Quote:
RMOL. Indonesia seyogyanya tidak menjadi negara pengimpor minyak (net importer oil) seperti yang terjadi saat ini. Karena Indonesia mempunyai aneka ragam sumber energi, mulai dari energi jenis fosil hingga terbarukan. Tinggal bagaimana mendesainnya untuk mengatasi krisis energi.
Anggota Komisi VII DPR RI, Totok Daryanto mengatakan, tidak sulit menjadikan Indonesia tidak lagi tergantung kepada negara penghasil minyak. Dari energi fosil, imbuh politisi PAN ini, Indonesia merupakan penghasil batu bara yang kini banyak diekspor ke berbagai negara, karena bangsa ini masih keliru dalam memandang dan memperlakukan batu bara.
"Kita salah tempatkan batu bara. Karena di undang-undangnya itu seakan-akan masuk mineral, padahal itu bukan mineral," ujar Totok dalam rilis yang diterima redaksi (Sabtu, 28/12).
Selain salah menempatkan batu bara dalam regulasi, energi fosil asal perut bumi ini harus diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional, seperti untuk menyuplai bahan baku pembangkit listrik.
Lanjut Totok, harus diberlakukan atas gas bumi. Namun untuk memanfaatkan energi yang lebih ramah lingkungan ini, pemerintah harus berani mengambil langkah dan kebijakan untuk membangun inspastuktur guna menunjang penyaluran gas. Menurutnya, Indonesia ini kaya akan energi terbarukan, mulai dari minyak kelapa sawit, di mana Indonesia menjadi salah satu produsen terbesar dunia. Kemudian energi air, panas bumi, tenaga surya, dan energi lainnya.
Sedangkan saat ditanya, apakah Indonesia bisa meniru langkah Amerika Serikat, Cina, dan India yang telah mempunyai miliaran barel minyak mentah (crude oil) sebagai cadangan energi, Totok mengatakan, hal itu belum bisa diimplementasikan di negeri ini. "Indonesia belum mampu, karena negara ini nggak punya duit," ucapnya.
Namun demikian, Indonesia harus mengoptimalkan berbagai energi, baik fosil hingga terbarukan. "Sumber energi Indonesia ini banyak, seharusnya tidak terjadi krisis dan menjadi net importer oil," tandasnya. [zul]
sumber
mungkin negeri ini bisa menerapkan langkah baru: barter koruptor dengan minyak mentah
RMOL. Indonesia seyogyanya tidak menjadi negara pengimpor minyak (net importer oil) seperti yang terjadi saat ini. Karena Indonesia mempunyai aneka ragam sumber energi, mulai dari energi jenis fosil hingga terbarukan. Tinggal bagaimana mendesainnya untuk mengatasi krisis energi.
Anggota Komisi VII DPR RI, Totok Daryanto mengatakan, tidak sulit menjadikan Indonesia tidak lagi tergantung kepada negara penghasil minyak. Dari energi fosil, imbuh politisi PAN ini, Indonesia merupakan penghasil batu bara yang kini banyak diekspor ke berbagai negara, karena bangsa ini masih keliru dalam memandang dan memperlakukan batu bara.
"Kita salah tempatkan batu bara. Karena di undang-undangnya itu seakan-akan masuk mineral, padahal itu bukan mineral," ujar Totok dalam rilis yang diterima redaksi (Sabtu, 28/12).
Selain salah menempatkan batu bara dalam regulasi, energi fosil asal perut bumi ini harus diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional, seperti untuk menyuplai bahan baku pembangkit listrik.
Lanjut Totok, harus diberlakukan atas gas bumi. Namun untuk memanfaatkan energi yang lebih ramah lingkungan ini, pemerintah harus berani mengambil langkah dan kebijakan untuk membangun inspastuktur guna menunjang penyaluran gas. Menurutnya, Indonesia ini kaya akan energi terbarukan, mulai dari minyak kelapa sawit, di mana Indonesia menjadi salah satu produsen terbesar dunia. Kemudian energi air, panas bumi, tenaga surya, dan energi lainnya.
Sedangkan saat ditanya, apakah Indonesia bisa meniru langkah Amerika Serikat, Cina, dan India yang telah mempunyai miliaran barel minyak mentah (crude oil) sebagai cadangan energi, Totok mengatakan, hal itu belum bisa diimplementasikan di negeri ini. "Indonesia belum mampu, karena negara ini nggak punya duit," ucapnya.
Namun demikian, Indonesia harus mengoptimalkan berbagai energi, baik fosil hingga terbarukan. "Sumber energi Indonesia ini banyak, seharusnya tidak terjadi krisis dan menjadi net importer oil," tandasnya. [zul]
sumber
mungkin negeri ini bisa menerapkan langkah baru: barter koruptor dengan minyak mentah