Dokter Gratis dari Solo
Pasien dr Lo, dari Pengguna Fortuner hingga Korban Tabrak Lari
Solo - Selain karena murah atau bahkan gratis, kecocokan adalah faktor utama orang berobat ke dr Lo Siauw Ging (79) atau dr Lo. Sebagian besar pasiennya adalah kalangan tidak mampu, sebagian lainnya kaya. Ada juga pasien tak dikenal seperti korban tabrak lari.
Ketika detikcom berkunjung ke rumah dr Lo, Jalan Yap Tjan Bing, Jagalan, Jebres, Solo, akhir pekan lalu, beberapa pasien terlihat mengantre. Ny Anneke, datang diantar anaknya menaiki Toyota Fortuner keluaran terbaru. Ketika ditanya alasannya, Anneke mengatakan cocok dengan diagnosa dan resep yang diberikan dr Lo. Kepadanya, dr Lo menuliskan resep obat untuk dibeli sendiri di apotek. Selanjutnya Anneke meninggalkan uang sukarela di meja konsultasi.
"Karena Dokter Lo tidak memasang tarif pasti," katanya.
Lain lagi pengalaman disampaikan oleh Ruly, warga Karanganyar. "Berobat ke dokter lain belum tentu pas. Ke Dokter Lo selalu cocok. Saya disuruh beli obat sendiri, tapi saya selalu dilarang membayar biaya resepnya. Itu dari dulu," ujarnya.
Sedangkan bagi Ny Ina yang mengantarkan anaknya karena sakit panas maupun bagi Ny Sumi dan Arianto, ada pengalaman berbeda lagi. Bagi mereka dr Lo benar-benar rujukan utama saat mereka dan keluarganya sakit. Selain tidak membayar biaya konsultasi, juga diberi obat cuma-cuma. Arianto mengaku sejak kecil sudah biasa ke dr Lo.
"Sekarang cucu saya yang masih belia juga langganan dibawa ke dokter Lo," jelasnya.
Yang lebih mengejutkan, dr Lo pernah menerima korban tabrak lari. Tidak hanya menangani, tapi juga menanggung biaya pengobatan orang tak dikenal tersebut. Cerita ini disampaikan tetangga dr Lo, Hermin
"Pernah ada warga korban tabrak lari, biaya perawatan sekitar Rp 25 juta, semuanya ditanggung Pak Dokter (Lo)," ungkapnya.
Lalu apa tanggapan dr Lo mengenai semua pujian itu? Dengan santai dia mengatakan tidak ada yang istimewa dari yang dilakukannya. Sumpah jabatan mengharuskan dirinya bertindak demikian. Sepanjang masih kuat melayani pasien, dia bertekad untuk tetap membantu kaum miskin dan selalu dekat dengan mereka.
"Tugas dan kewajiban seorang dokter pertama-tama harus melayani pasien. Fungsi sosial inilah yang paling utama, sesuai sumpah jabatannya. Kesehatan dan keselamatan pasien harus didahulukan, melebihi apapun juga. Saya usahakan tetap menolong mereka," ujarnya.
Dulu, pasien dr Lo bisa mencapai 100 orang sehari. Namun sekarang pasien yang datang rata-rata 'tinggal' 60 pasien. Semua tetap akan dilayani meski dr Lo sendiri kini juga harus berhati-hati karena osteoarthritis yang menyerang persendian lutut dan pinggulnya.
sumber
Pasien dr Lo, dari Pengguna Fortuner hingga Korban Tabrak Lari
Solo - Selain karena murah atau bahkan gratis, kecocokan adalah faktor utama orang berobat ke dr Lo Siauw Ging (79) atau dr Lo. Sebagian besar pasiennya adalah kalangan tidak mampu, sebagian lainnya kaya. Ada juga pasien tak dikenal seperti korban tabrak lari.
Ketika detikcom berkunjung ke rumah dr Lo, Jalan Yap Tjan Bing, Jagalan, Jebres, Solo, akhir pekan lalu, beberapa pasien terlihat mengantre. Ny Anneke, datang diantar anaknya menaiki Toyota Fortuner keluaran terbaru. Ketika ditanya alasannya, Anneke mengatakan cocok dengan diagnosa dan resep yang diberikan dr Lo. Kepadanya, dr Lo menuliskan resep obat untuk dibeli sendiri di apotek. Selanjutnya Anneke meninggalkan uang sukarela di meja konsultasi.
"Karena Dokter Lo tidak memasang tarif pasti," katanya.
Lain lagi pengalaman disampaikan oleh Ruly, warga Karanganyar. "Berobat ke dokter lain belum tentu pas. Ke Dokter Lo selalu cocok. Saya disuruh beli obat sendiri, tapi saya selalu dilarang membayar biaya resepnya. Itu dari dulu," ujarnya.
Sedangkan bagi Ny Ina yang mengantarkan anaknya karena sakit panas maupun bagi Ny Sumi dan Arianto, ada pengalaman berbeda lagi. Bagi mereka dr Lo benar-benar rujukan utama saat mereka dan keluarganya sakit. Selain tidak membayar biaya konsultasi, juga diberi obat cuma-cuma. Arianto mengaku sejak kecil sudah biasa ke dr Lo.
"Sekarang cucu saya yang masih belia juga langganan dibawa ke dokter Lo," jelasnya.
Yang lebih mengejutkan, dr Lo pernah menerima korban tabrak lari. Tidak hanya menangani, tapi juga menanggung biaya pengobatan orang tak dikenal tersebut. Cerita ini disampaikan tetangga dr Lo, Hermin
"Pernah ada warga korban tabrak lari, biaya perawatan sekitar Rp 25 juta, semuanya ditanggung Pak Dokter (Lo)," ungkapnya.
Lalu apa tanggapan dr Lo mengenai semua pujian itu? Dengan santai dia mengatakan tidak ada yang istimewa dari yang dilakukannya. Sumpah jabatan mengharuskan dirinya bertindak demikian. Sepanjang masih kuat melayani pasien, dia bertekad untuk tetap membantu kaum miskin dan selalu dekat dengan mereka.
"Tugas dan kewajiban seorang dokter pertama-tama harus melayani pasien. Fungsi sosial inilah yang paling utama, sesuai sumpah jabatannya. Kesehatan dan keselamatan pasien harus didahulukan, melebihi apapun juga. Saya usahakan tetap menolong mereka," ujarnya.
Dulu, pasien dr Lo bisa mencapai 100 orang sehari. Namun sekarang pasien yang datang rata-rata 'tinggal' 60 pasien. Semua tetap akan dilayani meski dr Lo sendiri kini juga harus berhati-hati karena osteoarthritis yang menyerang persendian lutut dan pinggulnya.
sumber