Menteri Perdagangan Rachmat Gobel saat melakukan operasi pasar di wilayah Penjaringan, Jakarta Utara. Polemik keberadaan mafia beras akhirnya berujung kepada ditudingnya pada makhluk halus sebagai pelaku utama penyebab melonjaknya harga beras di pasaran akhir-akhir ini. (photo courtesy Merdeka.com)
Gobel-JK Tak Sepakat Mafia, Tuding Makhluk Halus Mainkan Harga Beras
Rabu, 25 Februari 2015
JAKARTA, POS RONDA – Pemerintah menuding jin, genderuwo, kuntilanak, dan makhluk halus sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas melonjaknya harga beras di pasaran. Pernyataan ini disampaikan oleh Staf Khusus Kementerian Perdagangan (Kemendag) di bidang Komunikasi Sembako dan Pangan Lainnya, Syardan Marburi, dalam acara konferensi pers di Jakarta, pagi ini (25/2).
"Setelah melakukan perundingan dan diskusi dengan pihak Wakil Presiden, kami mencapai kesepakatan bahwa pelaku sebenarnya yang menyebabkan harga beras melonjak di lapangan adalah para makhluk halus. Ini termasuk para jin, genderuwo, kuntilanak, pocong, hantu, dan sebagainya, " jelasnya kepada para wartawan.
Syardan dalam kesempatan tersebut juga menyebutkan bahwa ini merupakan bentuk kesepakatan dari Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel dan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla untuk membentuk kesatuan sikap dalam usaha pemerintah mengendalikan harga beras dan kebutuhan pokok lainnya.
Pernyataan tersebut sekaligus membantah adanya konflik antara Mendag dan Wapres. "Kami menekankan bahwa tidak ada perselisihan paham antara Pak Menteri dan Bapak Wakil Presiden. Keduanya telah menyepakati bahwa persoalan harga beras ini bukan mengenai ada tidaknya mafia, tapi karena dimainkan oleh para makhluk halus yang tidak kasat mata."
Sebelumnya, Mendag dan Wapres mengeluarkan pernyataan yang saling bertentangan (ekonomi.rimanews.com) mengenai fluktuasi harga beras. Menyikapi melonjaknya harga hingga 30 persen, Mendag sempat menuding adanya permainan yang dilakukan oleh mafia beras. Namun, pernyataan berbeda disampaikan oleh Wapres Kalla yang menegaskan tidak adanya mafia beras yang memainkan harga.
"Ah, nggak ada itu (mafia beras). Hanya orang dagang biasa timbun-timbun, nanti juga biar rugi sendiri (kalau) kita turunkan harga," ucap Kalla (finance.detik.com) seperti dikutip Detik.Com Senin lalu (23/2).
Ucapan Wapres tersebut jelas berbeda dengan pernyataan Mendag Gobel yang menyebut adanya mafia beras beberapa hari sebelumnya (20/2). "Mafia beras itu ada dan harus diberantas, itu harus kita lakukan. Kita harus lawan, dan harus kita bersihkan."
Meskipun kemungkinan keduanya mengacu kepada para oknum penimbun beras, namun pernyataan yang kontradiktif tersebut sempat membingungkan masyarakat. Keduanya sempat dinilai tidak memiliki pandangan yang sama mengenai penyebab naiknya harga beras. Di media sosial , bahkan sempat muncul wacana bahwa salah satu dari mereka berbohong.
Melalui kesepakatan ini, Kemendag berharap masyarakat tidak lagi mempertanyakan perbedaan pendapat antara Mendag dan Wapres, serta mengharapkan dukungan untuk menertibkan para makhluk halus yang memainkan harga beras.
"Kemendag dan pihak Wapres tengah berkoordinasi untuk mengumpulkan sekelompok paranormal dan pembasmi hantu yang dapat menertibkan para makhluk tak kasat mata yang bermain di pasar. Tentu saja dalam hal ini kami membutuhkan dukungan dari masyarakat, juga pihak media massa agar dapat meliput dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu," papar Syardan mengakhiri pernyataannya.
Hingga artikel diterbitkan, belum ada keterangan langsung dari Menteri Gobel dan Wapres Kalla mengenai kesepakatan ini. Selain itu, masih belum terjawab apakah para makhluk halus tersebut dapat diproses dengan hukum manusia atau tidak. (SMG)
Sumber:
http://posronda.net/2015/02/25/gobel...n-harga-beras/
Disclaimer:
http://posronda.net/disclaimer
===
Baiklah, untuk hal yang satu ini, pemerintah nggak salah. Redaksi setuju bahwa di pasar, selalu ada oknum tak kasat mata yang memainkan harga, namanya "Invisible Hand".
Pak Gobel dan Pak JK, dapat salam dari Adam Smith...!
Link: http://adf.ly/144ppJ