
Menurut Damsid, PKBM merupakan lembaga pendidikan non-formal, di mana siswa didik di tempat ini bukan hanya diajarkan pengetahuan membaca dan menulis. Siswa binaan di PKBM juga diajarkan berbagai keterampilan profesi dengan harapan keterampilan itu bisa diaplikasikan dalam keseharian.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Sultra, saat ini ada sekitar 57 ribu penduduk yang masih buta aksara. Mereka tersebar merata di 12 kabupaten/kota di provinsi ini. Angka itu turun dari sebelumnya yang lebih dari 75 ribu. Menurut Damsid, pemerintah menargetkan pada tahun 2018 seluruh penduduk Sulawesi Tenggara bebas buta aksara.
Pusat acara Peringatan Hari Aksara Internasional dipusatkan di Kendari. Kegiatannya antara lain pameran pendidikan berupa festifal Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang dihadiri dari perwakilan TBM berprestasi di seluruh Indonesia. Ada juga pemberian penghargaan kepada sejumlah lembaga pendidikan non-formal atas dedikasi dan komitmen mereka memajukan dunia pendidikan di Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh, dalam pidatonya di acara ini mengatakan, keaksaraan bisa memotong mata rantai kemiskinan, ketidaktahuan dan keterbelakangan peradaban. "Tanpa mengenal keaksaraan tidak mungkin kita bisa mengembangkan ilmu pengetahuan, tidak mungkin kita bisa meningkatkan sumber daya manusia," kata Nuh dalam sambutannya. Nuh menyebut literasi sebagai "pisau yang bisa memotong mata rantai penyakit" kemiskinan, ketidaktahuan, dan keterbelakangan peradaban.
Soal dipilihnya Sulawesi Tenggara sebagai tuan rumah acara ini, Nuh mengatakan, provinsi ini dianggap cukup berhasil mengatasi masalah buta aksara meski sekitar 70 daerahnya terdiri dari kepulauan.
SUMBER
Dikutip dari: http://adf.ly/sFSNH


