Kepolisian masih mendalami kronologi tabrakan antara kereta rel listrik dan truk tangki di Pondok Betung, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, yang terjadi pada Senin (9/12/2013). Hasil pemeriksaan sementara, keterangan para saksi masih berseberangan.
Saat ini, empat saksi sudah dimintai keterangan oleh penyidik kepolisian. Empat saksi itu adalah dua warga dan dua petugas penjaga pelintasan kereta di lokasi kecelakaan. "(Warga melihat) dia (truk tangki) melintas sebelum palang pintu tertutup," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Humas Polri Brigjen (Pol) Boy Rafli Amar, Selasa (10/12/2013).
Sementara itu, petugas penjaga pintu perlintasan, lanjut Boy, mengatakan bahwa truk pengangkut bahan bakar milik PT Pertamina itu melintas saat palang pintu pelintasan sudah menutup. Menurut Boy, baik keterangan warga maupun petugas penjaga pintu perlintasan dinilai belum mencukupi untuk menentukan siapa yang harus dimintai pertanggungjawaban dari kecelakaan ini. Guna melengkapi keterangan yang ada, kata Boy, penyidik masih menunggu keterangan dari sopir truk yang saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit. Pemeriksaan tersebut untuk memastikan posisi truk saat palang pintu menutup.
"(Untuk memastikan) apakah truk berada di tengah jalur ketika palang pintu pelintasan ditutup dan tak bisa bergerak karena kemacetan di depannya, atau menerobos pintu perlintasan," papar Boy. Dia mengatakan, karena luka yang dialami, sopir truk masih belum dapat diminta memberi keterangan.
Menurut Boy, penyidikan akan dilakukan, bila perlu sampai meminta PT KAI Commuter Jabodetabek yang mengoperasikan KRL ini untuk menghitung ulang rentang waktu antara penutupan pintu pelintasan kereta dan datangnya kereta.
Risiko bila palang ditutup lebih lama, aku Boy, adalah kemacetan di sekitar pelintasan juga bertambah. Sebaliknya, bila penutupan pintu pelintasan terlalu singkat, maka rentang waktu untuk sterilisasi kereta juga lebih pendek.
sUMBER bERITA
Sementara itu, pengakuan datang dari sopir truk pengangkut BBM yang menjadi korban dalam tragedi Bintaro II tersebut. Kepada penyidik, sang sopir, Chosimin, mengaku dirinya tak melihat adanya rambu-rambu lalu lintas yang menyala saat ia melintasi rel kereta di Kawasan Bintaro tersebut. 1. Sebelum Tragedi Bintaro II, Asisten Masinis: Hati-hati Tabrakan!
Effendi (54), salah satu penumpang di KRL itu masih teringat bagaimana detik-detik sebelum kecelakaan tersebut terjadi. Dia menuturkan pada saat kejadian, dirinya berada di dalam gerbong yang sama dengan masinis. Lebih tepatnya dia berada di belakang pintu tempat Darman Prasetyo dan asistennya mengemudikan kereta.
Bagaimana tidak, sebelum mulut kereta menabrak truk, asisten masinis sempat memberitahunya bahwa KRL sebentar lagi bakal menabrak. Seketika dirinya melihat ke arah kaca masinis dan melihat truk tangki menghalangi laju KRL.
"Lima detik habis asisten masinis itu kasih tahu saya bakal ada tabrakan "hati-hati bu, mau tabrakan", habis itu, terjadi lah tabrakan," kata Effendi yang ditemui ruang Kenanga, Rumah Sakit Dr Suyoto, Bintaro, Jakarta Selatan, Senin (9/12/2013).
Tak ada respon yang berarti dari asisten masinis jelang peristiwa maut itu terjadi. Effendi mengatakan masinis dan asistennya tetap diam di ruangan dan terlihat pasrah. "Seharusnya kan, pas sudah dari jauh lihat ada truk, bisa saja mereka lari ke belakang buat nyelamatin diri. Tapi ini kan enggak. Mereka tetap diam di ruangannya. sUMBER bERITA
Sepertinya memang aneh jika truk tanki yang begitu panjang mengambil resiko menerabas perlintasan.., bisa jadi memang Petugas palang pintu tidak menutup pintu, tidak membunyikan sirine, terlambat menutup pintu / terlambat membunyikan sirine.. sehingga ketika truk tanki berada di tengah rel kereta (karena macet) buru2 di bunyikan sirinenya..
S'moga fakta segera terungkap..
Saat ini, empat saksi sudah dimintai keterangan oleh penyidik kepolisian. Empat saksi itu adalah dua warga dan dua petugas penjaga pelintasan kereta di lokasi kecelakaan. "(Warga melihat) dia (truk tangki) melintas sebelum palang pintu tertutup," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Humas Polri Brigjen (Pol) Boy Rafli Amar, Selasa (10/12/2013).
Sementara itu, petugas penjaga pintu perlintasan, lanjut Boy, mengatakan bahwa truk pengangkut bahan bakar milik PT Pertamina itu melintas saat palang pintu pelintasan sudah menutup. Menurut Boy, baik keterangan warga maupun petugas penjaga pintu perlintasan dinilai belum mencukupi untuk menentukan siapa yang harus dimintai pertanggungjawaban dari kecelakaan ini. Guna melengkapi keterangan yang ada, kata Boy, penyidik masih menunggu keterangan dari sopir truk yang saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit. Pemeriksaan tersebut untuk memastikan posisi truk saat palang pintu menutup.
"(Untuk memastikan) apakah truk berada di tengah jalur ketika palang pintu pelintasan ditutup dan tak bisa bergerak karena kemacetan di depannya, atau menerobos pintu perlintasan," papar Boy. Dia mengatakan, karena luka yang dialami, sopir truk masih belum dapat diminta memberi keterangan.
Menurut Boy, penyidikan akan dilakukan, bila perlu sampai meminta PT KAI Commuter Jabodetabek yang mengoperasikan KRL ini untuk menghitung ulang rentang waktu antara penutupan pintu pelintasan kereta dan datangnya kereta.
Risiko bila palang ditutup lebih lama, aku Boy, adalah kemacetan di sekitar pelintasan juga bertambah. Sebaliknya, bila penutupan pintu pelintasan terlalu singkat, maka rentang waktu untuk sterilisasi kereta juga lebih pendek.
sUMBER bERITA
Sementara itu, pengakuan datang dari sopir truk pengangkut BBM yang menjadi korban dalam tragedi Bintaro II tersebut. Kepada penyidik, sang sopir, Chosimin, mengaku dirinya tak melihat adanya rambu-rambu lalu lintas yang menyala saat ia melintasi rel kereta di Kawasan Bintaro tersebut. 1. Sebelum Tragedi Bintaro II, Asisten Masinis: Hati-hati Tabrakan!
Effendi (54), salah satu penumpang di KRL itu masih teringat bagaimana detik-detik sebelum kecelakaan tersebut terjadi. Dia menuturkan pada saat kejadian, dirinya berada di dalam gerbong yang sama dengan masinis. Lebih tepatnya dia berada di belakang pintu tempat Darman Prasetyo dan asistennya mengemudikan kereta.
Bagaimana tidak, sebelum mulut kereta menabrak truk, asisten masinis sempat memberitahunya bahwa KRL sebentar lagi bakal menabrak. Seketika dirinya melihat ke arah kaca masinis dan melihat truk tangki menghalangi laju KRL.
"Lima detik habis asisten masinis itu kasih tahu saya bakal ada tabrakan "hati-hati bu, mau tabrakan", habis itu, terjadi lah tabrakan," kata Effendi yang ditemui ruang Kenanga, Rumah Sakit Dr Suyoto, Bintaro, Jakarta Selatan, Senin (9/12/2013).
Tak ada respon yang berarti dari asisten masinis jelang peristiwa maut itu terjadi. Effendi mengatakan masinis dan asistennya tetap diam di ruangan dan terlihat pasrah. "Seharusnya kan, pas sudah dari jauh lihat ada truk, bisa saja mereka lari ke belakang buat nyelamatin diri. Tapi ini kan enggak. Mereka tetap diam di ruangannya. sUMBER bERITA
Sepertinya memang aneh jika truk tanki yang begitu panjang mengambil resiko menerabas perlintasan.., bisa jadi memang Petugas palang pintu tidak menutup pintu, tidak membunyikan sirine, terlambat menutup pintu / terlambat membunyikan sirine.. sehingga ketika truk tanki berada di tengah rel kereta (karena macet) buru2 di bunyikan sirinenya..
S'moga fakta segera terungkap..