Semaraknya publikasi hasil polling berbagai lembaga survey merupakan gambaran kontestasi yang kian hangat menjelang Pileg dan Pilpres 2014.
Baru-baru ini Lingkaran Survai Indonesia (LSI) meluncurkan hasil penelitiannya mengenai Capres Riil dan Capres Wacana yang dilihat dalam Elektabilitasnya.
Dalam situasi hangat ini, salah satu Politisi asal kota Depok Idris Daulat menciptakan istilah Caleg riil dan Caleg wacana.
�Ya, istilah itu, diciptakan karena melihat fenomena Pileg kota Depok,� katanya Jumat (25/10/13).
Menurutnya, konstelasi politik untuk di Depok tidak lagi panas tetapi cenderung mendidih tidak jelas. Pasalnya, untuk fenomena Pileg yang mewarnai tahun 2004 dan 2009, caleg riil dan caleg wacana sudah dimainkan oleh sekelompok oknum politik di Depok.
�Memang definisi antara caleg dan capres antara yang riil dan wacana berbeda. Fenomenanya setiap Pemilu 2004 dan 2009 caleg yang sudah pasti duduk di Parlemen sudah di tentukan dan itu disebut dengan caleg riil, Sedangkan caleg yang mendongkrak suara dilempar ke publik dari
awal, dinamakan caleg wacana,� tegasnya.
�Caleg wacana bisa saja digadang-gadang dari awal oleh parpol sebagai caleg potensialnya. Namun rupanya, malah caleg yang tidak mencuat ke publik itu yang lolos dalam Pileg. Karena apa, para oknum politik sudah memplotkan calon-calon riilnya itu,�tegasnya.
Sementara itu, pengamat politik, UI, Ikhsan Darmawan menuruturkan, jika istilah caleg riil dan caleg wacana lebih kepada persoalan apakah mereka bekerja riil atau hanya mengandalkan wacana saja.
�Ya, tetap riil disini adalah caleg yang bekerja, mendekatkan diri ke masyarakat. Jika tidak bekerja, ya tidak kepilih, karena popularitasnya rendah,� tutupnya. sumber : http://depoknews.com/antara-caleg-wa...dan-caleg-rill
Baru-baru ini Lingkaran Survai Indonesia (LSI) meluncurkan hasil penelitiannya mengenai Capres Riil dan Capres Wacana yang dilihat dalam Elektabilitasnya.
Dalam situasi hangat ini, salah satu Politisi asal kota Depok Idris Daulat menciptakan istilah Caleg riil dan Caleg wacana.
�Ya, istilah itu, diciptakan karena melihat fenomena Pileg kota Depok,� katanya Jumat (25/10/13).
Menurutnya, konstelasi politik untuk di Depok tidak lagi panas tetapi cenderung mendidih tidak jelas. Pasalnya, untuk fenomena Pileg yang mewarnai tahun 2004 dan 2009, caleg riil dan caleg wacana sudah dimainkan oleh sekelompok oknum politik di Depok.
�Memang definisi antara caleg dan capres antara yang riil dan wacana berbeda. Fenomenanya setiap Pemilu 2004 dan 2009 caleg yang sudah pasti duduk di Parlemen sudah di tentukan dan itu disebut dengan caleg riil, Sedangkan caleg yang mendongkrak suara dilempar ke publik dari
awal, dinamakan caleg wacana,� tegasnya.
�Caleg wacana bisa saja digadang-gadang dari awal oleh parpol sebagai caleg potensialnya. Namun rupanya, malah caleg yang tidak mencuat ke publik itu yang lolos dalam Pileg. Karena apa, para oknum politik sudah memplotkan calon-calon riilnya itu,�tegasnya.
Sementara itu, pengamat politik, UI, Ikhsan Darmawan menuruturkan, jika istilah caleg riil dan caleg wacana lebih kepada persoalan apakah mereka bekerja riil atau hanya mengandalkan wacana saja.
�Ya, tetap riil disini adalah caleg yang bekerja, mendekatkan diri ke masyarakat. Jika tidak bekerja, ya tidak kepilih, karena popularitasnya rendah,� tutupnya. sumber : http://depoknews.com/antara-caleg-wa...dan-caleg-rill