Nyali KPK Diuji
Koruptor dan mafia minyak gas Indonesia ditenggarai berlindung di balik nama Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhi Baskoro Yudhoyono.
Nama Agus SBY disebut - sebut saat KPK mengungkap nama Widodo Ratnachaitong Direktur Kernel Oil Ptd Ltd, sebagai pihak pemberi uang suap kepada Rudi Rubiandini, mantan Kepala SKK Migas yang dicocok ketika sedang menerima uang suap titipan Widodo melalui Devi Ardi, teman sekaligus pelatih golf Rudi.
Agus SBY dikaitkan dengan Widodo karena mereka berdua adalah teman akrab sejak di SMP Negeri 5 Bandung, SMA Taruna Nusantara hingga kuliah bersama di Nanyang University, Singapura. Sedang nama Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas SBY terseret dalam kasus suap Rudi Rubiandini, berdasarkan kesaksian Martin Gerhard Rumesser pada 4 Februari 2014 lalu di hadapan majelis hakim pengadilan tipikor Jakarta. Saat itu, Gerhard menyebut Deni Karmaina, salah satu calon rekanan SKK Migas adalah teman karib Ibas SBY sejak di SMA Negeri 39 Cijantung, Jakarta Timur dan hingga sekarang mereka berdua sama -sama aktif di kepengurusan KADIN Pusat, dengan bidang urusan yang sama di organisasi pengusaha Indonesia itu.
Sehari sebelum bersaksi di depan hakim Pengadilan Tipikor (3/2/14), Gerhard Martin Rumesser, Johanes Widjanarko dan sejumlah pejabat tinggi SKK Migas dikabarkan melakukan pertemuan rahasia dengan Kapolri Jenderal Polisi Sutarman, di sebuah ruang karaoke Gangnam Internasional, di kawasan Grand Widjaja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Apakah penyebutan nama Ibas Yudhoyono dan Agus Harimurti Yudhoyono oleh para saksi korupsi migas belakangan ini ada hubungannya dengan pertemuan rahasia itu, belum diketahui secara pasti.
Ibas bahkan tercatat berencana ikut dalam pertemuan yang dijadikan lobi oleh mafia proyek migas untuk mendapatkan proyek pengelolaan laut dalam di Lapangan Gendalo-Gehem, Selat Makassar. Peran Ibas itu terungkap dalam keterangan Ketua Komisi VII (Energi dan ESDM) DPR Sutan Bhatoegana kepada penyidik pada November 2013 lalu. Sutan yang diperiksa saat itu sebagai saksi Rudi Rubiandini dalam kasus suap US$ 900 ribu dari pemilik PT Kernel Oil Ptd Ltd, Widodo Ratanachaitong.
Kepada penyidik, Sutan menjelaskan rencana pertemuan di sela acara buka puasa di Cikeas, kediaman Susilo Bambang Yudhoyono, pada 27 Juli 2013 lalu. Rencananya pertemuan itu dihadiri Sutan; Ibas; Direktur Utama PT Rajawali Swiber Cakrawala, Deni Karmaina; dan Eka Putra, yang juga staf Sartono Utomo--mantan Bendahara Umum Partai Demokrat. Deni juga pernah menjadi teman sekolah Ibas.
Lebih lanjut di Berita Acara Pemeriksaan (BAP) KPK, Sutan mengaku bertemu dengan Eka dan Ibas dalam acara buka puasa di Puri Cikeas, kediaman pribadi Presiden SBY. Pembicaraan ketiganya diawali dengan basa-basi, lalu Ibas meminta Sutan bertemu dengannya setelah buka puasa."Nanti kita ada pertemuan," kata Ibas kepada Sutan. Eka memperjelas lokasi perjamuan yang dimaksud Ibas berada di gedung Raflesia. Rencana rapat ini batal karena Ibas tiba-tiba mengikuti agenda lain. Pertemuan ini menurut Sutan, direncanakan Eka sesuai permintaan Sartono, yang adalah Pelaksana tugas (Plt) Bendahara Umum DPP. Partai Demokrat, bersama dengan Deni untuk melobi dirinya (Sutan) agar mendorong PT Rekayasa Industri menjadi kontraktor rekanan proyek Gendalo-Gehem.
Sutan membeberkan sejumlah pertemuan di antara mereka sebelum acara buka puasa di Puri Cikeas tersebut. Namun, saat dimintai konfirmasi, Sutan tak lagi bersedia menanggapi masalah itu. Sutan berdalih dilarang DPP Partai Demokrat untuk berkomentar atas kasus korupsi yang tengah diusut KPK.
"Agar tidak terjadi misinterpretasi," kata Sutan dalam berbagai kesempatan ditanya wartawan.
Palmer Situmorang saat dimintai tanggapannya terhadap kasus korupsi yang melibatkan kedua putra presiden itu, membantah keterangan Sutan kepada penyidik yang sampai ke media massa.
"Keterangan Sutan itu tidak benar. Namun, kami serahkan kepada KPK untuk mengungkap detail substansi persoalan dan fakta sebenarnya terkait dengan kasus SKK Migas," tandas Palmer (25/2/14) di Jakarta.
Kompak dan senadanya keterangan para saksi dan terduga pelaku korupsi migas ini ditanggapi Mardasada pengamat masalah strategis dan migas dari Universitas Indonesia. Menurutnya ada tendensi kasus korupsi migas ini sengaja dipolitisasi.
Para koruptor dan mafia migas terkesan sengaja mengungkap peran Agus dan Ibas SBY untuk menutup peluang terungkapnya korupsi migas merugikan negara puluhan triliun rupiah per tahun, yang dilakukan oleh mafia dan koruptor besar sektor migas Indonesia. | ES/022
sumber: http://asatunews.com/berita-21287-ge...-ibas-sby.html