SITUS BERITA TERBARU

Banyolan akhir tahun: Bekas Menpora Andi Mallarangeng Himbau agar Koruptor Bertobat!

Monday, December 2, 2013
[imagetag]

Pasemon Andi Mallarangeng, �Para Koruptor Bertobatlah�
Sun, 01/12/2013 - 10:20 WIB

Osdar, kawan lama saya wartawan senior harian Kompas yang biasa �ngepos� di kawasan Istana, dan tulisannya acapkali jenaka walau menggigit, pagi ini memberikan info yang menarik. Tulisannya ada di Kompas hari ini, Selasa 11 Desember 2012 halaman tiga.

Ia memaparkan kembali kegiatan hari Kamis tanggal 6 Desember lalu, yang terjadi di Istana. Selain paginya ada acara KRI Makassar yang berada di perairan Teluk Jakarta, Presiden SBY meresmikan berbagai proyek Pertamina. Malamnya, SBY menerima pesan pendek SMS dari Mensesneg Sudi Silalahi tentang pencekalan atas Menpora Andi Mallarangeng dan adiknya Andi Zulkarnain (Choel) Mallarangeng dan pejabat PT Adhi Karya Mohammad Arief Taufigqurahman yang diumumkan resmi oleh wakil ketua KPK Bambang Widjojanto. Apalagi kalau bukan karena kasus dugaan korupsi proyek pembangunan sarana olah raga Hambalang.

Esoknya, Jumat tanggal 7 Desember datanglah Andi Mallarangeng menghadap presiden, sementara seluruh koran di negeri ini sudah ramai dengan berita sang Menpora telah menjadi tersangka. Setelah Andi juga bertemu Wapres Boediono, Sudi Silalahi dan Menteri Sekretaris Kabinet Dipo Alam, ia mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan Menpora dan Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat.

Di keterangan persnya, Andi tak lupa mengatakan bahwa dialah mahasiswa yang dulu juga berjuang untuk sebuah pemerintahan yang bersih. Lalu, Osdar si wartawan dengan cerdas mengutip kata-kata yang dilontarkan pak kumis ini dari buku hasil karyanya sendiri �Dari Kilometer O,O � yang terbit tahun 2007, antara lain , �PARA KORUPTOR DAN PEJABAT LAINNYA, BERTOBATLAH! SEGERA KEMBALIKAN HARTA MILIK NEGARA, DAN PENUHI KEWAJIBAN UMUM ANDA. TIDAK PERLU LAGI BERPIKIR UNTUK KABUR KE LUAR NEGERI� TAPI JIKA PEMIMPIN DAN RAKYAT BERSATU, KORUPTOR DAN PENJAHAT AKAN TERSAPU OLEH BADAI. BADAI KEHENDAK RAKYAT UNTUK PEMERINTAH YANG BERSIH DAN BAIK�

Lalu tulis Osdar lagi di Kompas sebagai penutup, >> Ketika Andi Mallarangeng mengumumkan pengunduran dirinya, seseorang yang berdiri di belakangnya melelehkan air mata. Namun, proverbia (pepatah) Latin mengatakan, � Lacrima nihil citius arescit � � ( tak ada yang lebih cepat mengering daripada air mata). Hehehe� Selamat pagi.

Itulah tulisan Osdar. Duh, gue cubit looooo Osdar, yang gempal dan bermuka �baby face�, cerdas, usil, dan bila bertemu saya dulu di ruang wartawan di kantor Sekneg, maupun di halaman Istana, dengan edannya dia selalu pura-pura berusaha memeluk saya dengan sebaris lagu, nobody but youuuuuuuuuuu�.! � Tulisan Osdar sungguh bersahaja, gampang �dikunyah�, mengundang sejuta rasa bagi si pembaca, ya gregetan, ya geli, ya pedih bercampur mual�, dan, ia juga pandai memaparkan fakta yang runtun, daya risetnya kuat, dan selebihnya� silakan pembaca menilai sendiri makna tulisan ini, bukan

Eh, ngomong-ngomong, buku pak kumis terbitan 2007 dengan kutipan yang sungguh tegas, indah dan sangat berjiwa patriot itu masih bisa dicari di mana ya Osdar?? Lain padang lain ilalang memang. Kita tidak pernah tahu apakah bila lain tahun lain zaman, berkemungkinan lain pula segala kekuasaan, kesempatan, niatan, lontaran dan implementasi di lapangan�.., bukankah begitu, Osdar?
http://www.rimanews.com/read/2013120...atlah%E2%80%9D

Mallarangeng Bersaudara tampak Panik dan Kalap
Thu, 03/01/2013 - 11:46 WIB

[imagetag]
Mallarangng bersaudara

JAKARTA-Hampir satu bulan Andi Mallarangeng menyandang status tersangka dalam kasus proyek Hambalang. Dalam kurun waktu itu pula, Rizal Mallarangeng menembak ke berbagai pihak.

Jurus dewa mabuk. Itulah gambaran yang dilakukan Rizal Mallarangeng, adik kandung Andi Mallarangeng, yang melakukan pembelaan kepada kakak kandungnya itu. Berbagai pihak, disebut Rizal Mallarangeng mengetahui dan bertanggungjawab dalam kasus proyek Hambalang. Mulai Menteri Keuangan Agus Martowardojo, Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati, Anas Urbaningrum, dan konsultan perencana proyek Hambalang Muhammad Arifin.

Yang terbaru, Rizal Mallarangeng juga menyebut peran mantan Menpora Adhyaksa Dault dalam proyek Hambalang. Dia meminta agar Adhyaksa berbicara jujur terkait proyek tersebut. Dia menyebutkan, program proyek Hambalang merupakan warisan dari Menpora sebelumnya.

"Pak Adhyaksa bisa lebih jujur. Karena kakak saya memang tidak pernah mengusulkan penambahan anggaran. Bisa dicek dokumen-dokumennya, ingat, ini temuan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)," kata Rizal.

Merespons permintaan Rizal, Adhyaksa Dault mengatakan selama ini dirinya telah berbicara apa adanya. Secara yuridis-faktual, kata Adhyaksa, saat menjadi Menpora hanya mengajukan anggaran Rp125 miliar. "Itu pun single year," kata Adhyaksa kepada inilah..com di Jakarta, Rabu (2/1/2013).

Menurut dia, proyek Hambalang menjadi bermasalah pada 2010 saat ia tidak lagi menjabat sebagai Menpora. "Masalah itu timbul ketika anggaran berubah menjadi Rp2,5 triliun dan menjadi multiyears pada Juni 2010. Itu bukan di era saya," tegas Adyaksa.

Terkait tudingan Rizal, Adhyaksa menyarankan agar Rizal fokus mensupport Andi Mallarangeng tanpa menyeret pihak lainnya apalagi menteri di era sebelum Andi Mallarangeng. "Kalau tidak puas, nanti pembuktian di pengadilan. Jangan sampai nanti saya melaporkan ke polisi dengan pencamaran nama baik," cetus Adhyaksa.

Sebelumnya, inner circle di Partai Demokrat menyebutkan pernyataan Rizal Mallarangeng memiliki tendensi menggiring opini keterlibatan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. "Rizal memprovokasi KPK melalui konferensi pers dengan membentuk opini publik dengan mengarahkan keterlibatan Anas," sebut sumber tersebut.

Manuver Rizal Mallarangeng dengan menyebut berbagai pihak yang dikaitkan dengan kasus Hambalang justru memiliki makna lain. Mallarangeng bersuadara tampak panik dan kalap dengan penetapan tersangka Andi Mallarangeng. Tanpa penggiringan opini tersebut, KPK bekerja secara profesional. Langkah Mallarangeng tak ubahnya seperti upaya intervensi kepada lembaga penegak hukum?

Ada perang kata-kata atau �perang kembang� antara Rizal Mallarangeng (politisi Partai Golkar) versus Ketua Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf.

Sebelumnya, Rizal Mallarangeng, juru bicara Mallarangeng bersaudara (Andi dan Coel), mengungkapkan sejumlah temuan hasil penelusurannya terkait kasus dugaan korupsi proyek Hambalang yang telah menjerat Andi sebagai tersangka.

Menurut Rizal alias Celi, ada kekuatan besar (Demokrat) yang bermain dalam kasus ini. Rizal juga menyoroti proses penerbitan surat hak tanah untuk Hambalang oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). Ia menilai, ada keanehan karena tanah itu sudah bertahun-tahun menjadi tanah sengketa tetapi kemudian bisa dipakai Kemenpora.

Bukti keterlibatan Demokrat, sebut Rizal, dalam hal pengurusan sertifikat tanah. Pengambilan sertifikat tanah dilakukan Anggota Komisi II dari Fraksi Demokrat Ignatius Mulyono. Padahal, lazimnya, hal ini diurus oleh kementerian terkait yang memiliki proyek itu.

Menurutnya, keanehan proyek Hambalang sudah tampak sejak proses lelang di mana awalnya diikuti oleh perusahaan yang semuanya merupakan BUMN sehingga terlihat seperti diatur. Pemenang lelang Adhi Karya, disebutnya hanya sebagai broker yang kembali mendelegasikan tugasnya kepada subkontraktor PT Dutasari Citralaras dan PT Global Daya Manunggal. Bos PT Dutasari, Machfud Suroso, bahkan memiliki kedekatan dengan Partai Demokrat. Ia adalah Ketua DPD Demokrat Jawa Timur dan juga teman dekat Anas Urbaningrum.

Menanggapi serangan beruntun itu, Ketua Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf menyatakan, pihaknya menyayangkan pernyataan Rizal Mallarangeng yang mulai menyentuh substansi kasus dugaan korupsi proyek Hambalang. Demokrat melihat bahwa pernyataan Rizal tidak etis dan bisa berpotensi dipolitisir banyak pihak.

"Kami mendukung Pak Rizal untuk meminta keadilan bahwa dirinya merasa disangkutpautkan. Tetapi, kami jadi sangat terkejut ketika kemudian pernyataannya berubah dan ke mana-mana," ujar Nurhayati di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (26/12/2012).

Menurutnya, apa yang disampaikan Rizal tentang kasus Hambalang beberapa waktu lalu bisa menimbulkan opini yang berbeda. Sebab pernyataan Rizal bukan lagi pembelaan terhadap kakaknya, Andi Mallarangeng, yang sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus itu.

"Bagaimana pun juga Pak Andi Mallarangeng ini masih kader Demokrat. Sementara Pak Rizal Mallarangeng adalah kader Golkar. Ini akan lari ke mana-mana kalau Pak Rizal tidak konsekuen dan konsisten dengan pernyataan awalnya tidak akan ikut campur proses hukum," papar Nurhayati.

Demokrat mengkhawatirkan pernyataan Rizal menjadi bersifat politis karena latar belakang partai yang berbeda. �Kalau masuk ke politis ini menjadi tidak etis,� kata Nurhayati.

Kasus Hambalang memang jadi bola panas yang menerjang kemana-mana, karena korupsi struktural itu begitu kental. Perang kembang Demokrat dan Mallarangeng bersaudara hanyalah konsekuensi belaka dari ketegangan dan kegalauan semua aktor yang tersangkut di dalamnya
http://www.rimanews.com/read/2013010...anik-dan-kalap

Sidang Tipikor, terungkap Choel Mallarangeng Minta Fee Hambalang 18%.
Thu, 07/11/2013 - 18:08 WIB

RIMANEWS-Adik mantan Menpora Andi Mallarangeng, Andi Zulkarnain Mallarangeng alias Choel meminta fee 18% kepada PT Adhi Karya. Fee dari proyek Hambalang ini untuk Andi Mallarangeng.

Hal ini terungkap dalam surat dakwaan Deddy Kusdinar yang dibacakan secara bergantian oleh jaksa I Kadek Wiradana cs di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Kamis (7/11/2013).

Pada pertengahan 2010, Deddy bersama Sekretaris Menpora Wafid Muharam menemui Choel di Restoran Jepang hotel Grand Hyatt Jakarta.

Dalam pertemuan itu, Choel mengatakan Andi Mallarangeng belum mendapat apa-apa dari proyek Hambalang.

"Maksud ucapan Choel diperjelas oleh Mohammad Fakhruddin staf khusus Menpora yang menanyakan ke Wafid tentang kesiapan memberi fee sebesar 18% untuk pekerjaan pembangunan proyek Hambalang," papar Wiradana.

Menindaklanjuti pembicaraan itu, pertemuan antara Choel dan PT Adhi Karya digelar di ruang kerja Andi. Hadir saat itu Wafid, Deddy, Choel, Fakhruddin dan Manajer Pemasaran PT Adhi Karya Arief Taufiqurrahman.

Deddy kemudian melakukan pertemuan dengan Kepala Divisi Konstruksi Jakarta I PT Adhi Karya Teuku Bagus di Plaza Senayan. Tujuannya meminta PT Adhi Karya selaku calon pemenang memberi fee sebesar 18% sesuai permintaan Choel.

"Setelah melakukan penghitungan, Teuku Bagus menyepakati permintaan tersebut. Teuku Bagus menyatakan bahwa realisasi fee akan diberikan melalui Mahfud Suroso," tegas Wiradana.

PT Adhi Karya tahu ada proyek Hambalang berdasarkan informasi dari Mindo Rosalina Manulang dan Gerhana Sianipar.
http://www.rimanews.com/read/2013110...alang-18-dasar

Andi Mallarangeng Peroleh Rp4 M & US$550 ribu dari Proyek Hambalang
Thu, 07/11/2013 - 18:31 WIB

RIMANEWS - Dalam sidang kasus Hambalang, Kamis (7/11/2013) siang tadi, Andi Mallarangeng dan Deddy Kusdinar ditetapkan menjadi tersangka. Dua mantan pejabat di Kemenpora ini, Andi Mallarangeng, waktu itu menjabat sebagai menteri, menerima uang yang jauh lebih besar dibanding Deddy.

Pada surat dakwaan KPK untuk Deddy yang dibacakan, disebutkan bahwa dua orang tersebut sama-sama melakukan upaya memperkaya diri sendiri.

"Memperkaya terdakwa (Deddy) sebesar Rp 1,4 miliar," ujar Jaksa Kadek Wiradana di PN Tipikor Jakarta.

Sedangkan Andi mereguk uang yang nilainya kurang lebih setara Rp 9 miliar dengan rincian Rp 4 miliar dan USD 550.000.

Uang tersebut semuanya selalu melalui saudara Andi, Choel Mallarangeng. Rp 4 miliar diserahkan oleh PT Global Daya Manunggal, perusahaan yang menjadi subkontraktor proyek Hambalang.

Di dalam bagian surat dakwaan yang lain juga disebutkan bahwa Andi Alifian Mallarangeng memperkenalkan adiknya Andi Zulkarnain Mallarangeng alias Choel kepada pejabat Kemenpora. Choel disebut Andi sanggup mengurusi berbagai keperluan Kemenpora.

"Akhir tahun 2009, Andi memperkenalkan adiknya Choel kepada Wafid (Wafid Muharam yang menjabat Sesmenpora) di ruangan Kemenpora dan menyatakan bahwa adiknya akan banyak membantu urusan Kemenpora sehingga kalau ada yang perlu dikonsultasikan silakan langsung menghubungi Choel," ujar Jaksa Wardana.

Wafid pun balas memperkenalkan Choel kepada Deddy Kusdinar. Deddy saat itu datang bersama Arief Taufiqurrahmand selaku Manajer Pemasaran PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I dan Mohammad Fakhruddin selaku staf khusus menpora.

Berdasarkan design dari PT Methapora Solusi Global, terungkap rincian anggaran untuk proyek Hambalang. Rinciannya untuk fisik bangunan Rp 1.129.206.256.000 atau sebesar Rp 1.175320.006.000 termasuk biaya konsultan perencana, manajemen konstruksi dan pengelola teknis.
"Sehingga total biaya P3SON Hambalang sebesar Rp 2,5 triliun," tandasnya.
http://www.rimanews.com/read/2013110...oyek-hambalang

--------------------------

Tiga anak muda dari Makassar ini, memang pernah melejit bak seleberitid, tiap hari menghiasai media on-linbe dan tivi. Bahkan seorang diantaranya, Rizal Mallarangeng, pernah berkhayal mencalonkan dirinya sebagai Presiden RI pada Pilpres 2009 lalu. Iklan-iklannya pun sudah bertebaran seperti Gita Wirjawan saat ini. Ternyata, oh ternyata .....


[imagetag]
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive