RIMANEWS-Istana dan Cikeas dalam sorotan publik dan media. Ring satu istana SBY harus lebih berhati-hati dan waspada serta mawas diri. Ini soal serius bagi Cikeas juga. Kabar kaburnya Sylvia Sholeha alias Bu Pur, istri Kepala Rumah Tangga Cikeas yang memiliki peran penting dalam kasus Hambalang sangat dicurigai, dan pasti dicurigai media dan publik yang perduli.
"Saya tidak patut menuduh siapapun, namun jika benar Sylvia Soleha (Bu Pur) kabur di tengah-tengah kekisruhan keberadaan dan peran Bu Pur dalam hal-hal stategis pada tingkat top, tentu patut dicurigai," kata anggota Komisi III DPR RI, Bukhori Yusuf, kepada pers,Jakarta, Kamis (31/10).
Seperti diketahui dalam kasus korupsi proyek Hambalang Bu Pur disebut di audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Istri Kepala Rumah Tangga Cikeas Kombes (Purn) Purnomo ini diduga ikut memuluskan proses penandatangan kontrak tahun jamak proyek Hambalang.
Dalam audit BPK juga tertulis ada tiga orang dekat Presiden SBY turun langsung meyakinkan para pejabat berwenang agar mengubah kontrak single year menjadi multiyear. �Pada saat proses permohonan sekitar Oktober 2010, WM mengaku diyakinkan oleh pihak-pihak yang dapat membantu proses multi years ke Kementerian Keuangan, yaitu SSH(Sylvia Soleha), WWS (Widodo Wisnu Sayoko anak Sylvia Soleha) dan AGU (Arif Gundul),� demikian kalimat hasil audit investigasi Hambalang jilid II oleh BPK, halaman 37
Hal ini diperkuat dengan terendusnya �sidik jari� Sylvia Soleha oleh penyidik KPK di ruang kerja-ruang kerja para Pimpinan Kementerian Pemuda dan Olahraga .
Dengan adanya berbagai pengakuan dari orang yang mengaku Bunda Ratu dan Bu Pur yang sudah diperiksa KPK, seharusnya KPK bisa menindaklanjutinya.
"Kalau bisa Bu Pur kabur, patut dipertanyakan. Ada apa dengan KPK?," kata Bukhori.
Arief Sulaiman pengacara mantan Sesmenpora, Wafid Muharam melihat ada kesengajaan sejumlah pihak untuk menutupi peran sentral Sylvia Sholeha alias Bu Pur dalam kasus korupsi proyek Hambalang.
Terlebih dengan dugaan kaburnya Bu Pur ke luar negeri yang saat ini berkembang. "Banyak orang-orang yang sengaja menutupi Bu Pur. Sampai-sampai dia bisa ke luar negeri. Disaat kasus ini sedang proses," ujarnya.
Arief yang mendampingi Wafid sejak terjerat kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet SEA Games ini, mengatakan, Bu Pur punya informasi yang besar dalam sejumlah proyek.
"Bila informasi itu benar, sangat disayangkan, karena Bu Pur punya pengaruh yang signifikan di kasus Hambalang. Harusnya KPK melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap Bu Pur," tegasnya.
Publik ingin KPK dalam menangani kasus Hambalangini tidak berat sebelah,dimana Bu Pur alias Sylvia harus diperiksa dan diproses hukum oleh KPK. Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak boleh mundur dengan dalam menangani kasus Bu Pur dalam skandal Hambalang ini.
Dalam hal ini, istana SBY maupun Cikeas harus lebih waspada dan hati-hati dalam merekrut orang-orangnya, untuk diperkerjakan pada tempatnya. Kasus ini harus jadi pelajaran berharga bagi istana SBY dan masyarakat. Publik berharap, kasus semacam ini tidak terulang di masa datang. (berbagai sumber)
http://www.rimanews.com/read/2013103...medium=twitter
---------------------------------------
hufff...
"Saya tidak patut menuduh siapapun, namun jika benar Sylvia Soleha (Bu Pur) kabur di tengah-tengah kekisruhan keberadaan dan peran Bu Pur dalam hal-hal stategis pada tingkat top, tentu patut dicurigai," kata anggota Komisi III DPR RI, Bukhori Yusuf, kepada pers,Jakarta, Kamis (31/10).
Seperti diketahui dalam kasus korupsi proyek Hambalang Bu Pur disebut di audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Istri Kepala Rumah Tangga Cikeas Kombes (Purn) Purnomo ini diduga ikut memuluskan proses penandatangan kontrak tahun jamak proyek Hambalang.
Dalam audit BPK juga tertulis ada tiga orang dekat Presiden SBY turun langsung meyakinkan para pejabat berwenang agar mengubah kontrak single year menjadi multiyear. �Pada saat proses permohonan sekitar Oktober 2010, WM mengaku diyakinkan oleh pihak-pihak yang dapat membantu proses multi years ke Kementerian Keuangan, yaitu SSH(Sylvia Soleha), WWS (Widodo Wisnu Sayoko anak Sylvia Soleha) dan AGU (Arif Gundul),� demikian kalimat hasil audit investigasi Hambalang jilid II oleh BPK, halaman 37
Hal ini diperkuat dengan terendusnya �sidik jari� Sylvia Soleha oleh penyidik KPK di ruang kerja-ruang kerja para Pimpinan Kementerian Pemuda dan Olahraga .
Dengan adanya berbagai pengakuan dari orang yang mengaku Bunda Ratu dan Bu Pur yang sudah diperiksa KPK, seharusnya KPK bisa menindaklanjutinya.
"Kalau bisa Bu Pur kabur, patut dipertanyakan. Ada apa dengan KPK?," kata Bukhori.
Arief Sulaiman pengacara mantan Sesmenpora, Wafid Muharam melihat ada kesengajaan sejumlah pihak untuk menutupi peran sentral Sylvia Sholeha alias Bu Pur dalam kasus korupsi proyek Hambalang.
Terlebih dengan dugaan kaburnya Bu Pur ke luar negeri yang saat ini berkembang. "Banyak orang-orang yang sengaja menutupi Bu Pur. Sampai-sampai dia bisa ke luar negeri. Disaat kasus ini sedang proses," ujarnya.
Arief yang mendampingi Wafid sejak terjerat kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet SEA Games ini, mengatakan, Bu Pur punya informasi yang besar dalam sejumlah proyek.
"Bila informasi itu benar, sangat disayangkan, karena Bu Pur punya pengaruh yang signifikan di kasus Hambalang. Harusnya KPK melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap Bu Pur," tegasnya.
Publik ingin KPK dalam menangani kasus Hambalangini tidak berat sebelah,dimana Bu Pur alias Sylvia harus diperiksa dan diproses hukum oleh KPK. Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak boleh mundur dengan dalam menangani kasus Bu Pur dalam skandal Hambalang ini.
Dalam hal ini, istana SBY maupun Cikeas harus lebih waspada dan hati-hati dalam merekrut orang-orangnya, untuk diperkerjakan pada tempatnya. Kasus ini harus jadi pelajaran berharga bagi istana SBY dan masyarakat. Publik berharap, kasus semacam ini tidak terulang di masa datang. (berbagai sumber)
http://www.rimanews.com/read/2013103...medium=twitter
---------------------------------------
hufff...