Gebrakan Pertamina
Ada dua peristiwa penting minggu ini yang bisa dicatat dalam aksi korporasi yang dilakukan PT Pertamina. Pertama, perusahaan migas milik negara ini telah selesai mengakuisisi unit bisnis ConocoPhilips (NYSE:COP) di Aljazair, ConocoPhillips Algeria Limited (COPAL) senilai US$ 1,75 miliar. Akuisisi ini menjadikan Pertamina pemilik 65% participating interest di Blok 405a. Blok ini memiliki tiga lapangan minyak utama, yaitu Menzel Lejmat North (MLN), Ourhoud, dan EMK.
Kedua, Pertamina membeli 10% saham proyek West Qurna-1 di Irak dari ExxonMobil Corp. Ladang West Qurna-1 terletak di dekat Basra di selatan Irak. Ladang ini ditaksir punya kemampuan memproduksi tiga juta barel minyak mentah per hari. Itu artinya, West Qurna-1 mampu menyaingi ladang-ladang terbesar dunia.
Ekspansi Pertamina ini sungguh menarik. Menarik, karena dilakukan di luar negeri dengan menyentuh perusahaan-perusahaan migas raksasa. Tentu tak sembarangan berhubungan dengan perusahaan-perusahaan sekelas Exxon atau Conoco, bila Pertamina �tak punya nama�. Apalagi, ladang migas yang digarap bukan ladang kecil, dan tentu saja butuh teknologi dan sumber daya manusia yang hebat.
Hebatnya, Pertamina tak hanya berhenti menggarap di dua ladang migas itu saja. Di Venezuela, BUMN ini mengincar lapangan minyak milik Petrodelta SA, anak perusahaan Harvest Natural Resources. Pertamina sudah meneken perjanjian jual beli (share purchase agreement) dengan Haervest untuk mengakuisisi kepemilikan efektif 32% saham Petrodelta.
Pada awal Desember 2012, Pertamina juga meneken kesepakatan akuisisi dengan Anadarko Offshore Holding Company LLC untuk membeli 100% saham Anadarko Ambalat Limited, Anadarko Bukat Limited, dan Anadarko Indonesia Nunukan Company. Ketiga perusahaan ini adalah anak perusahaan Anadarko Petroleum Corporation yang sudah mencatatkan sahamnya di bursa New York.
Di sektor hilir, Pertamina juga ingin berlari kencang. Pada awal Desember lalu, Karen meneken kerjasama dengan PTT Global Chemical Public Company Limited untuk membangun komplek fasilitas produksi petrokimia terintegrasi di Indonesia. PTT Global Chemical adalah produsen olefin dan aromatic terbesar di Thailand dan pemain utama di kawasan Asia dengan total kapasitas produksi 8,2 juta ton per tahun.
Selain dengan PTT Global, Pertamina juga meneken kesepahaman dengan SK Global dan Mitsubishi Corporation untuk proyek yang sama.
Sampai akhir tahun ini, total produksi minyak Pertamina ditargetkan mencapai 243.920 barel per hari. Selain kontribusi dari blok-blok yang sudah lama ada, produksi ini juga berasal dari beberapa blok yang diakuisisi oleh Pertamina, seperti Blok Energi Offshore North West Java (ONWJ) dan Blok West Madura Offshore (WMO).
Maka, tak begitu salah kalau beberapa waktu lalu Pertamina masuk dalam daftar 500 Perusahaan Terbesar Global Tahun 2013 (Fortune Global 500). Majalah Fortune menempatkan Pertamina di posisi 122 dari 500 perusahaan terbesar di seluruh dunia. Pertamina merupakan satu-satunya perusahaan asal Indonesia yang masuk dalam daftar bergengsi ini.
Berbagai langkah yang dilakukan ini memang terlihat Pertamina ingin menjadi perusahaan migas kelas dunia dan champion Asia di tahun 2025. Semoga ini bukan cuma mimpi. (lat)
sumber
Maju Terus Pertamina
Ada dua peristiwa penting minggu ini yang bisa dicatat dalam aksi korporasi yang dilakukan PT Pertamina. Pertama, perusahaan migas milik negara ini telah selesai mengakuisisi unit bisnis ConocoPhilips (NYSE:COP) di Aljazair, ConocoPhillips Algeria Limited (COPAL) senilai US$ 1,75 miliar. Akuisisi ini menjadikan Pertamina pemilik 65% participating interest di Blok 405a. Blok ini memiliki tiga lapangan minyak utama, yaitu Menzel Lejmat North (MLN), Ourhoud, dan EMK.
Kedua, Pertamina membeli 10% saham proyek West Qurna-1 di Irak dari ExxonMobil Corp. Ladang West Qurna-1 terletak di dekat Basra di selatan Irak. Ladang ini ditaksir punya kemampuan memproduksi tiga juta barel minyak mentah per hari. Itu artinya, West Qurna-1 mampu menyaingi ladang-ladang terbesar dunia.
Ekspansi Pertamina ini sungguh menarik. Menarik, karena dilakukan di luar negeri dengan menyentuh perusahaan-perusahaan migas raksasa. Tentu tak sembarangan berhubungan dengan perusahaan-perusahaan sekelas Exxon atau Conoco, bila Pertamina �tak punya nama�. Apalagi, ladang migas yang digarap bukan ladang kecil, dan tentu saja butuh teknologi dan sumber daya manusia yang hebat.
Hebatnya, Pertamina tak hanya berhenti menggarap di dua ladang migas itu saja. Di Venezuela, BUMN ini mengincar lapangan minyak milik Petrodelta SA, anak perusahaan Harvest Natural Resources. Pertamina sudah meneken perjanjian jual beli (share purchase agreement) dengan Haervest untuk mengakuisisi kepemilikan efektif 32% saham Petrodelta.
Pada awal Desember 2012, Pertamina juga meneken kesepakatan akuisisi dengan Anadarko Offshore Holding Company LLC untuk membeli 100% saham Anadarko Ambalat Limited, Anadarko Bukat Limited, dan Anadarko Indonesia Nunukan Company. Ketiga perusahaan ini adalah anak perusahaan Anadarko Petroleum Corporation yang sudah mencatatkan sahamnya di bursa New York.
Di sektor hilir, Pertamina juga ingin berlari kencang. Pada awal Desember lalu, Karen meneken kerjasama dengan PTT Global Chemical Public Company Limited untuk membangun komplek fasilitas produksi petrokimia terintegrasi di Indonesia. PTT Global Chemical adalah produsen olefin dan aromatic terbesar di Thailand dan pemain utama di kawasan Asia dengan total kapasitas produksi 8,2 juta ton per tahun.
Selain dengan PTT Global, Pertamina juga meneken kesepahaman dengan SK Global dan Mitsubishi Corporation untuk proyek yang sama.
Sampai akhir tahun ini, total produksi minyak Pertamina ditargetkan mencapai 243.920 barel per hari. Selain kontribusi dari blok-blok yang sudah lama ada, produksi ini juga berasal dari beberapa blok yang diakuisisi oleh Pertamina, seperti Blok Energi Offshore North West Java (ONWJ) dan Blok West Madura Offshore (WMO).
Maka, tak begitu salah kalau beberapa waktu lalu Pertamina masuk dalam daftar 500 Perusahaan Terbesar Global Tahun 2013 (Fortune Global 500). Majalah Fortune menempatkan Pertamina di posisi 122 dari 500 perusahaan terbesar di seluruh dunia. Pertamina merupakan satu-satunya perusahaan asal Indonesia yang masuk dalam daftar bergengsi ini.
Berbagai langkah yang dilakukan ini memang terlihat Pertamina ingin menjadi perusahaan migas kelas dunia dan champion Asia di tahun 2025. Semoga ini bukan cuma mimpi. (lat)
sumber
Maju Terus Pertamina