Banyak produsen tempe yang menggunakan kedelai impor dari Amerika Serikat.
JAKARTA, JITUNEWS.COM - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah membuat para produsen tahu dan tempe di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, mulai mengalami keresahan.
Pasalnya, kondisi tersebut mengakibatkan harga bahan baku seperti kedelai impor terus melonjak naik. Produsen tempe di kelurahan Gempeng, Pasuruan, Zaini mengungkapkan, bahwa melemahnya nilai tukar rupiah dipastikan berpengaruh terhadap produksi tahu dan tempe. Hal itu menurut Zaini, dikarenakan banyak produsen tempe yang menggunakan kedelai impor dari Amerika Serikat.
''Produsen lebih suka kedelai impor karena lebih mudah dibersihkan. Selain itu, hasilnya lebih mengembang. Tetapi, kalau rupiah terus melemah, ini sangat mengkhawatirkan,'' ungkap Zaini kepada wartawan, Pasuruan, Jawa Timur.
Jika rupiah terus melemah, lanjut Zaini, maka ongkos produksi dipastikan bertambah. Sebab, harga bahan baku kedelai yang mengandalkan pasokan impor otomatis ikut melonjak.
Zaini juga mengatakan, dalam kurun satu minggu ini saja harga kedelai impor naik dari Rp 8.000 menjadi Rp 8.500 per kilogram. Padahal, stok kedelai tersebut dibeli sebelum nilai tukar melemah. ''Jika nanti rupiah terus melemah, jelas harga kedelai akan lebih mahal,'' ujar Zaini.
Untuk itu, Zaini mengaku, tidak punya pilihan lain selain menaikkan harga jual tempe produksinya. ''Saya tak mau mengecilkan ukuran. Jadi, harga tempe untuk ukuran 30x20 cm saya naikkan dari Rp 30 ribu menjadi Rp 35 ribu. Tetapi, biasanya pedagang yang mengatur besarannya ke konsumen. Entah dipotong lebih kecil agar harga jualnya tetap atau yang lain,'' jelasnya.
Zaini juga memastikan, kenaikan harga tempe akan berpengaruh pada penjualan. Menurutnya, ada penurunan penjualan sebanyak 5 sampai 10 persen. ''Sebab, yang harganya naik kan tidak hanya tempe. Beras dan elpiji juga. Jadi, banyak konsumen yang mengurangi pembelian,'' tutup Zaini.
sumber
tempe ternyata produk mamarika
Link: http://adf.ly/19mMg8
JAKARTA, JITUNEWS.COM - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah membuat para produsen tahu dan tempe di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, mulai mengalami keresahan.
Pasalnya, kondisi tersebut mengakibatkan harga bahan baku seperti kedelai impor terus melonjak naik. Produsen tempe di kelurahan Gempeng, Pasuruan, Zaini mengungkapkan, bahwa melemahnya nilai tukar rupiah dipastikan berpengaruh terhadap produksi tahu dan tempe. Hal itu menurut Zaini, dikarenakan banyak produsen tempe yang menggunakan kedelai impor dari Amerika Serikat.
''Produsen lebih suka kedelai impor karena lebih mudah dibersihkan. Selain itu, hasilnya lebih mengembang. Tetapi, kalau rupiah terus melemah, ini sangat mengkhawatirkan,'' ungkap Zaini kepada wartawan, Pasuruan, Jawa Timur.
Jika rupiah terus melemah, lanjut Zaini, maka ongkos produksi dipastikan bertambah. Sebab, harga bahan baku kedelai yang mengandalkan pasokan impor otomatis ikut melonjak.
Zaini juga mengatakan, dalam kurun satu minggu ini saja harga kedelai impor naik dari Rp 8.000 menjadi Rp 8.500 per kilogram. Padahal, stok kedelai tersebut dibeli sebelum nilai tukar melemah. ''Jika nanti rupiah terus melemah, jelas harga kedelai akan lebih mahal,'' ujar Zaini.
Untuk itu, Zaini mengaku, tidak punya pilihan lain selain menaikkan harga jual tempe produksinya. ''Saya tak mau mengecilkan ukuran. Jadi, harga tempe untuk ukuran 30x20 cm saya naikkan dari Rp 30 ribu menjadi Rp 35 ribu. Tetapi, biasanya pedagang yang mengatur besarannya ke konsumen. Entah dipotong lebih kecil agar harga jualnya tetap atau yang lain,'' jelasnya.
Zaini juga memastikan, kenaikan harga tempe akan berpengaruh pada penjualan. Menurutnya, ada penurunan penjualan sebanyak 5 sampai 10 persen. ''Sebab, yang harganya naik kan tidak hanya tempe. Beras dan elpiji juga. Jadi, banyak konsumen yang mengurangi pembelian,'' tutup Zaini.
sumber
tempe ternyata produk mamarika
Link: http://adf.ly/19mMg8