Putera bungsu mendiang Presiden Kedua RI, Hutomo Mandala Putera, memaparkan sekilas kisah sejarah bertepatan dengan peringatan peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).
Pria yang akrab disapa Tommy Soeharto ini meluruskan sejarah kontroversi Supersemar. Ia menganggap peristiwa bersejarah yang jatuh pada 11 Maret 1966 telah banyak dipelintir untuk memuaskan hasrat kepentingan pribadi yang tak bertanggung jawab.
Menurutnya, Supersemar bukan pengambilalihan kekuasaan oleh Soeharto, melainkan merupakan sebuah titik balik atas rezim yang mulai runtuh.
Melalui akun media sosial Facebook, Tommy berusaha mengungkapkan sisi originalitas Supersemar yang mana sesuai dengan pengakuan sang Jenderal Besar HM Soeharto kepadanya.
"Tanggal 11 Maret 1966, sejarah Indonesia mengalami titik balik. Sebuah rezim mulai runtuh. Dan sebuah babak baru lahir," tulis Tommy, Rabu (11/3/2015).
Instrumen yang mengubah sejarah itu, lanjutnya, cuma secarik kertas (Supersemar) yang ditandatangani Presiden Soekarno hari itu.
Lewat surat itu Presiden Soekarno memberikan wewenang kepada Letjen Soeharto, waktu itu Menteri Panglima Angkatan Darat, untuk mengambil "segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya Revolusi".
"Lewat surat itulah kekuasaan Presiden Soekarno mulai terkikis. Dan Jenderal Soeharto muncul sebagai pimpinan nasional yang baru," tulisnya.
Menjelang 11 Maret 1971 itu, Soeharto untuk pertama kali menjelaskan latar belakang dan sejarah lahirnya Supersemar kepada Tommy, karena rakyat Indonesia memang berhak mengetahuinya.
"Supersemar merupakan bagian sejarah yang sangat penting untuk meluruskan kembali perjuangan bangsa dalam mempertahankan cita-cita kemerdekaan dan memberi isi kemerdekaan."
Soeharto tidak pernah menganggap SP 11 Maret itu sebagai tujuan untuk memperoleh kekuasaan mutlak. "Surat Perintah 11 Maret juga bukan merupakan alat untuk mengadakan kup secara terselubung," tulisnya.
Isi Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret adalah surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966.
Surat "sakti" ini berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto, selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban/Pangkopkamtib (saat itu) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu dalam mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat itu.
Berikut isi Surat Perintah tersebut:
Mengingat:
1.1. Tingkatan Revolusi sekarang ini, serta keadaan politik baik nasional maupun Internasional
1.2. Perintah Harian Panglima Tertinggi Angkatan Bersendjata/Presiden/Panglima Besar Revolusi pada tanggal 8 Maret 1966
Menimbang:
2.1. Perlu adanja ketenangan dan kestabilan Pemerintahan dan djalannja Revolusi.
2.2. Perlu adanja djaminan keutuhan Pemimpin Besar Revolusi, ABRI dan Rakjat untuk memelihara kepemimpinan dan kewibawaan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi serta segala adjaran-adjarannja
III. Memutuskan/Memerintahkan:
Kepada: LETNAN DJENDERAL SOEHARTO, MENTERI PANGLIMA ANGKATAN DARAT
Untuk: Atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi:
Mengambil segala tindakan jang dianggap perlu, untuk terdjaminnja keamanan dan ketenangan serta kestabilan djalannja Pemerintahan dan djalannja Revolusi, serta mendjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimin Besar revolusi/mandataris M.P.R.S. demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala adjaran Pemimpin Besar Revolusi.
Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima Angkatan-Angkatan lain dengan sebaik-baiknja.
Supaya melaporkan segala sesuatu jang bersangkuta-paut dalam tugas dan tanggung-djawabnja seperti tersebut diatas.
Selesai.
Djakarta, 11 Maret 1966
"Kalau memang betul Supersemar dipolitisir Soeharto untuk meraih kekuasaan, tentu saja nama Supersemar tidak akan diabadikan beliau sebagai nama yayasan untuk pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa…nama Supersemar akan dihapus begitu saja oleh beliau….sesungguhnya kesimpang siuran supersemar itu sengaja diciptakan segelintir kelompok yang haus akan kekuasaan pribadi…" tutup Tommy.
sumber
Link: http://adf.ly/19lcys
Pria yang akrab disapa Tommy Soeharto ini meluruskan sejarah kontroversi Supersemar. Ia menganggap peristiwa bersejarah yang jatuh pada 11 Maret 1966 telah banyak dipelintir untuk memuaskan hasrat kepentingan pribadi yang tak bertanggung jawab.
Menurutnya, Supersemar bukan pengambilalihan kekuasaan oleh Soeharto, melainkan merupakan sebuah titik balik atas rezim yang mulai runtuh.
Melalui akun media sosial Facebook, Tommy berusaha mengungkapkan sisi originalitas Supersemar yang mana sesuai dengan pengakuan sang Jenderal Besar HM Soeharto kepadanya.
"Tanggal 11 Maret 1966, sejarah Indonesia mengalami titik balik. Sebuah rezim mulai runtuh. Dan sebuah babak baru lahir," tulis Tommy, Rabu (11/3/2015).
Instrumen yang mengubah sejarah itu, lanjutnya, cuma secarik kertas (Supersemar) yang ditandatangani Presiden Soekarno hari itu.
Lewat surat itu Presiden Soekarno memberikan wewenang kepada Letjen Soeharto, waktu itu Menteri Panglima Angkatan Darat, untuk mengambil "segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya Revolusi".
"Lewat surat itulah kekuasaan Presiden Soekarno mulai terkikis. Dan Jenderal Soeharto muncul sebagai pimpinan nasional yang baru," tulisnya.
Menjelang 11 Maret 1971 itu, Soeharto untuk pertama kali menjelaskan latar belakang dan sejarah lahirnya Supersemar kepada Tommy, karena rakyat Indonesia memang berhak mengetahuinya.
"Supersemar merupakan bagian sejarah yang sangat penting untuk meluruskan kembali perjuangan bangsa dalam mempertahankan cita-cita kemerdekaan dan memberi isi kemerdekaan."
Soeharto tidak pernah menganggap SP 11 Maret itu sebagai tujuan untuk memperoleh kekuasaan mutlak. "Surat Perintah 11 Maret juga bukan merupakan alat untuk mengadakan kup secara terselubung," tulisnya.
Isi Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret adalah surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966.
Surat "sakti" ini berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto, selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban/Pangkopkamtib (saat itu) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu dalam mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat itu.
Berikut isi Surat Perintah tersebut:
Mengingat:
1.1. Tingkatan Revolusi sekarang ini, serta keadaan politik baik nasional maupun Internasional
1.2. Perintah Harian Panglima Tertinggi Angkatan Bersendjata/Presiden/Panglima Besar Revolusi pada tanggal 8 Maret 1966
Menimbang:
2.1. Perlu adanja ketenangan dan kestabilan Pemerintahan dan djalannja Revolusi.
2.2. Perlu adanja djaminan keutuhan Pemimpin Besar Revolusi, ABRI dan Rakjat untuk memelihara kepemimpinan dan kewibawaan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi serta segala adjaran-adjarannja
III. Memutuskan/Memerintahkan:
Kepada: LETNAN DJENDERAL SOEHARTO, MENTERI PANGLIMA ANGKATAN DARAT
Untuk: Atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi:
Mengambil segala tindakan jang dianggap perlu, untuk terdjaminnja keamanan dan ketenangan serta kestabilan djalannja Pemerintahan dan djalannja Revolusi, serta mendjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimin Besar revolusi/mandataris M.P.R.S. demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala adjaran Pemimpin Besar Revolusi.
Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima Angkatan-Angkatan lain dengan sebaik-baiknja.
Supaya melaporkan segala sesuatu jang bersangkuta-paut dalam tugas dan tanggung-djawabnja seperti tersebut diatas.
Selesai.
Djakarta, 11 Maret 1966
"Kalau memang betul Supersemar dipolitisir Soeharto untuk meraih kekuasaan, tentu saja nama Supersemar tidak akan diabadikan beliau sebagai nama yayasan untuk pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa…nama Supersemar akan dihapus begitu saja oleh beliau….sesungguhnya kesimpang siuran supersemar itu sengaja diciptakan segelintir kelompok yang haus akan kekuasaan pribadi…" tutup Tommy.
sumber
Link: http://adf.ly/19lcys