SITUS BERITA TERBARU

Dialog NU-Syiah : kata NU Syiah beda Dlm Aqidah, Kata Syiah Gak ada perbedaan

Monday, February 2, 2015
Bertempat di Aula Pertemuan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember, hari Senin (26/01/2015) digelar "Dialog Terbuka Aswaja NU – Syi'ah"

Hadir sebagai pembicara dari pihak Aswaja NU adalah Muhammad Idrus Ramli (Jember), sedangkan dari pihak Syi'ah Abdullah Uraidhi (Jakarta) dan Abdillah Ba'abud (Malang).

Dialog Terbuka ini diawali pembukaan dari pembawa acara dilanjut dengan beberapa sambutan.

Dalam paparannya panitia menjelaskan kedua pembicara Abdullah Uraidhi (Jakarta) dan Abdillah Ba'abud (Malang) yang mewakili Syiah adalah alumni Iran.

Bahkan, Abdullah Uraidhi adalah termasuk ke dalam tim penulis (Tim Ahlul Bait Indonesia/ABI) yang baru saja menerbitkan "Buku Putih Mazhab Syiah" (Menurut Para Ulamanya Yang Muktabar).

Dialog terbuka dimulai oleh Abdullah Uraidhi yang menjelaskan mengenai Syiah secara singkat sebagaimana terurai di dalam "Buku Putih Mazhab Syiah (Menurut Para Ulamanya Yang Muktabar)".

"Menurut ulama Syiah yang muktabar, tidak ada bedanya Syi'ah dengan Sunni," demikian kata Abdullah Uraidhi.

Sesi kedua diberikan kepada pembicara Syiah yang kedua, yakni Abdillah Ba'abud.

Senada dengan Abdullah Uraidhi, Abdillah Baabud menyatakan bahwa Syi'ah itu bagian dari Sunni.

"Syi'ah bukan hanya menganggap sunni sebagai saudara, melainkan sudah menjadi bagian dari jiwa Syiah, jika Sunni sakit maka Syiah juga sakit, begitu pula sebaliknya," ungkap Abdillah Baabud menukil pernyataan salah satu ulama Syiah.

Sesi ketiga diberikan kepada Muhammad Idrus Ramli dari ASWAJA Centre. Muhammad Idrus Ramli memberikan koreksi terhadap "Buku Putih Mazhab Syiah (Menurut Para Ulamanya Yang Muktabar)".

Di antaranya, ia memberikan beberapa argumentasi karena kesannya dua pembicara dari Syiah yang hadir dalam dialog terbuka cenderung menyamakan doktrin keagamaan Syiah dengan Sunni.

"Dialog terbuka ini digelar untuk membahas hal yang berbeda dari Sunni dan Syiah, bukan untuk membahas hal yang sama," demikian kritik Idrus Ramli.

Setelah itu, Muhammad Idrus Ramli menguraikan apa yang dinilainya sebagai kesesatan-kesesatan Syi'ah menurut ulama Syiah di dalam berbagai referensi Syiah sendiri, termasuk meyakini tahrif Al-Qur'an, mencaci istri Nabi, mengkafirkan Sahabat, perbedaan rukun iman dan Islam antara Syiah dengan Sunni, perbedaan ibadah Syiah dengan Sunni, persamaan Syiah dengan mu'tazilah, dll.

Untuk menanggapi argumentasi yang dilancarkan Muhammad Idrus Ramli, moderator Dr. Faisal, memberikan waktu kepada dua pembicara Syi'ah.

Saat itu, yang aktif memberikan tanggapan terhadap argumentasi Idrus Ramli adalah Abdillah Baabud.

"Saya heran kepada Ustad Muhammad Idrus Ramli, sepertinya dia lebih memahami mengenai Syiah dari pada kami, padahal argumentasi Ustad Muhammad Idrus Ramli itu tidak lebih dari klaim-klaim belaka. Syiah yang saya pelajari, tidak ada hal-hal seperti yang dituduhkan Ustad Muhammad Idrus Ramli tersebut. Justru kitab-kitab Sunni memenuhi ruang dinding rumah kami," kilah Abdillah Baabud.

Sementara itu, Abdullah Uraidihi menambahkan, "Yang menjaga Al-Qur'an itu adalah Allah sendiri sebagaimana didalam firmanNya. Kami juga menentang jika ada yang mengatakan Al-Qur'an tidak autentik. Silahkan tanya kepada 400 juta orang penganut Syiah di seluruh dunia, apakah mereka punya Al-Qur'an yang berbeda dengan Al-Qur'an yang ada saat ini?"

Menjawab pernyataan itu, Muhammad Idrus Ramli kembali memberikan tanggapan.

"Dari tadi pemaparan saya itu selalu saya nukil referensi dari kitab Syiah, namun Anda menyatakan hal itu hanyalah klaim belaka. Sekarang saya bawa kitab-kitabnya, dan Anda bisa membacanya sendiri jika tidak percaya. Di rumah kami juga banyak referensi-referensi Syiah, tapi apa berarti kami ikut pemikiran Syiah? Kan tidak!"

"Begitu juga di Syiah, banyak menyimpan referensi Sunni, namun bukan untuk ikut, melainkan sebagai propaganda dan menjiplak ajaran Sunni. Beberapa tahun yang lalu saat saya jalan-jalan ke Inggris, para orientalis pun banyak memajang literatur Sunni, namun bukan untuk mengikutinya."

Setelah sesi dialog, masing-masing pihak diberi waktu untuk memberikan kesimpulan.

Pihak Syiah yang diwakili oleh Abdillah Baabud memberikan kesimpulan, "Syi'ah itu sama dengan Sunni, perbedaannnya hanya mengenai imamah," katanya.

Sementara Muhammad Idrus Ramli memberikan kesimpulan bahwa ada banyak perbedaan mendasar antara Sunni dan Syiah dibanding persamaannya.

"Perbedaan Sunni dengan Syiah terlalu banyak daripada persamaannya, sebab bukan hanya dalam aqidah yang berbeda, dalam bidang ibadah juga sangat berbeda," ujarnya."*/ Khofy Kutbhi

[Baca: Aswaja NU: Perbedaan Sunni-Syiah Terlalu Banyak]

sumber : http://www.hidayatullah.com/berita/b...l#.VMnQ2qbC0jh

=========================================================================== ===================================

Cara Syiah Menipu Umat Islam

Syiah merupakan aliran sesat dan menyesatkan. Keberadaan Syiah menjadi bahaya yang harus selalu diwaspadai umat Islam di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Habib Ahmad Zein Al-Kaff, Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur dan Majelis Tinggi NU Jawa Timur dalam acara kajian ilmiah bertajuk 'Mengapa Syiah Bukan Islam?' di Gedung Al-Irsyad, Surakarta, pada Ahad, 2 Februari 2014.

Menurut Habib Zein, Syiah yang berkembang di dunia ini ada tiga. Pertama, Syiah Zaidiyah yang banyak didapati di Yaman Utara, hanya saja Syi'ah Zaidiyah ini tidak berkembang. Bahkan, banyak kelompok Zaidiyah yang akhirnya memberikan loyalitasnya kepada Iran. Hal ini tidak lepas dari gelontoran dana besar dari Negara Persia ini.

Kedua, Syiah Ismailiyah yang berkembang di India dan Pakistan. Sekte Ismailiyah kemudian menelurkan sekte sesat lainnya, seperti Syiah Nushairiyah dan Druze.

Ketiga, Syiah Imamiyah atau Ja'fariyah, mereka biasa mengatasnamakan diri mereka dengan sebutan 'Madzhab Ahlul Bait'. Ajaran Syiah ini berpusat di Iran. Setelah revolusi 1979, mereka melakukan ekspansi ajarannya ke negeri-negeri kaum muslimin termasuk Indonesia.

Ketua Yayasan Al-Bayyinat ini menyatakan bahwa Syiah menjadi ajaran yang sangat kuat dan berbahaya karena mereka didukung negara Iran.

"Iran menggelontorkan dana secara besar-besaran, ada yang dihubungi langsung atau ada juga yang diundang ke Iran kemudian ditunjukkan keberhasilan mereka." ujar Habib Zein, seperti dilansir dari an-najah.net pada Senin.

Sementara, ajaran Syiah juga berkembang di Indonesia. Penganut Syiah di Indonesia adalah Syiah Imamiyah yang mengatakan bahwa mereka memiliki 12 imam.

"Syiah yang ada di Indonesia adalah Syiah Imamiyah atau Ja'fariyah yang biasa mengatasnamakan madzhab ahlul bait," katanya.

Tipuan Syiah

Habib Zein menegaskan banyak tokoh Islam yang ditipu oleh Syiah. Syiah menawarkan pendekatan dan ukhuwah antara Sunni dan Syi'ah. Namun di sisi lain, mereka menyembunyikan informasi ulama-ulama Ahlussunnah di Iran dibunuh, dipenjara dan masjid ahlussunnah dirobohkan. Padahal, sinagog dan gereja banyak didapati di Iran.

" Di Teheran itu banyak sinagog dan gereja, tetapi masjid Ahlussunnah dirobohkan," tegasnya.

Habib juga menjelaskan jika Iran gencar memberikan beasiswa kepada kaum muslimin. Sayangnya, banyak orang yang mengambil beasiswa tersebut tanpa melihat latar belakang siapa sponsor beasiswanya. Sehingga, banyak alumni Iran ketika kembali ke Indonesia menjadi murtad dari ajaran Islam dan menyebarkan ajaran Syiah.

Selanjutnya, tipuan lain yang sering digemakan oleh Syiah adalah seruan kepada ahlussunnah untuk menjaga Ukhuwah Islamiyah. Cara ini digunakan oleh kelompok Syiah ketika dalam kondisi minoritas. Namun, hal itu tidak berlaku jika Syiah berkuasa atau penganutnya mayoritas, seperti yang terjadi di Iran, Suriah dan Irak. Di wilayah tersebut, kaum muslimin d iintimidasi, didzalimi bahkan dibunuh.

"Ukhuwah Islamiyah itu bagus bisa dilakukan jika sesama Islam seperti NU dengan Muhammadiyah, pengikut Madzhab Syafi'i dengan Madzhab Hanafi karena perbedaan mereka di dalam furu' (hal-hal cabang) bukan ushul (pokok ajaran). Berbeda dengan Syiah. Antara Ahlussunnah dengan Syiah tidak bisa bersatu karena mereka itu berbeda dalam ushul. Kalau Muhammadiyah, NU, Al-Irsyad itu masih satu rumah, berbeda dengan Syiah" tegasnya.

Ia menambahkan, Syiah juga menggunakan tokoh-tokoh yang telah dicuci otaknya untuk mengajak dengan menggunakan metode taqrib (pendekatan Sunni dan Syiah, red). "Taqrib ini mereka pakai tatkala mereka minoritas. Hal (taqrib) ini tidak terjadi di Iran," tambahnya. [sdqfajar]

http://www.kiblat.net/2014/02/03/hab...kaum-muslimin/


Link: http://adf.ly/xVquy
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive