
Keberadaan homoseksual di Indonesia memang nyata. Ada yang berani terang-terangan membentuk komunitas, ada juga yang diam-diam. Misalnya di Ibu Kota Jakarta, setidaknya menurut data Dinas Kesehatan, homoseksual juga banyak. Hal itu terlihat dari data kasus HIV/AIDS yang menimpa 139 pria homo.
Selain di Jakarta, beberapa waktu lalu terkuak praktik prostitusi pria homoseksual di Medan, Sumatera Utara. Praktik PSK homo ini terungkap setelah petugas mendapat informasi dari masyarakat. Warga sekitar mengaku resah dengan aktivitas di salah satu rumah berlantai 3 di Jalan Garpu.
"Kita selidiki dan akhirnya kita mendapati bahwa rumah itu merupakan lokasi prostitusi homoseksual," terang Kanit Reskrim Polsek Medan Baru Iptu Oscar S Tedjo, Jumat (10/9).
Dia memaparkan, berbekal hasil penyelidikan ini, polisi pun menggerebek rumah itu, Kamis (9/10). Keenam pria yang ada di dalam kamar kos berukuran besar itu pun diamankan dan digelandang ke Mapolsek Medan Baru untuk menjalani pemeriksaan.
Mereka diduga PSK homoseksual yang diamankan yakni; RH (30), warga Jalan Rupat; SM (27) warga Sei Silau, Kisaran; J, MS, AD dan I. RH diduga sebagai pemilik usaha prostitusi itu. SM merupakan pemodal. Empat lainnya merupakan terapis.
Praktik prostitusi homoseksual itu ternyata menyediakan bermacam-macam layanan, mulai jasa pijat, lulur, totok wajah, hingga sodomi. Setiap layanan pun diberi tarif khusus. Contohnya untuk layanan sodomi, pelanggan dikenakan biaya Rp 100 Ribu.
"Pijat Rp 80 ribu, lulur Rp 60 ribu, totok wajah Rp 100 Ribu," kata Kanit Reskrim Polsek Medan Baru Iptu Oscar S Tedjo, sambil menambahkan tarif itu masih bisa dinegosiasikan. "Kadang Rp 60 ribu pun bisa sodomi."
Untuk promosi jasa PSK homoseksual ini biasanya dilakukan secara terselubung. Layanan esek-esek sesama jenis ini dipromosikan dari mulut ke mulut. "Selain itu pemasarannya melalui telepon dan BBM," kata Oscar S Tedjo. Belum reda kasus penangkapan enam pria di tempat prostitusi PSK homoseksual tersebut, kemarin muncul kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang PSK kepada kliennya, pensiunan PNS guru di Pagar Merbabu, Deli Serdang, Sumatera Utara. Artinya, jasa prostitusi sejenis ini memang ada konsumennya.
Belakangan terkuak bila aksi pembunuhan tersebut berlatar transaksi hubungan intim sejenis. Dua laki-laki membunuh seorang pensiunan PNS guru karena sakit hati tidak dibayar setelah berhubungan intim.
Korban Saur Simanjuntak (66), dihabisi di Rumah Makan Wong Solo di Dusun IV, Desa Suka Mandi Hilir, Pagar Merbau. Dua pelaku masing-masing Suheri alias Putra Cermin (32), warga Pantai Cermin, dan Susandi alias Susan (29) yang masih (DPO).
Pembunuhan berlatar transaksi hubungan sejenis itu berawal dari janji pertemuan antara Saur dengan Suheri di RM Wong Solo, Pagar Merbau. Pensiunan PNS guru itu meminta Suheri membawa laki-laki lain untuk melayani nafsu birahinya dan berjanji akan membayar Rp 300.000.
Suheri pun membawa Susandi ke RM Wong Solo, tempat yang disepakati. Namun, Saur tidak terima dengan kondisi laki-laki yang dibawa Suheri itu sebab tubuhnya kurus dan jelek, tidak sesuai dengan keinginannya, pertengkaran mulut pun terjadi hingga ke loteng RM Wong Solo. Akhirnya, Suheri dan Saur berkelahi.
Dalam perkelahian itu, Suheri dua kali menikam kepala Saur dengan sangkur yang sudah disiapkannya. Sementara itu, Susandi yang datang belakangan melihat korban tengah menggigit tangan Suheri, langsung mengambil pisau dan menusuk dada korban hingga tewas.
Dari pemeriksaan yang dilakukan polisi, ternyata motif lain pembunuhan ini diduga karena sakit hati. Suheri pernah melayani Saur namun tidak dibayar. Bukan hanya itu, korban juga tiga kali memesan laki-laki untuk memuaskan nafsunya kepada pelaku.
Namun dia tidak pernah membayar Rp 300.000 seperti yang dijanjikannya. "Karena tidak dibayar dia sakit hati dan menghabisi korban dengan cara menikam dengan sangkur," terang Wawan.
SUMBER
PSK MAHO



Dikutip dari: http://adf.ly/sLFj7


