SITUS BERITA TERBARU

Skotlandia Mulai Referendum Kemerdekaan

Thursday, September 18, 2014


Bahasa Indonesia

Quote: Referendum Skotlandia Digelar: Merdeka atau Gabung dengan Inggris

Liputan6.com, Edinburgh - Rakyat Skotlandia Kamis waktu setempat, akan memutuskan apakah negara itu akan tetap menjadi bagian dari Inggris Raya atau menjadi negara independen.

Dilansir dari BBC, Kamis (18/9/2014) para pemilih akan menjawab menggunakan hak pilihnya untuk menjawab pertanyaan referendum "'Ya' atau 'tidak': "Haruskah Skotlandia menjadi negara independen?"

Jumlah yang terdaftar untuk memilih ada 4.285.323 orang atau 97%. Rakyat bisa memilih di 2.608 tempat di seluruh Skotlandia mulai pukul 07.00 hingga 22.00 pada hari Kamis.

Hasil pemilihan diperkirakan diumumkan pada Jumat 19 September pagi.

Skotlandia adalah bagian dari Britania Raya. Mencakup sepertiga bagian utara Pulau Britania, berbatasan dengan Inggris di sebelah selatan, Laut Utara di sebelah timur, Samudera Atlantik di sebelah utara dan barat, serta Selat Utara dan Laut Irlandia di sebelah barat daya.

Selain daratan utama, Skotlandia juga terdiri dari 790 pulau lebih, termasuk Kepulauan Utara dan Hebrides.

Edinburgh, ibu kota yang termasuk kota terbesar kedua adalah salah satu pusat keuangan terbesar di Eropa.

Edinburgh pernah menjadi pusat Pencerahan Skotlandia pada abad ke-18, yang mengubah Skotlandia menjadi salah satu kekuatan industri, perdagangan, dan intelektual di Eropa.

Kerajaan Skotlandia menjadi negara berdaulat yang merdeka pada Abad Pertengahan Awal dan masih berdiri hingga tahun 1707. Setelah James VI, Raja Skotlandia mewarisi takhta Inggris dan Irlandia pada 1603. Skotlandia bersatu secara politik dengan Kerajaan Inggris pada tanggal 1 Mei 1707, yang kemudian membentuk Kerajaan Britania Raya.

Penyatuan tersebut disahkan melalui Undang-Undang Penyatuan yang disepakati oleh Parlemen kedua negara pada tahun 1707, diikuti oleh penentangan rakyat Skotlandia dan pecahnya kerusuhan anti-penyatuan di Edinburgh, Glasgow, dan di tempat lain.

Kerajaan Britania Raya kemudian juga bersatu secara politik dengan Kerajaan Irlandia pada 1 Januari 1806 dan membentuk Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia.

Meskipun tergabung dalam satu negara berdaulat, sistem hukum Skotlandia terpisah dari sistem hukum yang digunakan di Inggris dan Wales serta Irlandia Utara; Skotlandia memiliki yurisdiksi hukum publik dan hukum privat yang berbeda dengan negara konstituensi Britania lainnya.

Terpisahnya lembaga hukum, pendidikan, dan keagamaan Skotlandia dari negara konstituensi Britania lainnya turut bersumbangsih terhadap kesinambungan budaya dan identitas nasional Skotlandia sejak Penyatuan 1707.

Setelah referendum 1997, dibentuk badan legislatif devolutif bernama Parlemen Skotlandia pada tahun 1999. Parlemen ini memiliki kewenangan yang luas untuk menangani urusan-urusan dalam negeri Skotlandia yang tidak menjadi kewenangan Britania Raya. Pada Mei 2011, Partai Nasional Skotlandia menang secara mayoritas mutlak di parlemen dan melaksanakan referendum kemerdekaan pada tangal 18 September 2014.

Referendum itu berisi rencana Skotlandia memisahkan diri dengan Inggris Raya. (Ein)

Sumber: http://news.liputan6.com/read/2106839/referendum-skotlandia-digelar-merdeka-atau-gabung-dengan-inggris


Quote: Skotlandia mulai pemungutan suara dalam referendum

Perdana Menteri Inggris David Cameron menyampaikan pidato di Pusat Konferensi dan Pameran Aberdeen di Aberdeen, Skotlandia, Senin (15/9). Cameron memohon kepada hati nurani warga Skotlandia dalam kunjungan terakhirnya sebelum referendum kemerdekaan dengan mengingatkan bahwa pilihan untuk memisahkan diri dari Inggris Raya tidak dapat ditarik kembali. (REUTERS/Dylan Martinez)
Edinburgh, Skotlandia (ANTARA News) - Warga Skotlandia memulai pemungutan suara, Kamis, dalam referendum untuk memutuskan apakah negara itu akan merdeka atau tetap menjadi bagian dari Inggris Raya.

Setelah hari terakhir kampanye, para pemilih mendatangi tempat pemungutan suara di sekolah-sekolah dan gedung-gedung pertemuan, begitu TPS dibuka pada pukul 06.00 waktu setempat, pada hari yang akan menentukan masa depan penggabungan selama 307 tahun itu.

Orang pertama yang akan memberikan suaranya di Pengadilan Waverley Edinburgh adalah seorang pengusaha bernama Ron.

"Ini adalah hari bersejarah bagi Skotlandia. Saya sudah menunggu momen ini sepanjang hidup saya. Inilah saatnya untuk berpisah dengan Inggris. Ya untuk kemerdekaan," katanya setelah memberikan suaranya.

Saat ia berbicara, sejumlah pekerja berteriak "Pilih Tidak!"

Hasil empat jajak pendapat menjelang hari pemungutan suara menunjukkan 48 persen pemilih menginginkan merdeka dan 52 persen ingin tetap bergabung. Pada jajak pendapat kelima, perbedaan suaranya lebih tipis yaitu 49 banding 51 persen.

Survei tersebut juga menunjukkan sebanyak 600.000 dari 4,3 juta pemilik suara masih belum membuat keputusan, hanya beberapa jam sebelum TPS dibuka.

Para petugas pemungutan suara mengatakan hasil pemungutan suara diperkirakan keluar pada Jumat pagi.
Editor: Ade Marboen COPYRIGHT © 2014

Sumber: http://www.antaranews.com/berita/454226/skotlandia-mulai-pemungutan-suara-dalam-referendum




Quote: Hari Ini, Skotlandia Referendum Kemerdekaan

TEMPO.CO, Edinburgh - Suara rakyat Skotlandia akan menentukan nasib negaranya, apakah akan tetap bersatu dengan Inggris atau menjadi negara merdeka. Pemungutan suara akan dilakukan hari ini, Kamis, 18 September 2014, di 2.608 tempat pemungutan suara yang telah disediakan di seluruh wilayah Skotlandia.

Dikutip BBC News, ada 4.258.323 warga, sekitar 97 persen dari jumlah penduduk, yang telah terdaftar mejadi pemilih dan akan memilih. Pemilihan akan berlangsung sejak pukul 07.00 hingga 22.00 waktu setempat.

Jumlah suara akan dihitung di 32 daerah otoritas Skotlandia. Hasil suara lalu dikirim ke kantor Mary Pitcaithly selaku penyelenggara pemungutan suara. (Baca: PM Inggris Bujuk Skotlandia Tolak Pemisahan)

"Hasil dari 32 daerah otoritas akan diumumkan pada Jumat pagi sekitar pukul 06.30 atau 07.30 di depan Royal Highland Centre di Edinburgh, Skotlandia," kata Pitcaithly.

Namun kondisi Skotlandia yang terpencil dan cuaca yang buruk dikhawatirkan akan menunda pengiriman kotak suara. Penundaan itu akan berakibat pada penghitungan hasil nasional dan menghambat pengumuman hasil referendum.
RINDU P. HESTYA | BBC NEWS

Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2014/09/18/117607807/Hari-Ini-Skotlandia-Referendum-Kemerdekaan




Quote: Hari Ini, Skotlandia Tentukan Nasib Melalui Referendum

VIVAnews - Lebih dari 4 juta warga Skotlandia akan menentukan nasib mereka melalui referendum, hari ini. Apakah tetap ingin bergabung dengan Inggris atau memilih menjadi negara merdeka.

Pemungutan suara akan dilakukan di 2.608 TPS di seluruh negeri antara pukul 07.00 hingga 22.00 waktu setempat. BBC edisi Rabu, 17 September 2014 melansir akan ada partisipasi yang tinggi dari warga Skotlandia dalan referendum ini. Total 97 persen dari 4.285.323 warga Skotlandia akan menggunakan hak suara mereka.

Selain melalui pemungutan suara langsung dengan mendatangi TPS, kertas referendum juga akan dikirim melalui pos. Ada 789.024 kertas suara yang dikirimkan. Ini merupakan jumlah registrasi untuk pemilihan melalui pos terbesar yang pernah dilakukan di Skotlandia.

Mereka yang bisa menggunakan hak pilih harus berusia 16 tahun, tinggal di Skotlandia, dan terdaftar sebagai pemilih. Artinya, ada sekitar 800 ribu warga Skotlandia yang tinggal di luar Skotlandia tidak bisa memilih. Sementara, 400 ribu warga Inggris yang tinggal di Skotlandia memiliki kebebasan untuk menggunakan hak suaranya.

Karena tingkat partisipasi diprediksi akan tinggi, petugas penghitung suara telah mengambil kebijakan untuk mengurangi risiko antrean di TPS. Sementara, untuk mendistribusikan logistik ke daerah-daerah terpencil seperti Argyll dan Bute, pemerintah mengerahkan helikopter dan perahu.

Tim komisi pemilihan Skotlandia mengatakan pemilihan ulang hanya diizinkan untuk dilakukan di tingkat lokal. Proses merupakan indikator utama yang diperhatikan dan bukan hasil yang ketat.

Usai referendum, petugas penghitung suara di tiap daerah akan mengkomunikasikan hasilnya kepada Kepala Petugas Penghitung Suara, Mary Pitcaithly. Hasil penghitungan suara akan diketahui sekitar pukul 06.30 dan 07.30 keesokan harinya.

Pitcaithly akan mengumumkan hasil tersebut pada waktu sarapan hari Jumat, 19 September 2014. Pemilihan waktu itu, karena deklarasi final Skotlandia di parlemen Inggris di tahun 2010 dan pemilihan parlemen Skotlandia, dilakukan pada jam tersebut.

Kendati begitu, hasil penghitungan awal, sudah bisa diketahui sejak dini hari, yakni antara pukul 03.00 dan 06.00 pagi.

Ingin merdeka

Awal mula Skotlandia ingin memisahkan diri dari Inggris pada tahun 1999. Parlemen Inggris di London mulai menindahkan sebagian kekuasaan mereka ke Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara. Namun, di tahun 2009 lalu, parlemen Skotlandia mengambil langkah besar dengan mendorong adanya pemungutan suara untuk merdeka.

Di tahun 2012, Perdana Menteri Inggris, David Cameron, mengizinkan adanya referendum, karena saat ini dia menilai kemungkinan warga Skotlandia untuk memisahkan diri kecil.

Laman USA Today melaporkan, ide referendum ini dilontarkan oleh Pemerintah Skotlandia yang dipimpin Menteri Pertama, Alex Salmond. Menurut dia, Inggris tidak lagi memiliki tujuan yang pas bagi Skotlandia.

Sementara Skotlandia, menurut Salmond, bisa berdiri menjadi negara didukung kekayaan minyaknya, akan menjadi salah satu negara yang paling kaya di dunia. Dia mengatakan, ini saatnya bagi Skotlandia mengambil alih takdirnya dan terbebas dari belenggu parlemen di London.

Di sisi lain, Pemerintah Inggris yang dipimpin Cameron, menilai justru Inggris merupakan negara paling sukses di bidang politik dan sosial. Inggris mengklaim, Skotlandia akan rugi jika berpisah dari Inggris. Sebab, Skotlandia tidak akan lagi memiliki layanan keuangan yang kuat. Selain itu, lapangan pekerjaan pun berkurang. (ita) © VIVA.co.id
Sumber: http://dunia.news.viva.co.id/news/read/539480-hari-ini--skotlandia-tentukan-nasib-melalui-referendum


Quote: Swing Voters Penentu Hasil Referendum Skotlandia

EDINBURGH – Hari ini (18/9), rakyat Skotlandia menentukan masa depan negeri mereka. Sekitar 4,3 juta penduduk akan memberikan suara dalam referendum kemerdekaan yang berlangsung pukul 06.00–21.00 waktu setempat. Besok (19/9) Skotlandia akan langsung mengumumkan hasil referendum penting tersebut.

''Jumat pagi kami akan bangun pada hari pertama negara yang lebih baik. Andalah yang telah melakukan semua ini. Andalah yang menjadikan semua ini nyata,'' ujar First Minister Skotlandia Alex Salmond dalam surat terbuka Rabu (17/9). Pemimpin 59 tahun itu mengimbau masyarakat Skotlandia untuk memilih yes demi mewujudkan Skotlandia yang merdeka dan tidak bergantung lagi pada Inggris Raya.

Kemarin masyarakat Skotlandia diselimuti berbagai emosi. Kubu yes berdebar menanti kemerdekaan Skotlandia. Meski belakangan dukungan untuk kubu yes menguat, sebagian massa pro kemerdekaan tidak yakin suara mereka akan cukup banyak untuk mengalahkan kubu no. Sebaliknya, massa pro-Inggris Raya berharap hasil referendum berpihak kepada mereka sehingga tidak perlu meninggalkan Skotlandia.

Sejumlah politikus pun memanfaatkan kampanye hari terakhir kemarin untuk menarik simpati masyarakat. Cathy Chance yang mengabdikan diri di Badan Kesehatan Nasional Inggris di Kota Edinburgh berancang-ancang meninggalkan Skotlandia jika kubu yes menang. ''Saya rasa dunia sudah tidak butuh batas politik,'' katanya tentang rencana Skotlandia untuk berpisah dari Inggris Raya.

Di sisi lain, Roisin McLaren yang gigih menyuarakan yes yakin kubunya menuai lebih banyak dukungan. Terutama dukungan dari kaum muda Skotlandia yang sebagian besar belum menentukan pilihan. ''Saya mulai mencium aroma kemerdekaan,'' ujar politikus perempuan tersebut. Dia berharap Skotlandia mengakhiri pertautan dengan Inggris Raya yang sudah terjalin selama 307 tahun.

Kemarin tim kampanye kedua kubu mengerahkan sebanyak-banyaknya jubir untuk menghimpun massa di segala penjuru Skotlandia. Kubu pro kemerdekaan dan pro-Inggris Raya sama-sama berharap bisa meraup sebanyak mungkin dukungan. Khususnya dari kalangan swing voters yang bakal sangat menentukan hasil referendum.

Minggu (14/9) hasil jajak pendapat sempat menunjukkan keunggulan kubu yes. Tapi, polling terbaru memberikan hasil yang berbeda. Meski hanya selisih tipis, dukungan untuk kubu no tetap lebih besar. Kemarin surat kabar The Scotsman memublikasikan hasil jajak pendapat ICM yang menunjukkan bahwa kubu no unggul dengan dukungan sekitar 45 persen, sedangkan kubu yes meraup 41 persen dukungan.

Hasil riset Opinium pun memberikan hasil yang hampir sama. Lembaga survei itu melibatkan sekitar 1.156 responden. Sebanyak 49 persen di antaranya memilih untuk tetap bergabung dengan Inggris Raya, sedangkan sekitar 45 persen mendukung kubu yes. Daily Mail Skotlandia melaporkan hasil polling Survation yang memberikan kemenangan sekitar 47,7 persen untuk kubu no.

Bak Torpedo bagi Uni Eropa

Perdana Menteri (PM) Spanyol Mariano Rajoy angkat bicara soal referendum Skotlandia yang berlangsung hari ini. Kemarin (17/9) kepala pemerintahan Negeri Matador itu memperingatkan Skotlandia tentang dampak buruk perceraian mereka dengan Inggris Raya terhadap bidang ekonomi dan sosial.

''Referendum kemerdekaan di Skotlandia atau Catalunya (Spanyol) bagaikan torpedo bagi integrasi Eropa yang menjadi misi Uni Eropa (UE),'' ujar politikus 59 tahun tersebut dalam rapat parlemen. Dia menambahkan, pemisahan diri seperti yang sedang diupayakan Skotlandia atau Catalunya akan menciptakan kemiskinan dan resesi ekonomi.

Saat ini massa pro kemerdekaan mengawasi tahap demi tahap referendum Skotlandia. Sebab, mereka pun menginginkan kemerdekaan. Catalunya ingin berpisah dari Spanyol yang selama ini menjadi ''induknya''. Jika pemerintah Spanyol mengizinkan, Catalunya pun akan mengadakan referendum pada November mendatang. Tetapi, sejauh ini, Madrid belum memberikan lampu hijau.

Jika hasil referendum berpihak pada kemerdekaan, Skotlandia harus mendaftarkan lagi keanggotaannya di UE. Skotlandia harus kembali menjalani serangkaian tahap yang tidak mudah untuk bisa masuk organisasi terbesar Eropa tersebut. ''Semangat UE adalah integrasi, bukan perpisahan. Referendum (kemerdekaan) akan mematahkan semangat itu,'' jelasnya. (AP/AFP/BBC/hep/c5/c23/ami)

Sumber: http://www.jawapos.com/baca/artikel/7159/Swing-Voters-Penentu-Hasil-Referendum-Skotlandia


Quote: "Ini Kesempatan Satu-Satunya, Skotlandia"

PERTH, KOMPAS.com - Tokoh nasionalis sekaligus menteri Skotlandia, Alex Salmond, berbicara di depan pendukungnya sebelum referendum dimulai di Perth, Skotlandia Utara, Kamis (18/9/2014). Salmond berbicara di depan banyak orang tentang alasan kenapa mereka harus memilih kemerdekaan untuk Skotlandia dalam referendum yang akan segera berlangsung.

"Masa depan Skotlandia harus dipegang oleh rakyat Skotlandia, ayo kita raih dengan kedua tangan kita," tutur Salmond diikuti dengan riuh tepuk tangan ratusan pendukungnya.

Para pendukung membawa sebuah bendera berwarna biru dan putih dengan tulisan kata "Yes We Can" yang menandakan Skotlandia bisa tetap jaya walaupun berpisah dari Inggris. Salmond melihat referendum ini sebagai momentum bersejarah dalam perkembangan demokrasi di Skotlandia. Menurutnya, kesempatan merdeka yang ada saat ini harus segera diambil karena hal ini merupakan kesempatan satu-satunya seumur hidup.

Sebelumnya diberitakan sebuah survei di Skotlandia, menampilkan hasil dukungan sementara rakyat Skotlandia untuk merdeka telah mencapai angka 49 persen. Dari survei tersebut, terlihat kenaikan angka dukungan untuk merdeka sebanyak tujuh persen dari survei serupa yang telah dilaksanakan di bulan Agustus lalu.

"Sementara survei The Ipsos MORI masih unggul dengan dukungan untuk tetap di perserikatan Inggris Raya sebanyak 51 persen," seperti dilansir melalui keterangan televisi STV.

Skotlandia, yang berpenduduk hampir 5 juta jiwa, adalah salah satu negara tertua di dunia. Negeri ini sudah menjadi satu bangsa di bawah kepemimpinan Raja Kenneth MacAlpin pada 843 Masehi. Skotlandia menjadi negara independen selama 800 tahun hingga akhirnya bergabung dengan Inggris Raya pada 1707. Saat Inggris menghadapi perang melawan Perancis pada awal abad ke-18, London memblokir perdagangan dan menyita properti milik orang Skotlandia di wilayah selatan, kecuali mereka sepakat membentuk satu negara kesatuan.

Setelah melalui perdebatan sengit dan kekerasan di Skotlandia, parlemen Skotlandia dan Inggris dibubarkan pada 1 Mei 1707 dan digantikan dengan sebuah parlemen Inggris Raya.

Penulis : Andri Donnal Putera
Editor : Fidel Ali Permana
Sumber : Reuters

Sumber: http://internasional.kompas.com/read/2014/09/18/04514621/.Ini.Kesempatan.Satu-Satunya.Skotlandia.


Quote: PM Inggris Mohon Warga Skotlandia Tolak Kemerdekaan

Jajak pendapat di Skotlandia menunjukkan kekuatan seimbang antara kubu pro kemerdekaan ("Yes") dan kubu yang ingin Skotlandia tetap bergabung dengan Inggris ("No"). Perdana Menteri Inggris David Cameron tampil di hadapan anggota parlemen Skotlandia dan memohon, dengan tetesan air mata, agar warga Skotlandia tetap merajut masa depan bersama Inggris.
"Kerajaan Inggris Raya bukan satu bangsa. Kita adalah empat bangsa yang hidup di satu negara. Kita adalah keluarga dari bangsa-bangsa", kata Cameron dalam pidato yang mengharukan di hadapan anggota parlemen di Aberdeen hari Senin (15/09).
Cameron mengingatkan warga Skotlandia, bahwa pilihan mereka punya dampak permanen bagi masa depan.
"Jika Anda tidak senang dengan saya, saya tidak akan terus ada di sini. Jika Anda tidak senang pemerintah ini, pemerintah tidak akan berlangsung lama. Tapi jika Anda meninggalkan Inggris, itu untuk selamanya".
Beberapa hari belakangan, para politisi Inggris, baik dari jajaran pemerintah maupun oposisi, melangsungkan kampanye di Skotlandia untuk meminta warganya tidak memisahkan diri.

"Lebih baik bersama-sama"
PM Inggris itu berulangkali mengucapkan kata "please" sambil memohon kepada pemilih Skotlandia.

"Jangan biarkan kalian terbujuk oleh mereka yang mengatakan, kalian tidak bisa sekaligus menjadi warga Skotlandia dan warga Inggris yang bangga. Jatuhkan pilihan kalian untuk menyelamatkan Inggris kita."
Ia menggambarkan kerugian yang akan dialami Inggris dan Skotlandia jika pecah.
Sambil meneteskan air mata, Cameron kemudian mengatakan, "kepala, hati dan jiwa saya (mohon), kami ingin kalian tetap bersama kami".
Para pemimpin Inggris, baik pihak pemerintah maupun oposisi, menjanjikan otonomi lebih besar kepada Skotlandia, jika mereka menolak opsi kemerdekaan.
Skotlandia akan melangsungkan referendum hari Kamis (18/09) tentang opsi kemerdekaan. Semua jajak pendapat hanya menunjukkan perbedaan sampai 1 persen antara kubu "yes" dan kubu "no". Tidak ada yang bisa memprediksikan, bagaimana hasil referendum itu.
hp/ab (afp,rtr)

Sumber: http://www.dw.de/pm-inggris-mohon-warga-skotlandia-tolak-kemerdekaan/a-17923939
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive