JAKARTA, KOMPAS.com � Publik menilai, Partai Demokrat, Golkar, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah partai yang saat ini paling mengalami krisis. Citra partai itu di mata publik dipandang negatif.
Demikian hasil survei Political Communication Institute terhadap citra partai politik Indonesia saat ini. Lembaga ini melakukan kajian mengenai pandangan masyarakat terhadap partai politik dan menganalisis pemberitaan media massa terhadap partai politik.
Direktur Political Communication Institute Heri Budianto, saat menyampaikan hasil penelitian di Jakarta, Minggu (9/2/2014), mengatakan, sebanyak 29,2 persen responden menganggap Partai Demokrat dilanda krisis. Penyebabnya, banyak kadernya terlibat korupsi dan konflik internal banyak mengemuka di partai itu.
"Demokrat banyak kader yang terlibat korupsi. Mulai dari kasus Wisma Atlet, Kemendiknas, Hambalang. Kemudian yang paling besar adalah keterlibatan ketua umumnya saat itu, Anas Urbaningrum," kata Heri.
Setelah Demokrat, partai berikutnya yang dipandang publik mengalami krisis adalah PKS (17,6 persen), Golkar (10,2 persen), PKB (9,3 persen), PDI-P (7,6 persen), Nasdem (5,9 persen), Hanura (1,4 persen), Gerindra (1,2 persen), PAN (1,1 persen), PKPI (0,5 persen), PPP (0,4 persen), dan PBB (0,1 persen).
Pemberitaan media
Di media, tiga partai tersebut juga tercatat paling tinggi dalam porsi pemberitaan bernada negatif. Partai Demokrat tetap menempati urutan pertama (34,2 persen), kemudian Golkar (24,3 persen), dan PKS (20,3 persen).
Demikian hasil survei Political Communication Institute terhadap citra partai politik Indonesia saat ini. Lembaga ini melakukan kajian mengenai pandangan masyarakat terhadap partai politik dan menganalisis pemberitaan media massa terhadap partai politik.
Direktur Political Communication Institute Heri Budianto, saat menyampaikan hasil penelitian di Jakarta, Minggu (9/2/2014), mengatakan, sebanyak 29,2 persen responden menganggap Partai Demokrat dilanda krisis. Penyebabnya, banyak kadernya terlibat korupsi dan konflik internal banyak mengemuka di partai itu.
"Demokrat banyak kader yang terlibat korupsi. Mulai dari kasus Wisma Atlet, Kemendiknas, Hambalang. Kemudian yang paling besar adalah keterlibatan ketua umumnya saat itu, Anas Urbaningrum," kata Heri.
Setelah Demokrat, partai berikutnya yang dipandang publik mengalami krisis adalah PKS (17,6 persen), Golkar (10,2 persen), PKB (9,3 persen), PDI-P (7,6 persen), Nasdem (5,9 persen), Hanura (1,4 persen), Gerindra (1,2 persen), PAN (1,1 persen), PKPI (0,5 persen), PPP (0,4 persen), dan PBB (0,1 persen).
Pemberitaan media
Di media, tiga partai tersebut juga tercatat paling tinggi dalam porsi pemberitaan bernada negatif. Partai Demokrat tetap menempati urutan pertama (34,2 persen), kemudian Golkar (24,3 persen), dan PKS (20,3 persen).
Sentimen negatif dalam pemberitaan Partai Golkar banyak terkait dengan kasus dugaan suap sengketa Pilkada Kabupaten Lebak, Banten, yang melibatkan Gubernur Banten Atut Chosiyah. "Pemberitaan politik dinasti juga kuat menghantam Golkar," kata Heri.
Demikian pula dengan PKS. Kasus korupsi yang melibatkan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq membuat partai itu mendapat banyak pemberitaan bernada negatif.
Survei dilakukan pada 20 Januari sampai 3 Februari 2014 dengan melibatkan 1.000 responden di 15 kota besar. Survei atas pemberitaan media dilakukan terhadap 15 media massa, yaitu 5 media cetak nasional, 5 media televisi, dan 5 media online.
Metode riset dilakukan dengan dua tahap, yaitu content analysis dan discourse analysis. Adapun margin of error yaitu 5 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
SUMBER KOMPAS
NO COMMENT


