Kasus kekerasan yang terjadi di Panti Asuhan Samuel tengah menjadi sorotan. Diduga, pelakunya adalah pemilik panti itu sendiri, Chemuel dan istrinya Yuni.
Panti itu terletak di Sektor 6 GC No 10 Cluster Miccelia Summarecon Gading, Serpong, Tangerang. Ada sekitar 30 orang tinggal di panti.
Kepada merdeka.com, Senin (24/2), Chemuel membantah jika ia melakukan kekerasan. Untuk menegaskan alibinya, Chemuel mengaku siap dihukum pancung jika hal itu terbukti. "Itu fitnah, saya siap dipancung," katanya.
Bantahan Chemuel ini berbeda dengan keterangan para korban. Menurut para korban, Chemuel telah melakukan kekerasan dengan kejam. Berikut ini kekejaman Chemuel:
1. Biarkan bayi sakit hingga meninggal
Tim pengacara dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Mawar Saron tengah melakukan penyelidikan terkait kasus ini. Tim menemukan bukti adanya dugaan pembiaran terhadap balita sakit yang dilakukan pemilik panti Asuhan yaitu Chemuel dan Yuni.
Pimpinan Lembaga Bantuan Hukum Mawar Saron, Hotma Sitompoel mengatakan penemuan bayi yang meninggal tersebut berdasarkan laporan dari warga sekitar. "Bayi yang meninggal ini ada dua. Ada salah satu bayi dan bayi itu dibiarkan begitu saja setelah lahir hingga akhirnya salah satu bayi tersebut meninggal dan tidak tahu penyebabnya," kata Hotma di kantor LBH Mawar Sharon, Sunter, Jakarta Utara, Senin (24/2).
Menurut Hotma, kematian bayi tersebut diduga sakit dan dibiarkan oleh pengurus panti asuhan tanpa adanya bantuan medis. "Kita duga bayi ini sakit dan dilakukan pembiaran sama pemilik panti. Sempat mayat bayi menginap di dalam panti," tambah Hotma.
2. Lakukan pelecehan seksual
Chemuel juga diduga melakukan tindak kekerasan seksual terhadap 3 anak asuhnya. Koordinator donatur panti, Deborah (47) mengatakan, dirinya mendapat informasi tersebut langsung dari kedua korban yakni I dan K yang masih berusia belasan tahun. Mereka mengaku pernah mengalami tindak kekerasan seksual yang tidak terpuji.
"Mereka juga mendapat tindak pelecehan seksual, itu menurut pengakuan mereka sendiri," ujar Deborah saat ditemui di Kantor LBH Mawar Sharon, di Jalan Sunter Boulevard, Jakarta Utara, Senin (24/2).
Sedangkan Kepala Divisi Non-Ligitasi LBH Mawar Sharon Jecky Tengens mengatakan, untuk menindaklanjuti hal tersebut pihaknya telah membawa salah satu korban untuk divisum. Hasilnya dinyatakan korban positif mengalami kekerasan seksual. "Sudah divisum salah satunya, ternyata hasilnya positif," ungkap Jecky.
3. Menghukum anak di kandang anjing
Kisah 30 anak yang tinggal di Panti Asuhan Samuel benar-benar tragis. Selain ada yang pernah mengalami pelecehan seksual, seorang anak berusia 8 tahun berinisial J pernah dikurung selama sehari di kandang bersama enam ekor anjing besar. Penyebabnya karena J melarikan diri dari panti.
J dihukum oleh pemilik panti, Chemuel dan Yuni. Kedua pemilik panti itu biasanya dipanggil Ayah dan Bunda.
"Saya pernah dikurung di kandang anjing selama sehari dari sore hingga pagi hari, karena saya suka kabur-kaburan dari panti," ujar J saat ditemui di Kantor Lembaga Bantuan Hukum Mawar Sharon, di Jalan Sunter Boulevard, Jakarta Utara, Senin (24/2).
Tak puas mengurung J dalam kandang anjing, pelaku juga tega tidak memberikan makan selama sehari kepada bocah yang berhenti bersekolah sejak kelas 1 SD tersebut. "Sorenya saya dikurung, pagi-pagi baru dikeluarkan, tapi tidak dikasih makan," tandasnya
4. Anak panti dipukul dan diseret
Kepala Divisi Non-Ligitasi LBH Mawar Sharon Jecky Tengens juga mendapatkan informasi soal kekerasan yang dilakukan oleh Chemuel.?
Jecky menjelaskan, pemenuhan hak-hak dasar anak-anak di panti seperti pendidikan, kesempatan bermain dan pengasuhan yang layak pun diabaikan.
"Anak-anak di panti tersebut kerap dibiarkan begitu saja tak terurus bahkan kerap dikurung dan diberikan siksaan yang tidak manusiawi ketika si C dan Y merasa kesal dengan mereka, diseret, diikat, dipukul dengan sepatu sudah seperti menjadi makanan sehari-hari bagi anak-anak kecil yang malang ini," kisah dia.
5. Anak panti dipaksa minum air kran
Tindakan Kekerasan seksual yang dialami anak-anak Panti Asuhan Samuel, ternyata sudah dicurigai para donatur sejak pertama kali memberikan bantuan. Salah satunya donatur Debora (47).
Ia mengatakan, awalnya dia tidak pernah sedikit pun berpikiran negatif. Namun setelah mendengar pengakuan salah seorang anak asuh panti berinisial H (20) baru menyadari selama ini pihaknya memberikan bantuan di salah gunakan oleh pemilik panti tersebut.
"Saya gak pernah berpikiran negatif. Saya hanya nyumbang karena murni belas kasihan saya terhadap anak-anak panti. Namun setelah anak-anak bicara mereka ada yang disabet pakai gesper, minum dengan air keran dan tindakan kekerasan seksual saya baru pikir kok sampai begitu teganya mereka sampai anak-anak melarikan diri dan berlindung di gereja GBI Sangsakala," ujar Debora.
6. Salah sedikit ditempeleng
Henok (20) salah satu penghuni Panti Asuhan Samuel menceritakan kekerasan yang dialaminya di panti. Dia kerap diomeli tanpa alasan dan ditempeleng.
Kekerasan itu dilakukan Chemuel dan Yani, pemilik Panti Asuhan Samuel. Henok yang saat ini sudah beranjak dewasa berhasil melarikan diri dari kekerasan yang dilakukan kedua pemilik panti tersebut.
Henok memaparkan, dirinya masuk ke panti tersebut sejak 2001 saat baru berusia 7 tahun. Dia diajak oleh kedua orang tuanya yang berasal dari Kalimantan. Namun, dirinya baru sadar dimasukan ke dalam panti asuhan.
Selama menjadi penghuni pantai tersebut selama belasan tahun dirinya sering kali mendapat perlakuan kasar dan kekerasan serta caci maki. "Caci maki setiap hari, diomel-omelin juga sering. Saya juga ditempeleng sama pemilik panti," ucapnya.
7. Dipaksa makan nasi basi dan mi
Tidak seperti manusia pada umumnya yang sehari-hari makan nasi dan lauk pauk layak. Anak-anak Panti Asuhan Samuel justru sehari-hari diberi makan dan minum menu di luar nalar manusia. Mereka hanya diberi mi instan yang sudah kering dengan nasi hampir basi.
Bukan karena kekurangan dana atau kekurangan donatur di panti yang berlokasi di Cluster Miccelia Summarecon Gading Serpong, Kabupaten Tangerang tersebut. Namun lebih karena kekejaman pemilik panti, yaitu Chemuel dan Yuni.
Sumbangan dari para donatur berupa sembako dan pakaian layak tidak pernah sampai kepada anak-anak malang tersebut, melainkan justru kedua pemilik panti menjual kembali pemberian para donatur itu.
Hal tersebut dibenarkan oleh salah satu anak asuhnya berinisial J. Menurut dia, sekitar 30 anak dalam panti tersebut hanya diberi makan mi yang hampir basi dan diberi minum air keran mentah. "Tiap hari, tiga kali sehari makannya mi sama nasi, minum air keran," ujar bocah berusia sembilan tahun itu.
8. Sering pakai duit donatur ke luar negeri
Kepala Divisi Non Litigasi LBH Mawar Saron, Jecky Tengens mengatakan, wajah dan kondisi anak panti yang lesu dan lugu ini sering kali dijadikan alat agar banyak para donatur yang menyisihkan uangnya untuk membantu panti asuhan ini. Namun sumbangan tidak diberikan kepada anak-anak, melainkan digunakan untuk kepentingan pribadi Chemuel.
"Tapi kok dilihat barang-barangnya nguap gitu saja. Anak-anaknya tetap kurus," kata Jecky.
Bahkan, kata dia, kejadian ini sudah menjadi pergunjingan di sekitar panti asuhan yang terletak di Sektor 6 GC 10 No 1 Cluster Miccelia Summarecon Gading Serpong, Tangerang ini. Uang hasil donatur kerap kali digunakan untuk pergi ke luar negeri oleh orang tua asuh.
"Tidak heran jika ternyata pemilik panti bisa dengan nikmatnya pelesiran keluar negeri sambil tinggal di apartemen yang mewah, kontras sekali dengan para anak yang berada di panti asuhannya ini," katanya.
Sumber