
Hasil penghitungan suara tersebut banyak diragukan karena tidak adanya tim pemantau independen sehingga tak ada yang bisa memverifikasikan. Meskipun demikian, Assad tetap akan melanjutkan pemerintahan tujuh tahunnya yang ketiga di Suriah. Dibandingkan sebelumnya, kini dia harus menghadapi perang saudara, yang pecah dan berlangsung hingga kini menyusul protes terhadap pemerintahannya.
Dalam kunjungan mendadak ke Beirut, ibukota Libanon, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John F. Kerry menyatakan, pemilihan umum Suriah tidak berarti apapun dan tidak berdampak pada kebijakan pemerintah Amerika Serikat.
â??Pemilu itu seperti bukan Pemilu. Nol besar,â?? kata Kerry seperti dilansir the Washington Post, Kamis, 5 Juni 2014. Dia mencatat bahwa banyak daerah di Suriah yang tidak melangsungkan pemilihan karena berada di bawah kendali pemberontak, yang berarti oposisi tidak diperkenankan berpartisipasi.
â??Tidak ada yang berubah antara hari sebelum pemilu dan hari setelahnya,â?? ujarnya menambahkan.
Namun, Kerry mengatakan dalam konferensi persnya bahwa Amerika Serikat tetap melanjutkan dukungan solusi politiknya untuk krisis Suriah, sekaligus memberikan bantuan kemanusiaan baru sebesar US$ 290 juta (Rp 3,43 miliar). Amerika Serikat merupakan pemberi sumbangan kemanusiaan tunggal yang terbesar bagi Suriah. (baca: Amerika Akui Warganya Jihadis Suriah)
Bashar al-Assad berhasil mengumpulkan 10,3 juta suara, mengungguli dua pesaingnya, Hassan al-Nouri dan Maher Hajjar, yang masing-masing hanya memperoleh 4,3 persen dan 3,2 persen suara. â??Saya menyatakan kemenangan Bashar Hafez al-Assad sebagai Presiden Suriah dengan suara mayoritas,â?? kata Laham dalam pidato di televisi dari kantor parlemen Suriah, Rabu lalu.
Sebelummya Mahkamah Konstitusi Suriah mengatakan, dalam pemilihan presiden, jumlah warga yang datang memberikan suara mencapai 73,42 persen. Setelah hasil resmi dirilis,warga Suriah di Damaskus merayakan kemenangan Bashar dengan bersorak dan bernyanyi.
SUMBER


