Refleksi Hari Sumpah Pemuda tak hanya diperingati di tanah air, tapi juga dirayakan di Luar Negeri. Salah satunya yaitu mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan Jiangxi Normal University. Saat ini, universitas yang terletak di Nanchang, Ibu Kota Provinsi Jiangxi China itu mencatat ada 35 mahasiswa Indonesia yang menempuh studi di berbagai jenjang akademik. Perbedaan jenjang dan konsentrasi belajar membuat mereka tak selalu saling bertemu setiap hari. Namun, momen Sumpah Pemuda ternyata mampu mempertemukan mereka ditengah rutinitas belajar yang tergolong padat. Momen bersejarah itu mampu mempererat ikatan persaudaraan di tanah rantau.
Padatnya rutinitas belajar tersebut bukan menjadi alasan untuk tidak memperingati hari sumpah pemuda, dengan penuh kesadaran para mahasiswa Jiangxi Normal University mulai mempersiapkan acara pada sore hari. Sepulang kuliah, pukul 17.00 waktu setempat, para mahasiswa mulai sibuk mempersiapkan berbagai masakan Indonesia untuk menyemarakkan peringatan Sumpah Pemuda. Dari 35 orang mahasiswa, mereka secara sukarela tanpa paksaan mempersiapkan berbagai menu, mulai dari masakan kecil hingga hidangan makan malam. Pukul 19.00 semua masakan telah selesai, dan dimulailah acara peringatan Sumpah Pemuda.
Para mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia itu berkumpul teras asrama mahasiswa asing, turut juga mahasiswa dari Maroko, Ghana dan Madagaskar dalam peringatan ini, mereka sangat antusias akan kebersamaan dan keramahan Indonesia. Suasana begitu khidmat saat seluruh mahasiswa menyanyikan lagu Indonesia Raya, disusul dengan lagu Satu Nusa Satu Bangsa diiringi dengan kibaran Bendera Merah Putih. Selesai penyanyian lagu, dilakukan pemotongan tumpeng Sumpah Pemuda secara simbolik oleh Sri Widagdo Purwo Ardyasworo yang diikuti makan malam bersama mahasiswa Indonesia beserta mahasiswa asing. Seremonial acara yang cenderung cair, membuat para peserta merasa riang mengikuti acara itu. Hidangan masakan indonesia hasil masakan para mahasiswa sendiri, seolah membawa aroma kental nusantara di negeri orang.
Usai makan malam bersama, para mahasiswa berkumpul di lapangan depan asrama. Di sana, telah disediakan lampion yang siap diterbangkan. Sebelum menerbangkan lampion, para mahsasiswa mengucapkan ikrar Sumpah Pemuda secara serempak dipimpin oleh Joshua Marzully. Lalu, wuss! Belasan lampion pun terbang menghiasi langit Provinsi Jiangxi, China. Pelepasan lampion itu mengandung makna bahwa ikrar setia yang dulu pernah dikumandangkan perwakilan pemuda Indonesia di Kongres Pemuda II, sampai saat ini masih tersimpan di dada para pemuda Indonesia, dengan harapan Indonesia lebih baik kedepannya.
Dengan tertanamnya ikrar setia pemuda Indonesia tersebut secara tegas membulatkan tekad para pemuda, bahwa meskipun berasal dari pelbagai suku, golongan atau organisasi; tetapi pada hakikatnya tetap satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Persamaan tekad dan pengakuan inilah yang pada akhirnya membawa keluhuran cita-cita yang sama, patriotisme kita akan selalu hidup dan siap mengudara, menghiasi langit-langit berbagai negara.
Dan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang terbangun atas kehendak bersama di dalam keragaman, akan menjadi bangsa yang berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Memang, tak mudah mewujudkan cita-cita kebangsaan dalam semangat Sumpah Pemuda. Tapi peringatan yang dilakukan para mahasiswa di Jiangxi Normal University itu setidaknya membuktikan bahwa semangat Sumpah Pemuda masih tertanam di dada para pemuda Indonesia saat ini, meski mereka berada jauh dari tanah air.
Sumber
Yang diluar aja masih semangat yang di dalem harus lebih semangat lah...