dioperasikan untuk jadwal sore tentu akan mengganggu jadwal keberangkatan KA Bengawan.
Menurut dia, load factor bisa mencapai 50% hanya saat long weekend. Dia menjelaskan, minimnya load factor KA tersebut juga mendapat perhatian serius dari Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo. Dia menjelaskan beberapa waktu lalu, perwakilan dari Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Jateng berkunjung ke Stasiun Purwosari untuk melakukan survei terkait penyebab sepinya load factor KA tersebut.
Menurut Radne, hal tersebut dilakukan karena Gubernur menghendaki rangkaian KA tersebut tetap beroperasi karena memberikan kemudahan dan pilihan transportasi kepada masyarakat. Mengenai rendahnya load factor tersebut, dia mengaku sulit untuk menghitung kerugian biaya operasional. Dia menjelaskan evaluasi kereta baru bisa dilakukan setelah enam bulan beroperasi.
Sementara itu, Pejabat Humas Daerah Operasional (Daops) IV/Semarang Eko Budiyanto, beberapa waktu lalu sempat melontarkan adanya kemungkinan pengalihan rute KA Kalijaga dari yang biasanya melewati Gundih, dialihkan melalui Gambringan dan Cepu.
-
sumber: http://www.solopos.com/2014/04/14/ke...ak-laku-502272
-
ayo gan, bantu2 promosiin