Masuk Poso, 4 WNA Urus Paspor Palsu di Thailand
Quote: Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Sutarman mengatakan empat teduga teroris asal Turkistan-sebelumnya sempat diberitakan warga Turki-menggunakan paspor palsu.
"Mereka berpaspor Turki, tapi ternyata tidak mampu berbahasa Turki. Mereka menggunakan bahasa Uighur (Turkistan)," kata Sutarman di gedung DPR seusai pembahasan RUU Kepolisian, Jakarta, Senin, 15 September 2014.
Detasemen Khusus Antiteror 88 menangkap tujuh orang yang diduga anggota ISIS di Poso pada Sabtu, 13 September 2014. Mereka terdiri dari tiga warga lokal dan empat lainnya berpaspor Turki. Kepolisian mendapatkan fakta bahwa paspor empat WNA tersebut merupakan paspor palsu. Sebab, para WNA ternyata merupakan warga Turkistan.
Dia menjelaskan, rute perjalanan empat orang tersebut. Mereka tidak langsung menuju Indonesia, tapi melalui sejumlah negara lain. "Mereka masuk ke Indonesia dari negaranya menuju Kamboja melalui jalur laut," ujar Sutarman. Setelah itu, empat terduga teroris melanjutkan perjalanan ke Thailand menggunakan jalur darat. "Di sana mereka membuat paspor palsu, di Thailand."
Menggunakan paspor palsu, empat WNA itu menuju Kuala Lumpur. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan penerbangan menuju Bandung hingga akhirnya tiba di Makassar. Setelah tiba di Makassar, kata Sutarman, mereka dijemput tiga orang untuk diantar ke Palu sebelum menuju Poso. "Tapi kita sudah monitor, kemudian kita tangkap," ujar Sutarman.
Sutarman mengatakan kedatangan keempat warga asing itu ke Indonesia disinyalir karena memiliki keterkaitan dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur. "Mereka akan bergabung dengan jaringan Santoso. Bergabungnya untuk apa, masih kami lakukan pemeriksaan," jelasnya.
Kepolisian masih melanjutkan penyelidikan intensif soal kemungkinan adanya anggota lain dari jaringan terduga teroris asing ke Indonesia. "Mudah-mudahan hanya empat ini."
SUMBER
Quote: Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Sutarman mengatakan empat teduga teroris asal Turkistan-sebelumnya sempat diberitakan warga Turki-menggunakan paspor palsu.
"Mereka berpaspor Turki, tapi ternyata tidak mampu berbahasa Turki. Mereka menggunakan bahasa Uighur (Turkistan)," kata Sutarman di gedung DPR seusai pembahasan RUU Kepolisian, Jakarta, Senin, 15 September 2014.
Detasemen Khusus Antiteror 88 menangkap tujuh orang yang diduga anggota ISIS di Poso pada Sabtu, 13 September 2014. Mereka terdiri dari tiga warga lokal dan empat lainnya berpaspor Turki. Kepolisian mendapatkan fakta bahwa paspor empat WNA tersebut merupakan paspor palsu. Sebab, para WNA ternyata merupakan warga Turkistan.
Dia menjelaskan, rute perjalanan empat orang tersebut. Mereka tidak langsung menuju Indonesia, tapi melalui sejumlah negara lain. "Mereka masuk ke Indonesia dari negaranya menuju Kamboja melalui jalur laut," ujar Sutarman. Setelah itu, empat terduga teroris melanjutkan perjalanan ke Thailand menggunakan jalur darat. "Di sana mereka membuat paspor palsu, di Thailand."
Menggunakan paspor palsu, empat WNA itu menuju Kuala Lumpur. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan penerbangan menuju Bandung hingga akhirnya tiba di Makassar. Setelah tiba di Makassar, kata Sutarman, mereka dijemput tiga orang untuk diantar ke Palu sebelum menuju Poso. "Tapi kita sudah monitor, kemudian kita tangkap," ujar Sutarman.
Sutarman mengatakan kedatangan keempat warga asing itu ke Indonesia disinyalir karena memiliki keterkaitan dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur. "Mereka akan bergabung dengan jaringan Santoso. Bergabungnya untuk apa, masih kami lakukan pemeriksaan," jelasnya.
Kepolisian masih melanjutkan penyelidikan intensif soal kemungkinan adanya anggota lain dari jaringan terduga teroris asing ke Indonesia. "Mudah-mudahan hanya empat ini."
SUMBER
Link: http://adf.ly/s50k7
