Quote:Banyuwangi sepertinya terus mempersiapkan diri untuk menerima kunjungan wisatawan asing. Tukang becak di sana, mulai membekali diri dengan bahasa Inggris, agar cas cis cus bicara dengan wisatawan yang naik becak mereka.
Hiruk pikuk Pasar Banyuwangi ramai seperti biasanya. Namun di sudut pasar itu, sekumpulan para tukang becak sedang menyimak perbincangan dua orang dengan Bahasa Inggris.
Ya, mereka sedang belajar bahasa Inggris. Dari beberapa tukang becak, terlihat seorang tukang becak yang aktif melafalkan kata demi kata dalam bahasa Inggris. Adalah Slamet (53) atau biasa dipanggil Mister Slamet, sangat aktif dalam mengikuti pelajaran Bahasa Inggrisnya.
"My name mister Slamet, do you want to see Banyuwangi with my becak, madam?" ujar Slamet di depan tutor dan para tukang becak lainnya.
Mister Slamet sangat aktif menjawab ataupun menirukan kalimat-kalimat sapaan dan dialog bahasa Inggris ini. Tak jarang gelak tawa muncul ketika mereka salah mengucap kalimat itu.
"Can I help you? Ayo dicoba," ujar Aekanu, guru bahasa Inggris yang mengajar para tukang becak ini. Lantas mereka serentak mengikutinya.
Namun Mister Slamet dengan lantangnya mengatakan "Can I Love You?". Sontak saja membuat tertawa orang-orang di sekitar yang kebetulan mendengarnya.
Mister Slamet sudah 3 tahun ini menjadi tukang becak setelah memilih banting setir dari tukang ojek. Lantaran menjadi tukang becak lebih menjanjikan pendapatan lebih, dirinya meninggalkan profesi tukang becaknya.
Apalagi saat ini, dirinya menjadi spesialis pengangkut turis yang ingin city tour dengan menggunakan becaknya. Namun sekali-kali dirinya juga menarik ojek untuk wisatawan backpacker ke Kawah Ijen dengan tarif Rp 300 ribu perhari.
"Kalau janjian dengan turis, Mas, kita harus tepat waktu. Turisnya minta jam 7 ya kita datang jam setengah 7," ujar pria beranak 3 ini.
Dari segi pendapatan, Mister Slamet mengaku dirinya mendapatkan lebih menjadi tukang becak untuk turis ini. Rata-rata untuk turis dirinya mematok harga Rp 30 ribu rupiah, untuk keliling Pasar Banyuwangi, Taman Blambangan, Kelenteng Hoo Tong Bio dan Taman Sritanjung.
"Ibaratkan turis itu tambang mas, jika kita ramah dan baik dengan turis, pasti kita dapat uang dari mereka," ujarnya sambil membenahi roda becaknya.
Diakui mister Slamet, dirinya baru sekali mendapatkan pelatihan tukang becak sadar wisata dan tahun 2013 lalu. Selama 2 hari Mister Slamet digembleng ilmu bahasa Inggris dan obyek wisata alam di Banyuwangi.
Pelatihan itu sengaja difasilitasi Pemkab Banyuwangi. Tujuannya supaya masyarakat penyokong daerah wisata, juga bisa menjadi promotor wisata terutama bagi wisatawan asing.
"Yang saya hapal pertama adalah kata tips dan how much. Saya baru pertama diajak kursus. Saya berharap ada lagi biar saya tambah pinter bahasa Inggris," tandas pria kurus ini.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengakui bahwa keberadaan tukang becak di daerahnya patut juga diperhatikan untuk menunjang pariwisata yang sedang menggeliat.
"Mereka perlu diberikan bekal agar bisa melayani wisatawan dengan ramah dan baik. Tidak boleh aji mumpung, terus memahalkan tarif. Begitu pula bekal bahasa juga kita berikan secara bertahap, ini bagian dari proses," kata Bupati Anas, Kamis (17/4/2014). sumber
patut diacungi jempol atas kemauannya belajar bhs inggris tanpa mengeluh keadaan sbg tukangbecak, seharusnya malu klo menteri gk bisa bhs inggris