SITUS BERITA TERBARU

Begini Ngeteh Ala Bangsawan Inggris

Monday, September 29, 2014
Quote: Begini Ngeteh Ala Bangsawan Inggris



Tidak ada burung di dalam sangkar kayu berwarna cokelat yang diantarkan kepada kami pada Selasa sore, 16 September lalu. Isinya justru kue-kue kecil teman minum teh. Sangkar tiga tingkat yang diantarkan pramusaji The Cafe, Hotel Mulia, itu punya "penghuni" pada tiap tingkatnya. Pada tingkat pertama, ada kue-kue manis, seperti raspberry macaron, brownies cokelat, dan sponge cake. Pada tingkat berikutnya, ada roti mini berlapis salmon, telur dadar, atau daging asap. Bagian paling bawah sangkar dihuni oleh kue berbasis roti, seperti scone, mini pie, dan éclair—kue sebesar jari yang dihiasi dengan kocokan susu dan dibungkus lapisan gula.

"Saya sih suka sekali dengan scone-nya," ujar Wakil Direktur Komunikasi Hotel Mulia, Adeza Hamzah. Kue-kue itu disuguhkan untuk menemani teh Twinnings London yang kami pesan dalam ceret porselen. Saya memesan teh hitam, sedangkan Adeza memesan teh hijau.

Scone, sejenis roti dari tepung oatmeal atau barley berisi kismis, ceri, atau beri—adalah teman minum teh dan kopi dalam tradisi minum teh di Inggris. Untuk memakannya, kita harus terlebih dulu memotong scone secara melintang sebelum mengoleskan krim dan selai rasberi untuk merekatkan dua bagian yang tadinya terpotong.

Scone merupakan jenis penganan yang muncul hampir pada seluruh layanan "high tea" di Jakarta. Istilah "high tea" ini belakangan populer untuk menamai kegiatan minum teh dengan penganan kue-kue kecil di hotel-hotel bintang lima, restoran, atau bahkan tea house atau rumah teh, yang belakangan mulai menjamur.

Selain di hotel-hotel papan atas, seperti Hotel Mulia Senayan, Shangri-La Jakarta, atau Keraton, layanan "high tea" muncul di berbagai macam restoran, seperti Cacaote di Senopati, atau butik teh yang lebih spesifik, seperti The Wellness Group asal Singapura, yang kini punya dua gerai di Jakarta. Pemain lain dalam bisnis tempat bersantai sambil minum teh itu antara lain Lady Alice Tea Room dan Bradley's British Tea House. Hampir semuanya mengadopsi tradisi minum teh ala Inggris.

Sebutan "high tea" untuk minum teh ala Eropa dengan kue-kue kecil tadi sebenarnya salah kaprah. Menurut pakar teh Ratna Soemantri, istilah yang tepat adalah "afternoon tea". "Afternoon tea itu berkembang dari golongan bangsawan Inggris pada 1800-an," ujar konsultan untuk beberapa merek teh di Indonesia itu. Anna Maria Russell adalah pencetus tradisi tersebut pada 1840-an. Duchess of Bedford itu adalah karib Duke of Rutland dari Kastil Belvoir. Dua keluarga ningrat ini suka berkumpul sebelum malam tiba.

Ratna mengisahkan, jeda antara makan malam dan makan siang yang cukup lama di Inggris memunculkan tradisi minum teh sore.

Pada masa itu, makan siang dilakukan tepat pukul satu, sedangkan makan malam baru dimulai pada pukul delapan. Anna memperkenalkan kudapan dan teh sebagai pengisi rentang waktu kedua jadwal makan tersebut. Namanya juga bangsawan, anjangsana pada waktu minum teh pun harus mencerminkan status sosial. "Ada kode pakaiannya, ada peralatan yang cantik, dan tentu kue-kue yang lezat," katanya.

Teh Cina masuk ke Inggris pada era 1600-an. Perjalanan lintas samudra itu membuat harga teh menjadi mahal. Sudah ongkos transportasinya besar, masih dikenai pajak pula. "Satu kilo bisa sekitar Rp 20 juta," kata Ratna.

SUMBER

tanggapannya agan dan mbaknya gimana nih ?
ada yang mau nyoba

Link: http://adf.ly/sRhX8
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive