Quote:Selama sepuluh tahun terakhir, kualitas air Sungai Brantas merosot tajam. Di kawasan hulu, debit sumber air Brantas yang semula 12 liter per detik anjlok menjadi 2 liter per detik lantaran alih fungsi lahan konservasi dan hutan lindung di kawasan hulu di lereng Gunung Arjuna.
"Hutan beralih fungsi menjadi lahan pertanian. Akibatnya, terjadi kerusakan yang serius," kata pakar sumber daya air Universitas Merdeka, Malang, Gunawan Wibisono, Kamis, 29 Mei 2014.
Pertanian di kawasan tersebut juga mempercepat laju sedimentasi Sungai Brantas karena lahan dengan kemiringan tajam menyebabkan erosi. Dampaknya, erosi lahan pertanian menumpuk di sepanjang aliran Sungai Brantas, sehingga sedimentasi Bendungan Sutami dan Bendungan Sungguruh tak terkendali. Padahal Bendungan Sutami dibutuhkan untuk pembangkit listrik yang memasok listrik Jawa-Bali.
"Delapan tahun lalu sedimentasi Bendungan Sutami mencapai elevasi sebelas meter dalam tempo tujuh jam. Itu menjadi efek paling ekstrem," katanya.
Sedangkan di kawasan hilir terjadi pencemaran berat. Pencemaran bersumber dari limbah domestik rumah tangga dan limbah beracun dari industri di sepanjang Sungai Brantas mulai Mojokerto hingga Surabaya. "Padahal air sungai ini menjadi bahan baku air minum warga Surabaya," kata Gunawan.
Buruknya mutu air Sungai Brantas otomatis berdampak buruk terhadap kesehatan warga Surabaya. Salah satu upaya mencegah makin merosotnya kualitas air, Perusahaan Umum Jasa Tirta I telah meningkatkan patroli mengawasi pencemaran di Sungai Brantas. Patroli dilakukan secara rutin melibatkan Badan Lingkungan Hidup Jawa Timur dan Kepolisian Daerah Jawa Timur.
Patroli dilakukan siang dan malam, terutama di daerah hilir yang banyak berdiri industri di sepanjang Sungai Brantas mulai Mojokerto hingga Surabaya. "Jika ada temuan pelanggaran pencemaran polisi segera menindak. Sanksinya sampai penutupan," kata Kepala Biro Informasi dan Lingkungan Perum Jasa Tirta I, Vonny C. Setiawati.
Secara rutin juga dilakukan pengambilan sampel air untuk diuji kualitasnya. Bahkan, Jasa Tirta telah memasang alat khusus untuk memantau kualitas air Sungai Brantas secara otomatis. Pantauan secara periodik ini dilakukan untuk menjamin agar pasokan bahan baku air minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada Surabaya tetap terjaga. "Alatnya mahal, Rp 440 juta," katanya.
Jasa Tirta juga bekerja sama dengan guru dan siswa di sepanjang aliran Sungai Brantas. Total sebanyak 120 Sekolah Menengah Atas tergabung dalam Jejaring Komunikasi Pemantauan Kualitas Air. Mereka terdiri dari guru biologi, kimia, ekonomi, dan geografi. Mereka dilibatkan mengamati dan mengawasi kualitas Sungai Brantas. Mulai mengambil sampel air tercemar hingga melaporkan jika ada indikasi pencemaran.
Hasil telaah kualitas air diserahkan kepada Gubernur Jawa Timur melalui Badan Lingkungan Hidup Jawa Timur. Pemerintah, kata Vonny, yang berhak mengeluarkan sanksi dan teguran kepada industri yang melanggar. Vonny tak membantah kualitas air Sungai Brantas terus menurun dari tahun ke tahun, terutama di hilirnya.
sumber: TEMPO
disaat populasi manusia membludak, lahan2 dibangun menjadi tempat tinggal, disaat itu pula sawah2 tergusur mengganggu ketahanan pangan, lalu sekarang hutan diambil untuk dijadikan pertanian yang mengganggu lingkungan, gimana ya solusinya?