Quote:
TEGAL, suaramerdeka.com - Industri pengeringan ikan asin di Kota Tegal akhir-akhir ini semakin terpuruk. Hal itu terjadi karena kesulitan produksi akibat terbatasnya pasokan bahan baku serta mahalnya harga ikan.
Menurut Ketua Kelompok Ikan Asin Cahaya Semesta Kota Tegal, Gunaryo kemarin, harga ikan mengalami kenaikan dampak musim ombak besar dan cuaca buruk. Saat ini, sebagian pemilik usaha pengeringan ikan asin terpaksa menutup usaha untuk sementara waktu karena tidak mampu mengimbangi kenaikan harga ikan. "Kapal nelayan yang berlabuh sedikit, karena masih banyak yang berlindung di pulau-pulau terdekat dari lokasi melaut. Akibatnya, pasokan sedikit dan harga ikan melonjak dalam sepekan terakhir," katanya.
Dia mengemukakan, sebelumnya, dalam satu hari rata-rata 15 kapal yang masuk ke pelabuhan. Namun saat ini hanya dua kapal yang masuk pelabuhan per hari. Harga ikan layang yang sebelumnya Rp 10.000 per kilogram, saat ini mencapai Rp 17.000 per kilogram. Harga ikan banyar yang sebelumnya Rp 24.000 per kilogram, saat ini mencapai Rp 36.000 per kilogram, sedangkan ikan tanjan yang sebelumnya Rp 3.200 per kilogram, saat ini mencapai Rp 6.000 per kilogram.
Gunaryo menegaskan, dari sekitar 73 unit industri pengeringan ikan asin di Tegalsari, Kota Tegal, sekitar 30 unit usaha terpaksa berhenti sementara. Padahal sebelumnya, biasanya mampu memproduksi sekitar dua ton ikan asin per hari.
Dia menambahkan, kenaikan harga bahan baku juga diimbangi kenaikan harga jual ikan asin. Harga ikan asin layang naik dari Rp 15.000 per kilogram menjadi Rp 20.000 per kilogram, sedangkan harga ikan asin tanjan naik dari Rp 4.000 per kilogram menjadi Rp 6.000 per kilogram.
Meskipun demikian, para pemilik usaha skala kecil terkendala persaingan dengan pemilik usaha skala besar, yang memiliki persediaan ikan. Pemilik usaha ikan asin juga kesulitan memenuhi permintaan ikan asin. Selain dipasarkan di Tegal dan sekitarnya, ikan asin juga dijual ke Jakarta, Bandung, Cianjur, Tasikmalaya, Lampung, Jambi, dan Medan.
sumber
makanan rakyat kecil saja makin mahal harganya
TEGAL, suaramerdeka.com - Industri pengeringan ikan asin di Kota Tegal akhir-akhir ini semakin terpuruk. Hal itu terjadi karena kesulitan produksi akibat terbatasnya pasokan bahan baku serta mahalnya harga ikan.
Menurut Ketua Kelompok Ikan Asin Cahaya Semesta Kota Tegal, Gunaryo kemarin, harga ikan mengalami kenaikan dampak musim ombak besar dan cuaca buruk. Saat ini, sebagian pemilik usaha pengeringan ikan asin terpaksa menutup usaha untuk sementara waktu karena tidak mampu mengimbangi kenaikan harga ikan. "Kapal nelayan yang berlabuh sedikit, karena masih banyak yang berlindung di pulau-pulau terdekat dari lokasi melaut. Akibatnya, pasokan sedikit dan harga ikan melonjak dalam sepekan terakhir," katanya.
Dia mengemukakan, sebelumnya, dalam satu hari rata-rata 15 kapal yang masuk ke pelabuhan. Namun saat ini hanya dua kapal yang masuk pelabuhan per hari. Harga ikan layang yang sebelumnya Rp 10.000 per kilogram, saat ini mencapai Rp 17.000 per kilogram. Harga ikan banyar yang sebelumnya Rp 24.000 per kilogram, saat ini mencapai Rp 36.000 per kilogram, sedangkan ikan tanjan yang sebelumnya Rp 3.200 per kilogram, saat ini mencapai Rp 6.000 per kilogram.
Gunaryo menegaskan, dari sekitar 73 unit industri pengeringan ikan asin di Tegalsari, Kota Tegal, sekitar 30 unit usaha terpaksa berhenti sementara. Padahal sebelumnya, biasanya mampu memproduksi sekitar dua ton ikan asin per hari.
Dia menambahkan, kenaikan harga bahan baku juga diimbangi kenaikan harga jual ikan asin. Harga ikan asin layang naik dari Rp 15.000 per kilogram menjadi Rp 20.000 per kilogram, sedangkan harga ikan asin tanjan naik dari Rp 4.000 per kilogram menjadi Rp 6.000 per kilogram.
Meskipun demikian, para pemilik usaha skala kecil terkendala persaingan dengan pemilik usaha skala besar, yang memiliki persediaan ikan. Pemilik usaha ikan asin juga kesulitan memenuhi permintaan ikan asin. Selain dipasarkan di Tegal dan sekitarnya, ikan asin juga dijual ke Jakarta, Bandung, Cianjur, Tasikmalaya, Lampung, Jambi, dan Medan.
sumber
makanan rakyat kecil saja makin mahal harganya